AL-KHAFA ١٥

324 41 35
                                    



📖📖📖📖📖



"Udah ada kabar Ndri?"

Menjelang siang hari, keadaan ndalem sepi. Hanya ada dua pria dewasa sedang bersantai diselingi obrolan pekerjaan. Abah Nahrowi maupun sang istri sedang ada jadwal mengisi sorogan kitab. Sedangkan sang adik sendiri, tadi pagi sudah berangkat ke kampusnya.

"Anu Gus bos," jeda sejenak Andri menyesap kopinya. "Gus Rauzan memang sudah pulang kesini lima atau enam tahun yang lalu, Gus bos. Dan sekarang beliau tinggal di Jakarta."

Punggung Aa' langsung menegak, menatap kaget pada Andri. "Jakarta mana Ndri?"

"Nah! Itu masalahnya Gus bos." Andri ikut menegakkan punggungnya. "Belum dapat info lagi di  Jakarta mana. Tapi orang-orang kita masih berusaha nyari terus."

Punggung yang tadinya menegak, lunglai ke sandaran sofa diiringi hela napas Gus bos.

"Emh... Memangnya Gus Rauzan itu siapa to Gus?" Rasa penasaran Andri sebenarnya sudah bersarang dari lama ketika Gus bos menyuruh untuk mencari Gus Rauzan. 

Nama Gus Rauzan asing di telinga Andri. Selama mengenal Gus bos, tak sedikitpun Gus bos menyebut nama itu. Apalagi dari info yang Andri dapat, Gus Rauzan sudah tinggal lama di Turki. Dan itu lumayan susah untuk mencari informasi mengenai beliau. Detektif yang bekerja di bawah keluarga Abraham hanya sebatas dalam negeri saja.

Aa' menggumam sambil menatap langit-langit ndalem. "Gus Row kuwi adikku, iyo koncoku, iyo keluargaku," jeda sejenak. "Mbiyen Bunda sering sowan ke ndaleme orang tuanya Gus Row, bahkan sebelum bersama dengan ayah. Malah Bunda pernah ngendikan, kalau orang tua Gus Row bagi Bunda adalah kakak."

Andri mengangguk paham.

"Tapi semenjak orang tua Gus Row sedho, Bunda kaliyan Abi sudah jarang kesana. Ora sesering mbiyen."

Mata Aa' terpejam mengingat kejadian itu. Memori tentang bagaimana Bunda begitu terpuruk, kehilangan keluarga. 

Meskipun waktu itu Aa masih kecil, ingatannya masih jelas. Bagi Aa', orang tua Gus Rauzan sudah seperti orang tuanya sendiri. Beliau semua tidak membedakan antara dirinya maupun Gus Rauzan. Bahkan dulu Aa' pernah tinggal di ndalem beliau hampir satu bulan lamanya sebelum Gus Rauzan pindah ke luar negeri.

"Innaillahi wa innaillahi roji'un!"

"Assalamualaikum!"

Aa' maupun Andri seketika menoleh. "Waalaikumussalam. Kok sudah pulang Nduk?" Aa' mengulurkan tangannya pada Ning Khafa.

"Sampun mantun A'."

Kepala Aa' mengangguk. "Iya sudah, bersih-bersih dulu habis itu maem."

"Nduke sudah maem A'. Nduke langsung istirahat mawon."

Alis Aa' seketika mengerut, pelan kepala Aa' mengangguk. Setelah melihat adiknya berlalu, Aa' memandang Andri.

"Aneh, Ndri!"

AL-KHAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang