7 | awal mula

26.2K 1.9K 130
                                    

Hola!
Mulai dari bab ini sampe hampir abis adalah flashback ke 5 tahun lalu. Alurnya akan maju dari sini sampe present times karena inti ceritanya di masa lalu. Jadi jangan pada nanya terus kapan flashbacknya kelar ya wkwkwk soalnya cerita ini fokusnya di hubungan yang terjadi di masa lalu.

jangan lupa vote .. and enjoy!


***

[5 years ago.]

Selama hampir 21 tahun hidup di dunia ini, Shalitta mungkin masih kurang paham tentang seberapa besar dampak dari terlalu tingginya sebuah harapan. Seberapa menghancurkannya harapan yang terlalu besar ditanam, terlalu tinggi digantungkan.

Ketika kini ia dihadapkan dengan sebuah kenyataan menyakitkan yang menghancurkan semua harapannya, Shalitta benar-benar tidak tau bagaimana caranya bangkit. Shalitta tidak mengerti bagaimana caranya untuk tidak merasa sakit. Harapan yang selama ini sangatlah manis, tiba-tiba saja berubah dengan sangat cepat menjadi pahit.

Sepahit minuman-minuman keras yang kini sedang ia tenggak seenak jidat layaknya air putih biasa.

"Gue jadian sama Anara."

Damn. Air mata Shalitta meluncur turun begitu saja di atas pipi putihnya hanya karena mengingat empat kata yang keluar dari mulut Idham.

Ia tidak pernah tau bahwa dari sekian banyak ucapan-ucapan pahit Idham yang menusuk-nusuk dirinya, ternyata ada yang mampu benar-benar membunuhnya.

Jari telunjuk lentik Shalitta menghapus cepat tetesan air mata di pipinya dalam sekali kibasan. Ia kembali meneguk smirnoff ice nya dalam sekali teguk saat mengingat betapa bodohnya respon pertama yang keluar dari mulutnya tempo hari.

"Kenapa?"

Kenapa.

That's so Shalitta. Stupid.

Tanpa sadar ia langsung mendengkus. Kepalanya menggeleng seiring tawa kecilnya keluar mengolok kebodohan dirinya sendiri.

Why would she ask that stupid question? Terlebih lagi pertanyaan yang sudah kelewat jelas jawabannya. Jadi, Idham nggak perlu ngarang-ngarang bebas buat menjawab dan akhirnya malah terdengar super tolol dan nggak masuk akal.

"I slept with her. We were drunk. Gue merasa harus bertanggung jawab."

Kalau ini bukan tempat mahal, Shalitta pasti udah ngakak mengingat saking gobloknya jawaban Idham.

"Stupid son of a bitch." Shalitta menggelengkan kepala sambil tertawa kecil yang jika orang melihatnya, pasti lah semua orang tahu kalau Shalitta sedang putus asa. Ia menuang kembali smirnoff ice ke dalam slokinya kemudian menenggaknya hingga kepalanya menengadah ke atas.

Tangannya yang memegang sloki menghentak meja ketika rasa pahit dan membakar menguasai tenggorokannya. Kepalanya tertunduk, matanya terpejam, berusaha fokus pada rasa tak nyaman di kerongkongannya itu alih-alih rasa pahit dan perih di hatinya.

Air matanya menggenang. Harusnya gue minum milo biar nggak nangis saking pahitnya ini minuman! Goblok!

"All done!" Tiba-tiba suara lelaki terdengar di sebelahnya.

Ketika ia menoleh, ia melihat sosok familiar baru saja datang dan langsung duduk di stool yang bersebelahan dengannya. Siku lelaki itu tertumpu di atas meja bar dan ia langsung memesan minuman kepada bartender.

Laki-laki itu menoleh ke arah Shalitta dengan senyum terpasang sempurna di wajahnya. "Anaknya udah bergelung dibawah selimut dengan manja. Mulutnya, sih, masih ngigo-ngigo manggil nama Icha. Gue hampir dicium! Anjing, bucin banget jadi manusia! Nggak habis pikir."

Shalitta ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang