Part Twelve

599 86 9
                                    

"Masuklah!"

Sukses dengan misi membawa kembali sang aktor ke rumahnya, Wang Yibo dibanjiri semangat dan segera melompat turun dari mobil untuk membuka pintu rumah.

"Aku punya beberapa bahan makanan di lemari es, mungkin cukup untuk membuat taco," ia menoleh pada Xiao Zhan yang melangkah linglung di belakangnya.

"Astaga, kenapa aku harus kemari lagi, apa-apaan.." ia bergumam tanpa daya.

"Atau kau ingin pizza lagi?" Yibo mendorong pintu, mengisyaratkan Xiao Zhan untuk masuk. Senyum ramahnya kini meyakinkan Xiao Zhan bahwa ia disambut sepenuhnya di rumah ini.

"Steak?" cetus Yibo lagi.

Sebenarnya Xiao Zhan tidak terlalu menangkap apapun celoteh Yibo. Pikirannya melayang ke satu tempat dan beralih dari adegan satu ke adegan lain.

"Atau sejenis makanan tradisional?" Yibo ngotot dengan pertanyaannya.

"Apapun yang membuatmu bahagia," Xiao Zhan membuka mulut dan berkata sekedarnya. Kakinya mulai menapaki lantai dingin ruang tamu rumah Yibo.

Sang empunya rumah memeriksa beberapa ruangan, menyalakan lampu, kemudian bergegas ke dapur dan memeriksa isi lemari es. Dia terbengong sejenak dalam posisi membungkuk. Bahan-bahan yang tersedia sangat sedikit. Tidak cukup untuk membuat banyak hidangan makan malam.

"Zhan," ia berteriak dari dapur. Xiao Zhan belum masuk ke kamarnya, masih berdiri di ruang tamu mengawasi sebuah akuarium mini dengan ikan-ikan kecil berenang putus asa di dalamnya.

"Ya?"

"Aku khawatir bahannya terlalu sedikit, bagaimana jika memesan saja dari restoran?"

Apa peduliku, batin Xiao Zhan.

"Terserah."

"Baiklah," Yibo menyembulkan kepalanya dari pintu dapur.

"Apa yang kau inginkan untuk makan malam?"

Xiao Zhan mengangkat bahu, "Apa saja. Kau yang putuskan. Lagi pula kau yang bayar bukan?"

Yibo, "............."

Pemuda itu menggaruk tengkuknya. Dia memikirkan beberapa menu, mencoba membayangkan sajian terlezat. Langkahnya kembali ke lemari es, secara refleks dia membuka freezer dan terkejut saat menemukan potongan beef yang sudah membeku, bungkus plastiknya tertutup lapisan bunga es. Sulit menentukan kapan tanggal kadaluwarsa daging tersebut. Matanya berbinar cerah, kenapa harus pesan? Dia akan memasak saja, menjajal kemampuan memasak yang sering ia pelajari dari blog video para juru masak terkenal yang sering ia tonton saat sedang kesepian pada sabtu malam. Setidaknya, ia tidak terlalu merasa nasib percintaannya tragis.

"Aku berubah pikiran. Zhan, bagaimana dengan steak mozzarella?"

"Lakukan sesukamu, dan berhenti berteriak. Kepalaku sakit mendengar suaramu," Xiao Zhan menggerutu, menyeret langkah ke pintu kamar.

Yibo, "......??..."

"Aku akan mandi. Setelah aku selesai, kuharap semua sudah siap." Sebelum menutup pintu, Xiao Zhan menyempatkan untuk menoleh sekali lagi dan bicara dengan nada santai yang menjengkelkan.

Yibo, ".....!?!....."

Satu jam kemudian Xiao Zhan keluar dari kamar dan melihat Yibo di taman sedang menata meja lipat berbentuk persegi, melapisinya dengan taplak berenda, meletakkan dua batang lilin aromatik berukuran besar yang ditempatkan pada dua gelas bening.

Ada dua piring steak yang tampilannya sangat sederhana, serta dua gelas jus jeruk.

"Mengapa repot-repot makan di taman?" tanya Xiao Zhan, melirik bingung.

𝐌𝐎𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆 𝐁𝐑𝐄𝐄𝐙𝐄 (𝐘𝐈𝐙𝐇𝐀𝐍) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang