Bab 8 Tangismu Derita Terhebatku

2.5K 563 190
                                    

Emot mawar dulu sini buat salah satu tokoh. Alvin🌹 Ghaza🌷 Zhira💐 Sesil 🥀

Happy Reading...

Lebih baik belajar menerima realita yang menyakitkan, dari pada terus terbuai dalam angan.

© Terlanjur Cinta

Dari kejauhan terlihat seorang gadis keluar dari gedung, tubuhnya yang tinggi terbalut kebaya modern warna navi dengan payet gold, wajahnya tampak dihias make-up sedemikian rupa hingga tampak mempesona. Buru-buru Ghaza menghampiri karena dia sudah telat datang. Acara wisuda gadis itu telah selesai beberapa menit yang lalu. Alhamdulillahnya perempuan yang akan ia nikahi lulus dengan predikat magna cum laude.

"Mawar cantik untuk gadis tercantik di dunia." Pria dengan kemeja polos warna navi itu menyerahkan buket bunga mawar merah muda. "Katanya, pink itu tanda kasih sayang." Ghaza mengungkapkan sambil tersenyum.

Arman dan Maira hanya tersenyum melihat Ghaza tengah menggoda putri mereka, sedangkan Azzam hanya memutar bola matanya malas. Karena tidak ingin mengganggu keduanya mereka memutuskan pulang terlebih dulu.

"Zam, pulang sama kakak ya, please...." pinta Zhira menahan lengan adiknya.

"Gak!" tolaknya dingin. "Kemudian berlari mengikuti kedua orang tuanya.

Zhira menghentakkan kakinya kesal. Ingin sekali mengutuk Izzah yang tidak jadi ikut karena badannya tiba-tiba demam.

Dengan wajah malas Zhira menerima bunga itu. Selalu saja, setiap kali ada lelaki ini Zhira selalu ditinggal sendirian. "Makasih, Mang Jaja," ucap Zhira tersenyum paksa.

Ghaza terkekeh, meskipun senyumnya tidak ikhlas, Ghaza tetap suka, tetap manis dipandang mata. "Berasa tukang cireng gue dipanggil, Mang," celetuk Ghaza.

"Memang mirip."

"Ish!"

Zhira berjalan cepat mendahului lelaki itu menuju parkiran. Dia ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini. Menyaksikan Alvin dan Sesil di dalam sana membuat hatinya sakit.

"Ra." panggilan itu menghentikan langkah Zhira. Tanpa menoleh pun ia tahu itu suara siapa.

Zhira membalik tubuh. Memangkas jarak antara dirinya dan Ghaza, sengaja agar Alvin mengira dirinya sudah bisa moveon. Padahal sampai saat ini hatinya masih selalu berdebar mendengar suaranya.

"Iya, kak Al?" Berusaha sesantai mungkin ketika ia menjawab panggilan itu.

"Aku mau bicara sama kamu."

"Ngomong aja, Kak. Aku tetep bakal dengerin kok."

"Empat mata."

"Maaf, Kak. Aku harus cepat-cepat pergi. Ya kan, Za?" Zhira menatap Ghaza dengan puppy eyesnya, seolah memohon agar mengiyakan saja alibinya.

"Hanya sebentar, aku janji. Setelah itu kalian bisa pergi." Alvin menatap Ghaza seolah membuat permohonan.

Ghaza tahu maksud Zhira, Ghaza tahu gadis ini ingin menghindar saja dari pria di depannya. Tapi, masalah tidak akan pernah selesai jika terus dihindari. Dan Ghaza tidak suka itu. Ghaza tidak suka berhubungan dengan orang yang belum selesai dengan masa lalunya. "Baiklah, gue tunggu di mobil." Ghaza mengambil buket bunga di tangan Zhira kemudian masuk ke dalam mobilnya.

Untuk pertama kalinya Zhira berada pada kebimbangan yang sangat menyiksa batinnya. Ia bisa saja langsung pergi pada Ghaza, tapi kakinya seolah terpaku di tempat. Sesuatu di sudut terdalam hatinya memaksa untuk mengikuti langkah lelaki itu. Setelah menghela napas pasrah, merasa kalah pada hatinya ia memilih mengikuti Alvin. Terlanjur bucin.

Terlanjur Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang