AL-KHAFA ٢٣

325 34 6
                                    


📖📖📖📖📖



"Loh Ning!"

Ning Khafa sedikit tersentak, ia pun menoleh mendapati wanita paruh baya yang biasa bantu-bantu di rumah Aa'. 

"Assalamualaikum Bude!" Ning Khafa menyalami Bude Narmi. 

Selama tinggal di ibu kota, beliau sudah ia anggap sebagai orang tua pengganti. Hanya sekedar informasi saja, kalau Bude Narmi ini sudah merawat rumah ini ketika masih ada Bunda dulu. Sudah cukup lama, bukan?!

"Waalaikumusalam. Ning Khafa kapan yang dateng? Bude kok ndak tahu." 

Tangannya masih berada di genggaman Bude Narmi, ia pun tersenyum mengelus punggung tangan keriput itu. "Baru saja Bude."

"Oh! Pas waktu Bude sholat tadi, enggeh?"

Jangan kira Bude Narmi tidak tahu bahasa jawa. Tentu saja bisa, Bude Narmi ini berasal dari Magelang.

Ning Khafa mengangguk. "Emh, aku mau ke kamar dulu kalau gitu Bude. Soalnya belum sholat." Ia menyengir lebar.

"Walah! Iyowes, selesai sholat nanti langsung makan dulu enggeh Ning. Kalau tahu Ning Khafa kesini, Bude masak senengane Ninge."

"Mboten nopo-nopo Bude, yang ada saja." Ning Khafa melirik masakan yang sudah siap di meja makan.

"Halah! Kayak sama siapa saja toh Ning." Bude Narmi menepuk pelan punggung tangannya. "Bude buatkan tahu bumbu mawon enggeh Ning?"

Ning Khafa tersenyum tulus mengangguk. "Enggeh pun, aku ke kamar iya Bude."

"Enggeh, enggeh Ning."

Ning Khafa pun naik ke lantai paling atas. Di rumah Aa' ini, ia di buatkan kamar yang berada di atap. Padahal dulu ia hanya iseng menyeletuk, menginginkan kamar atap. Dan ketika pindahan, kamar atap miliknya sudah siap di tempati. Aa'-nya memang the best brother.

Sementara itu di lantai bawah, Ning Bita masuk ke rumah. Melihat Bude Narmi sedang berkutat dengan masakan lagi, ia pun jadi heran, pasalnya tadi sudah masak.

"Bude lagi buat nopo?" Ning Bita mendekat, terlihat Bude sedang menggoreng tahu.

"Niki loh Ning, Bude mau masak kagem Ning Khafa," ujar Bude Narmi membalikkan tahu-nya.

Ning Bita terkejut, "loh Nduk Khafa sudah datang toh, Bude?"

Bude Narmi menoleh pada Ning Bita. "Sampun Ning, malah tadi berdiri di situ waktu Bude lihat." Sambil menunjuk tempat berdiri Ning Khafa tadi.

Ning Bita sontak terdiam. Ia khawatir Ning Khafa mendengar ucapan nyeleneh Zyela tadi tapi semoga saja tidak, batinnya.

"Sakniki dimana Nduke, Bude?"

"Tasek sholat, Ning."

"Wah! Baunya kok enak Bude!" Tiba-tiba dari belakang, Zyela datang dan langsung menghampiri Bude Narmi. Tangannya mencomot kacang goreng yang belum di ulek oleh Bude.

Ning Bita menatap datar Zyela, karena yang ia tahu adik suaminya itu maniak kacang.

"Mau kemana Teh?"

Berhenti sebelum berbalik menuju kamar Ning Khafa. "Mau ke kamar Nduk Khafa dulu. Kalau kamu mau makan, makan dulu ndak apa-apa Dek." 

"Oke, kebetulan laper dan beruntung ada kacang goreng." Mengambil toples kacang goreng yang masih hangat. 

AL-KHAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang