Seindah apapun masalalu tetap saja itu sudah berakhir. Sesakit apapun kenyataan di masadepan, tetap itulah yang harus dijalani.
Terlanjur Cinta
Suara gemericik air dari kran menelisik indra pendengaran Zhira. Tidurnya terusik dalam setengah sadar, tapi perlu beberapa detik untuk mengembalikan sadar sepenuhnya.
Saat sadar ia langsung meraba bagian dada, takutnya dia sudah diraba-raba.
"Alhamdulillah, masih utuh."
Setelah itu ia ikut turun dari ranjang lalu menoleh pada jam diding sambil mengucek matanya yang sedikit buram. Jarum panjang di sana tertera menunjukkan pukul 02.15 WIB.
Matanya yang rabun atau memang Ghaza kebiasaan mandi jam segini? Semalam juga ia mendengar suara air di kamar mandi. Tapi semalam ia malas bangun. Sekarang juga mandi jam segini? Zhira kira ini sudah pagi.
"Lo kebangun gara-gara gue ya?"
Zhira yang asik memperhatikan jam langsung memutar kepalanya menghadap pintu kamar mandi. "Aahh!" teriaknya kaget, lalu membalik tubuh. Memalingkan wajah dari suaminya. "Bisa gak sih, lo ilangin tuh kebiasaan telanjang dada depan gue?"
"Bisa gak jangan teriak? Kalo orang rumah denger gimana? Harusnya lo yang harus terbiasa, gue kan suami lo, Ra." balasnya dengan wajah santai.
Zhira berdecak. "Ck, inget ya, gue nikah ama lo cuma terpaksa. Jadi, jangan berharap lebih."
Menghela napas dalam Ghaza membalik tubuh istrinya.
Zhira terkesiap bukan main namun ia menutup mata. Sial, tubuh sang suami beraroma susu vanilla favoritnya. Ia membuka sedikit matanya lalu kembali memejam erat ketika tertangkap ia mengintip.
Astaghfirullah, roti sobeknya menggoda iman, Zhira tidak pernah menyangka dibalik style rapi Ghaza tersimpan tubuh atletis yang begitu aesthetic.
Sebelah sudut bibir Ghaza tertarik hingga menimbulkan senyum miring yang sangat menawan.
"Ambil wudhu sana. Aku tunggu." ucap Ghaza lalu menarik pintu geser dan masuk ke walk in closet.
"Ngapain? Gue udah shalat isya' kalo kamu lupa." Zhira membuka mata, sedikit berteriak mengingatkan kalau sebelum pindah ke sini ia dan keluarga sudah shalat berjama'ah, apa Ghaza pikun?
"Lakukan saja. Itu perintah suami."
Gadis itu menghembus pasrah ketika terdengar suara dari dalam pintu yang sudah tertutup, kemudian masuk ke kamar mandi.
Butuh sepuluh menit Zhira membersihkan wajah lalu berwudhu. Seusai itu barulah ia keluar dari kamar mandi. Bertepatan dengan itu Zhira terperangah, Ghaza keluar menggunakan koko berwarna putih dengan kombinasi hitam dilengkapi peci putih. Tidak dapat dipungkiri Zhira sempat terpesona.
"Kenapa bengong? Ganti baju," titahnya seraya menyingkir dari pintu ruang ganti. Berjalan menuju sisi lain tempat tidur.
"Emang mau ngapain sih nyur—"
"Lakukan." Ghaza memotong datar.
Kembali gadis itu memanyunkan bibirnya, beranjak ke ruang ganti. Ia melongo melihat jejeran lemari yang entah apa saja isinya. Sisi kanan di penuhi jas, kemeja, kaos dan berbagai macam keperluan style Ghaza.
Zhira beralih ke sisi kiri mendapati baju-baju perempuan di sana. Ini baju-bajunya, semua? Ghaza memang mengejutkan. Sejak kapan dia mengangkut isi lemarinya ke sini? Di lemari lain juga ada beberapa gamis yang bukan miliknya, namun semuanya masih baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlanjur Cinta
RomanceSebuah perjalanan hidup, tentang bagaimana melepas sesuatu yang tak dapat di genggam, dan bagaimana menerima sesuatu yang datang tanpa diharapkan. Nazhira harus mengenyam kenyataan pahit bahwa kekasih yang sangat ia cintai menikah dengan sahabat nya...