Part Nine

697 108 19
                                    

Xiao Zhan semakin tenggelam dalam kursi penumpang, punggungnya mendadak lengket oleh keringat, ia selalu mendengar saran yang sama sejak awal, apa tidak ada cara lain?

"Zhuocheng juga mengatakan itu," Xiao Zhan tercekik.

"Zhuocheng?" sudut bibir Yibo terangkat.

"Siapa Zhuocheng?"

"Wang Zhuocheng, managerku."

Yibo terbelalak, "Kau mengatakan semuanya pada managermu?"

"Memangnya harus bicara pada siapa?" ia mendesis, jengkel lagi.

"Kau benar-benar mempercayainya? Apa dia bisa dipercaya? Kalian memiliki hubungan istimewa? Apa dia tampan?"

Nada bicara si polisi semakin aneh, membuat Xiao Zhan semakin merasa kacau dan juga curiga. Apa polisi ini sungguhan atau gadungan? Kenapa dia seperti lebih tertarik urusan pribadinya dibanding kasusnya.

"Kau tidak akan mengerti," Xiao Zhan mendesah bosan.
"Dia adalah satu-satunya teman yang membantuku dalam meraih mimpi. Walaupun kau polisi, aku tidak mengizinkanmu mencurigai sembarangan orang secara tidak langsung dengan gaya bertanyamu yang menyebalkan."

Yibo mencibir tipis seraya mengangkat bahu.

"Dengar," Xiao Zhan semakin bersikap serius.
"Kau menyarankanku untuk menyerahkan diri ke polisi? Jika itu kulakukan, polisi akan menangkapku.  Mereka tidak akan mencari orang lain."

"Itu tidak benar," Yibo menyahut ringan, terkejut karena mendapati dirinya tidak tersinggung mendengar komentar sinis Xiao Zhan.

"Itu benar, karena--"

Xiao Zhan berpikir ulang dalam waktu yang singkat apakah ia akan membuka rahasianya yang lain. Dilihatnya Yibo sudah jatuh dalam rasa penasarannya sendiri, ia tidak bisa mundur lagi sekarang.

"Apa? Kenapa kau terlihat ragu, atau ada kejahatan lain yang kau lakukan?"

Satu peristiwa terlintas kembali dalam ingatannya. Untuk satu saat ia menganggap kejadian itu serius, lain waktu terasa konyol dan menggelikan. Tapi kini, peristiwa itu seolah menjelma jadi mimpi buruk yang terulang.

"Dulu, di satu waktu aku dan salah seorang sutradara bajingan mendiskusikan masalah sambil minum-minum di akhir pekan. Dan hal berikutnya yang aku tahu, dia berdarah dan aku memegang pisau pengupas buah di tanganku."

Kerutan di kening Yibo semakin dalam. Keprihatinannya meningkat sekarang. Siapa yang menyangka kalau pemuda semanis ini bisa begitu mengerikan di kala mabuk. Untunglah pagi ini ia hanya memberinya sekaleng bir dingin. Jika ia memberinya minuman jenis memabukan, Yibo khawatir dirinya akan berakhir di tangan Xiao Zhan yang mabuk. Tak ada jaminan dia hanya akan melukai dengan pisau buah. Bagaimana kalau dia mengambil gergaji. Bulu-bulu di seluruh tubuh Yibo terangkat semua. Adegannya terlalu horor. Ia menggoyangkan kepala kuat-kuat, mengusir bayangan tidak lulus sensor itu, dan membuat poni bekas dijambak kembali kusut, menutupi alisnya dengan anggun.

"Kau memeriksakan diri ke psikiater?" ia bertanya.

"Tidak. Kurasa tidak perlu," Xiao Zhan menggeleng.

"Atau kau dipenjara?"

"Mana mungkin?" Xiao Zhan melotot.
"Aku calon bintang di masa depan. Publisitas buruk akan membuat karierku hancur sebelum berkembang. Kami akhirnya berdamai."

"Sementara waktu," Yibo menyipitkan mata.

"Maksudmu?"

"Yah, perdamaian hanya meredakan masalah sementara waktu. Kau tidak menggali hingga ke akar masalah. Harusnya dirimu diterapi."

𝐌𝐎𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝐁𝐑𝐄𝐄𝐙𝐄 (𝐘𝐈𝐙𝐇𝐀𝐍) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang