Part Eleven

753 100 14
                                    

Kantor Polisi Beijing

"Ada telepon untukmu," seorang opsir menyentuh lengan Yubin yang sedang sibuk dengan dokumen di ruang rapat. Ada beberapa berkas kasus yang ia tangani dan ia menjadi sangat sibuk terlebih setelah partnernya, Letnan Wang, mengambil cuti dua hari dan bolos sehari tanpa alasan. Sersan berperawakan sedang dan tinggi seratus delapan puluh centi itu tidak bisa dinilai dari wajahnya yang imut dan terlihat naif. Sebenarnya, dari segi teknis, dia lebih handal dari letnan Wang. Karena itu ia sibuk sejak pagi gara-gara satu panggilan dari letnan Wang yang menginformasikan penemuan mayat di apartemen Xinyuan south road.

"Hallo?" ia mengangkat gagang telepon yang tergeletak begitu saja di mejanya.

"Sersan Yubin di sini," ia memperkenalkan diri pada si penelepon.

Xiao Zhan menggerak-gerakkan tangan gelisah. Terlebih saat mengerahkan keberanian dan menelepon polisi, Wang Yibo duduk merapat di sampingnya, mencoba menguping pembicaraan dia dengan Yubin.

"Eh, ehm--seorang temanmu mengatakan padaku bahwa aku harus menelepon," Xiao Zhan memulai laporannya dengan kalimat tolol, seketika Yibo merotasi bola mata, tak habis pikir bagaimana seseorang bisa begitu gugup dan polos.

"Temanku?" ulang Yubin bingung.

"Ya," Xiao Zhan menegaskan. Menghindari tatapan Yibo yang intens, bahkan tanpa sadar ia mencari-cari sesuatu di tasnya dan menemukan sebungkus rokok.

"Oke. Jadi apa yang ingin kau katakan?" tanya Yubin.

"Aku menelepon tentang tubuh," Xiao Zhan mengeluarkan sebatang rokok, memainkannya diantara jemari. Melihat itu Wang Yibo bengong. Pemuda manis ini sungguh tak terduga. Dia membual tentang memulai hidup sehat tetapi tak lama kemudian membunuh diri sendiri dengan rokok. Yibo curiga tentang benda apa saja yang berada di dalam tas sang aktor. Siapa yang tahu kalau dia juga menyimpan opium atau kondom di dalamnya. Untuk yang terakhir, dia juga sesekali menyimpannya.

"Tubuh? Apa maksudmu?" ulang Yubin.

Bibir Xiao Zhan gemetaran, dia berusaha menyingkirkan bayang-bayang mayat Jiang Fengmian dari alam pikirannya.

"Tubuh seseorang," ujarnya masih dengan gugup.

Yibo menarik mundur dirinya, tidak berminat menguping lagi, dan bersandar pada kursi seraya memijat pelipisnya.

"Bagian tubuh tertentu?"

"Oh, bukan. Tubuh orang mati."

"Maksudmu mayat?" sersan Yubin tercengang, dia bertanya-tanya apakah si pelapor ini sungguhan atau anak nakal yang mengerjai polisi.

"Ya itu dia maksudku. Mayat," Xiao Zhan terbatuk.

"Kau menemukan mayat? Di mana?" sersan Yubin masih menanggapi sabar.

"Yang di apartemen Xinyuan south road. Mayat Jiang Fengmian."

Yubin menggeser letak kakinya, mencari sebuah notes dan ballpoin di laci meja.
"Oh mayat itu," ia menggumam.
"Apakah kau aktor Xiao Zhan?"

Xiao Zhan terkesiap, nafasnya sesak meski rokok belum dinyalakan, apalagi dihisap.

"Aku tidak melakukannya," ia berkata, tercekik.

"Baiklah. Aku ingin mendengarkan dari sisi kamu. Mungkin kita--"

"Aku hanya--,dengar! Aku pikir aku harus membagi informasi ini denganmu. Kau harus tahu bahwa Jiang Fengmian tidak mati di apartemenku. Dia mati di rumahnya, di kawasan danau Yanqi."

"Akan kucatat laporanmu," ujar Yubin, tetap tenang.

Di seberang, Xiao Zhan terus berargumen untuk mencoba memberikan kesan tidak bersalah.

𝐌𝐎𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝐁𝐑𝐄𝐄𝐙𝐄 (𝐘𝐈𝐙𝐇𝐀𝐍) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang