Happy Reading... ❤
"Perasaan itu tidak bisa dikendalikan. Ketika aku punya banyak pilihan, tapi hatiku tetap milih kamu."
Terlanjur Cinta
"Aw, maaf maaf, Mama gak liat." Laras menutup mata gadis yang datang bersamanya.
Ghaza mendorong tubuh Zhira sampai terjatuh di sampingnya.
Keduanya melihat ke asal suara. Di sana ada dua perempuan cantik dengan ekspresi yang berbeda. Zhira menangkap ada kebencian terpancar dari mata gadis itu. Siapa dia?
"Aku tunggu di luar aja, Tan," ucapnya lalu pergi.
Zhira langsung bangkit dari kasur. Ia duduk lalu memperbaiki tatanan rambutnya. Bukan karena lusuh. Tapi, karena mengalihkan gugup yang diam-diam menguasainya.
Begitupun Ghaza. Meski dia sudah terbiasa dengan debar saat bersama Zhira, tetap rasanya beda. Nuansa halalnya lebih dapat, tidak salah kan jika Ghaza berharap lebih?
"Mama ngapain sih? Ah elah." protes Ghaza yang langsung dihadiahi tatapan menusuk dari Zhira.
"Ghaza sayang, please deh. Ini baru habis isya' dan diluar masih ada Bunda sama Papanya istri kamu. Masa udah mau gituan aja."
Wajah Zhira langsung panas seketika. Ingin sekali mencekik Ghaza yang tetap biasa saja padahal ucapan Mamanya terkesan intim menurut Zhira.
"Maksudku ngapain bawa dia ke kamar ini?"
"Hehee, Mama lupa kalo sudah ada Zhira. Kebiasaan sih dia suka keluar masuk kamar kamu. Kan Mama jadi lupa."
Ghaza hanya menghela napas jengah.
"Zhira, sayang. Makan malam bersama dulu ya, beentar aja. Habis ini kalian bisa...." Laras menutup mulutnya sambil cekikikan. Bahagia sekali rasanya, semoga ia segera punya cucu. Perempuan kalo bisa.
"I-iya, Ma." ucapnya. Lalu Laras keluar dari kamar mereka. Menyisakan keduanya. Zhira langsung berbalik dan memukuli tubuh Ghaza dengan membabi buta.
"Astaghfirullah, kok gue yang digebukin, Ra?"
"Biarin. Habisnya lo ngeselin."
Ghaza tertawa lalu menahan tangan kiri Zhira, mengeluarkan cincin dari saku, lalu menyematkan cincin pernikahan mereka di jari manis istrinya.
"Jangan pernah dilepas lagi ya, Ra. Sekalipun cincin dari mantan lo itu lebih indah. Tetep aja cincin pernikahan kita ini lebih suci," jelasnya. Lalu membawa Zhira duduk di tepi kasur.
Mata Zhira membulat. Ghaza tahu cincin itu dari Alvin? "Lo tahu ini dari..."
Ghaza mengangguk. "Gue gak bakal ngelarang lo make cincin dari Alvin." Ghaza memasukkan juga cincin dari Alvin di jari tengah Zhira.
"Kenapa? Lo gak khawatir gue bakalan selingkuh sama dia?" tanya Zhira. Dia penasaran sebenarnya Ghaza seperti apa orangnya?
"Khawatir." tandasnya jujur. "Hanya saja, perasaan itu gak bisa dikendaliin, Ra. Gue tahu rasanya. Ketika gue punya banyak pilihan, tapi hati gue tetep milih lo." Ghaza menatap Zhira dalam. Lo itu rasa sakit yang gue suka, Ra.
"Gombal." Zhira memutar bola mata malas. "Yang logis aja. Kita ini gak pernah ketemu. Ya, meskipun waktu kecil kita pernah bersama. Itu gak cukup buat jadi alasan lo cinta sama gue." Ghaza itu playboy, jadi seserius apapun dia kalau tentang cinta Zhira tidak akan percaya.
"Iya juga sih. Hahaa... "
"Kan." Zhira cemberut entah kenapa dia sedikit kecewa saat Ghaza membenarkan tebakannya. "Lo itu playboy, tadi aja cewek lo dateng. Itu yang ke berapa?" Zhira kepo. Sejujurnya harga diri Zhira terluka saat Ghaza mendorong tubuhnya saat perempuan itu datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlanjur Cinta
RomanceSebuah perjalanan hidup, tentang bagaimana melepas sesuatu yang tak dapat di genggam, dan bagaimana menerima sesuatu yang datang tanpa diharapkan. Nazhira harus mengenyam kenyataan pahit bahwa kekasih yang sangat ia cintai menikah dengan sahabat nya...