Part Eighteen

868 108 21
                                    

Tap! Tap! Tap!

Seperti telapak kaki berat menghantam lantai, suara itu melengking bergema di otak Xiao Zhan yang nyaris jatuh pingsan. Kesadarannya berkedip-kedip, tapi masih sempat mengutuk dirinya sendiri yang terlalu sembrono dengan lantai licin. Di momen paling genting, alih-alih bisa melarikan diri, dia malah tumbang gara-gara terpeleset di lantai.

Tolol, apakah aku tidak bisa memilih waktu lain untuk jatuh?

"Xiao Zhan--" Yibo memanggil, nyaris mengerang.

Pemuda yang dipanggil meringis-ringis, masih terlentang di lantai. Dia harus segera bangkit, berlomba dengan Zhuocheng yang megap-megap di dalam bathtub.

Langkah kaki semakin jelas dan mendekat. Itu datang dari arah luar. Seseorang akan datang.
Harapan berkelip di relung pikiran Xiao Zhan yang gelap dan kabur.

Brakk!!

Suara apa itu? Dari mana asalnya?

Xiao Zhan terperanjat. Demikian juga Yibo dan Meng Zhiyi. Gadis itu merapat ke dinding dengan ekspresi ngeri. Ketakutan merayapi tulang punggungnya, dia menoleh ke arah pintu yang dibuka paksa.

"Letnan Wang!"

Yubin dan dua orang petugas lain menyerbu masuk dengan pistol teracung di tangan.

Polisi!

Semua orang di dalam ruangan terkejut dengan cara berbeda.

Meng Zhiyi mendelik, nafasnya tersengal, namun segera berjuang mengendalikan. Ini bukan saatnya untuk panik, ketakutan, dan terlihat bersalah.

Zhuocheng baru saja merayap keluar dari bathtub dengan seluruh rambut dan pakaian basah kuyup seperti kucing kehujanan. Matanya mengerjap-ngerjap, ia bersin beberapa kali karena menghisap air ke dalam hidungnya.

Polisi!!!

Apakah itu imajinasinya? Dia berusaha keras untuk mendengarkan. sesuatu telah menyebabkan dia terhenyak begitu tajam dan dia merasakan perasaan tidak enak bahwa dunianya sebentar lagi akan berakhir.

Yubin melompat mendekati Yibo, memeriksa kondisinya dan membantunya untuk bangun, tetapi gagal. Sang letnan menggelosor kembali ke lantai.
"Astaga, kepalaku..." ia mengerang, ekpresinya terlipat-lipat menahan sakit yang berdenyut hebat.

"Panggil ambulan!" Yubin menoleh pada salah seorang rekannya.

"Akan segera kutelepon," petugas lain menjawab cepat, mengeluarkan ponsel dengan sigap.

"Sialan, kenapa kau lambat sekali? Suasana kacau di sini," Yibo masih sempat menceracau di tengah rasa sakit. Yubin meringis, lalu ia memindai situasi. Dia melihat Xiao Zhan berjuang bangun dari posisi ganjil di lantai, seluruh tubuhnya basah, rambut serta pakaian berantakan. Sang aktor merangkak, menggapai kaki sofa dan terengah payah.

Satu petugas lain mendekati Meng Zhiyi. Raut wajah gadis itu tidak lebih baik dari Xiao Zhan. Bahkan lebih kacau. Nafasnya tersendat-sendat, kentara sekali dia mencoba bersikap tenang di tengah suasana tegang.

"Apa yang terjadi di sini?" Yubin tidak bisa memikirkan skenario yang bagus. Tetapi kekacauan ini mirip adegan film yang menegangkan di mana para aktornya payah semua.

Xiao Zhan yang pertama menjawab, lambat dan perlahan.
"Pembunuhnya -- dia," telunjuknya mengarah ke pintu kamar mandi.

"Pembunuhnya di sini," ia melanjutkan.

Yubin menoleh ke pintu kamar mandi yang terbuka di mana sesosok tubuh keluar dari dalam sana, terhuyung-huyung. Zhuocheng terlihat sangat konyol dan menyedihkan.

𝐌𝐎𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝐁𝐑𝐄𝐄𝐙𝐄 (𝐘𝐈𝐙𝐇𝐀𝐍) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang