AL-KHAFA ٣٢

354 37 4
                                    




📖📖📖📖📖


Sudah seminggu lebih, Ning Khafa berkutat dengan gaun milik Ihda. Tak terasa waktu kian dekat dengan hari H. 

Selama itu pula, Ning Khafa masih bungkam. Karena saking sibuknya sampai ia tak sempat memikirkan masalah itu lagi. Dan Ning Khafa pun juga bingung harus memulainya dari mana, harus menceritakannya dari mana.

Dalam seminggu ini, yang ada di benaknya ia harus segera menyelesaikan gaunnya. 

"Ning! Sudah dhuhur."

Ning Khafa menoleh pada Zulaikha di jawab anggukan kepala. Tangannya menjauh dari gaun broken white yang terpasang di manekin sembari menghela napas. Kemudian beranjak mengambil minum air putih yang memang sudah di sediakan.

"Oh enggeh Ning. Tadi Guse matur, minta tolong nanti sore untuk jemput Gus Ashmaan di rumah temannya."

Alis Ning Khafa terangkat tipis. "Lah wes ngeluyur ae," kekehnya kecil. "Alamatnya Mbak Zul?" Sambil menaruh gelas kosong itu.

"Sudah tak kirimkan ke njenengan, Ning." Zulaikha duduk tak jauh dari Ning Khafa, mengamati gaun di manekin.

Ning Khafa mengangguk, "Mbak Zul, ikut 'kan?"

Zulaikha menggeleng sambil menyengir. "Mboten Ning." 

Ning Khafa melengkungkan bibirnya ke bawah lalu menghembuskan napas sejenak, melirik jam kecil yang di pakainya. "Iya udah, aku keluar sekarang saja Mbak." Dengan cekatan Ning Khafa membereskan barang-barangnya. "Wassalamualaikum." Lalu menutup pintu ruangannya.

Zulaikha baru saja tersadar dan akan menghentikan, namun kalah cepat dengan ningnya. Ia lupa, menanyakan akan kemana dulu ningnya itu.

Lalu tangannya merogoh ponsel di saku rok-nya. Menghubungi seseorang.

"Assalamualaikum!"

Zulaikha mendengar jawaban salam di seberang. "Ninge sudah keluar barusan. Dan saya lupa menanyakan kemana." 

Zulaikha mengangguk-angguk mendengar jawaban dari seseorang di seberang sana. 

"Enggeh pun, Waalaikumussalam."

Setelah sambungan terputus, Zulaikha menghela napas berat. Berharap tidak ada sesuatu yang buruk yang terjadi pada ning-nya itu.



*****



Langkah tegap dari laki-laki berpostur tinggi yang tubuhnya di balut dengan jas abu-abu gelap itu, menarik perhatian pengunjung resto hospital. Karena gayanya kental khas eksekutif muda. Siapa yang tidak mencuri pandang padanya. 

Di jam kerja seperti ini, laki-laki itu malah keluyuran karena sudah janji bertemu dengan sahabatnya. Memilih meja yang tidak terlalu ramai, laki-laki itu mengoperasikan iPad-nya mengecek pekerjaannya.

"Assalamualakum Riz!"

Sontak maniknya menangkap kehadiran sang sahabat lalu bersalaman seperti biasanya. "Waalaikumussalam, gimana?" tanyanya to the point setelah meletakkan iPad-nya.

"Santai dulu dong bro! Makan-makan dulu."

"Ck!" Kemudian menyeruput kopi hitamnya yang baru saja di antar. Sedangkan sahabatnya itu sibuk membolak-balikkan buku menu.

AL-KHAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang