AL-KHAFA ١

1.4K 50 7
                                    


📖📖📖

"Fa!"

Yang di panggil menghentikan langkah lalu berbalik. Dia tersenyum lebar mendapati sang sahabat yang telah lama tak bertemu kini menghampirinya dengan bahagia.

"Masyaallah, Dina!" Dia memeluk erat Madina Sufyan. Orang yang pertama kali menjadi temannya sejak pendaftaran kampus.

Dia kangen sekali pada sahabatnya ini!

Tak lama pelukan itu terlepas. Dina melirik map yang berisi lembar revisian tesis tertulis nama Khafa Yamaniyah Shiddiq. "Beuh... Bau-baunya bakal sidang nih!" godanya.

Ning Khafa tergelak. Sidang apanya?

"Do'anya Din. Lagian masih panjang, revisian terus." Bibir Ning Khafa sedikit manyun.

Sudah dua bulan ini tesisnya mengalami revisi terus menerus. Entah apa yang menyebabkannya, padahal Ning Khafa merasa jika selama menggarap revisi, dia sudah sungguh-sungguh menuangkan berbagai pemikirannya.

Namun tetap saja....

"Halah! Dosbingnya tinggal dikirim Al-Fatihah, set set langsung Acc," kekeh Dina berusaha menyemangati.

"Yey!" dengus Ning Khafa.

Tapi mengingat ucapan Dina barusan ada benarnya juga. Salah satu jalan ninja jika ingin dilancarkan dengan mengirim Al-Fatihah.

Duh! Kenapa tidak dari dulu saja!

Dina tergelak puas melihat wajah cemberut sahabatnya itu. Ning Khafa tersenyum tipis memperhatikan wajah ayu Dina. Dari dulu Ning Khafa menyukai sikap apa adanya Dina, mungkin selama ini dia tidak pernah menemukan seseorang yang bisa dikatakan teman. Karena dia di kenal dengan keturunan Asshiddiq. Jadi banyak dari mereka yang masih sungkan untuk berinteraksi intens dengannya.

"Kamu kemana aja Din?" celetuknya membuat Dina menghentikan gelak tawanya.

Sekarang mimik wajah Dina berubah tegang dengan menggaruk kepalanya. "Emh... Ada-ada di rumah," cengir Dina.

Melihat Ning Khafa tak percaya, dia memegang lengan Ning Khafa. "Serius Fa. Aku dirumah."

Ning Khafa mengangguk berusaha mengerti. Tangannya menarik lengan Dina ketika ada mahasiswa lain yang akan melewatinya.

"Jangan ngobrol disini Din. Ke kantin fakultas yuk!" ajak Ning Khafa.

Dina meringis tak enak. "Yah... Aku mau nemuin dosbing mau revisian...." Dina menunjukkan beberapa lembar kertas terbungkus map bening. Padahal Dina juga ingin berbicara banyak dengan sahabatnya ini, tapi mau bagaimana lagi kalau dia ada tanggung jawab revisi.

Ning Khafa mengangguk sekilas. "Walah! Lama gak ketemu tau-tau udah mau sidang Din. Jadi ini hasil ndekem dirumah aja," kekeh kecil Khafa.

Dina menyengir lebar. "Nyuwun pandungane Ning!" Sambil membungkuk hormat.

"Haish!" Ning Khafa menepuk pelan punggung Dina menimbulkan gelak tawa diantara mereka.

"Tapi serius, doakan aku agar bisa nyusul kamu. Minimal nanti, bisa kualifikasi jadi asisten kamu lah Fa!"

Ning Khafa tergelak. Dari dulu keinginan Dina tidak berubah, menjadi asistennya.

Tidak ada yang mengetahui jika Ning Khafa adalah salah satu owner dari brand fashion yang banyak di gandrungi oleh santri-santri maupun mahasiswi-mahasiswi di seluruh pulau Jawa Timur, Jawa Tengah maupun pulau Madura.

AL-KHAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang