Musiknya telah berganti. Alunan saxophone kini memainkan lagu yang lain.
Persetan!
Xiao Zhan menggeram dalam hati. Apapun lagunya, dia benar-benar terjebak dalam masalah. Ketidaksabaran memperburuk suasana hati, dia mengetuk-ngetukkan kuku kaki ke lantai saat mendengar nada sambung yang berdengung menjengkelkan. Entah kapan Zhuocheng tengik itu akan menjawab telepon.
Zhuocheng tengah mengemudikan sedan BMW convertible hitam dan meliuk-liuk di jalanan bebas hambatan di kawasan perbukitan pinggiran kota Beijing.
Sebuah van tua menyalipnya dengan sembrono, nyaris menyerempet spionnya yang gemerlapan. Menekan klakson kuat-kuat, Zhuocheng mengoceh atas tindakan norak pengemudi van. Apa dia tidak melihat betapa cemerlang mobil dan penampilan dirinya?
Satu setelan Alexander McQueen abu metalik dan kacamata Molsion warna hitam kebiruan, Zhuocheng merasa sudah berada di standar tertinggi. Dia mengomel beberapa saat lagi hingga terlambat menyadari bahwa ponselnya berdering.
Xiao Zhan meneleponnya.
"Halo?" ia berdehem, mengatasi segala bentuk ketidakwajaran atas suasana pagi hari yang memalukan. Bmw megahnya disalip van tua tidak tahu diri.
"Zhuocheng," menahan rasa mual akibat sakit kepala hebat, Xiao Zhan mendesis di telepon.
"Ada apa Zhan? Aku tengah mengemudi dan melakukan slalom di atas ngarai. Bisakah kau menunggu untuk meneleponku lagi nanti?"
Xiao Zhan menggigit bibir, "Aku harus bicara denganmu.."
"Kau terdengar khawatir," gumam Zhuocheng. Gaya bicaranya yang tegas terdengar seperti dia tidak memiliki empati.
"Zhuocheng.."
"Ya, aku mendengarkan!"
"Apa yang terjadi semalam?" pertanyaan itu terdengar tolol di telinganya sendiri, tapi Xiao Zhan benar-benar bingung.
"Astaga! Kenapa bertanya padaku? Kau melakukan apa yang ingin kau lakukan sendirian. Apa kau sedang mabuk sekarang?" gerutu Zhuocheng. Dia tidak siap meladeni keluhan temannya di pagi hari yang indah musim semi.
"Aku tidak mabuk. Untuk apa mabuk pukul delapan pagi?" Xiao Zhan menggertakan geraham. Menahan satu hantaman rasa sakit lagi di kepalanya.
"Yeah, mungkin saja kau melakukannya. Anggur adalah sarapan untuk para juara," Zhuocheng terbahak singkat, terdengar lega dan bersemangat.
"Zhuocheng tolonglah.."
"Oke. Katakan ada apa?"
"Ini -- ini kacau.."
"Apa maksudmu? Bagaimana?"
"Aku tidak ingat apa-apa semalam."
"Kau benar-benar sesuatu, tampan! Kau bicara omong kosong setiap kali habis mabuk."
"Jadi, katakan apa yang telah aku lakukan?" potong Xiao Zhan.
"Lakukan?" Zhuocheng mulai jengkel sekarang.
"Aku tidak tahu apa yang kau lakukan. Sepanjang siang hingga malam kemarin aku bertemu klien, aku mempromosikanmu. Kukatakan bahwa kau seorang model menjanjikan di masa depan dan calon aktor yang bisa menawarkan pertunjukan luar biasa, dengan bakat yang kau miliki, kau bisa melakukan semua hal yang mungkin tidak masuk akal. Aku memberitahu klien bahwa kau sangat tampan dan berbakat, dan lain-lain. Apakah sudah jelas?"Xiao Zhan semakin tenggelam dalam sofa empuk yang menghisap tubuh kurusnya.
"Jadi, apa aku berjumpa klien semalam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐎𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝐁𝐑𝐄𝐄𝐙𝐄 (𝐘𝐈𝐙𝐇𝐀𝐍)
FanfictionSatu pagi di musim semi, Xiao Zhan terbangun di satu kamar tidur dalam sebuah rumah besar tak dikenal dengan seorang pria asing yang tewas terbunuh berbaring di sampingnya. Dia tidak bisa mengingat apa yang terjadi malam sebelumnya karena ia mabuk b...