AL-KHAFA ٤

397 38 27
                                    

📖📖📖

Setelah bertemu dengan dosen pembimbing, Ning Khafa berjalan ke parkiran dengan tergesa. Karena tepat ketika mengecek ponsel, ada notifikasi pesan dari seseorang yang kini sudah menantinya di parkiran fakultas.

"Ning!"

Dengan napas terengah-engah, Ning Khafa menangkap perempuan sebayanya sedang mendekat.

"Sudah siap semua Mbak Zul?" Ning Khafa membuka pintu mobil di samping kemudi.

Hana Zulaikha, panggilannya 'Mbak Zul'. Dia yang selama ini membantu mengurus pekerjaannya. Zulaikha ini sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri, bersahabat sejak masih menjadi santri dulu. 

Setelah lulus sarjana di kampus pesantren, Zulaikha menawarkan diri untuk membantunya. Tentu saja dengan senang hati ia menerima. Mengingat bagaimana keseharian Zulaikha yang sudah ia kenal.

"Sampun Ning!" Sambil fokus mengemudikan mobil.

"Duh! Jadi ndak enak aku Mbak," keluh Ning Khafa.

Keterlambatannya ini memang tidak terencana, biasanya dia konsultasi pada dosen pembimbing hanya memakan waktu sekitar satu jam, dan hari ini memakan dua jam lamanya. Mengingat dosen pembimbingnya meneliti ulang dari bab pertama. Alhamdulillah, revisi kali ini hanya sedikit. Dan setelah itu dia akan sidang.

"Mboten nopo-nopo Ning! Semua memaklumi." Zulaikha menenangkan. "Gimana Ning, kapan sidangnya? Yang lain sampun riweh mbeto hadiah apa," kekeh Zulaikha.

Ning Khafa terkekeh menggeleng kepala. Membayangkan betapa hebohnya mereka di kantor.

"Pandungane mawon Mbak. Insyaallah revisi satu kali selesai, bisa sidang." Senyum Ning Khafa melebar.

Jadi tidak sabar sidang lanjut menikah.

Eh?

"Alhamdulillah," seru Zulaikha sekilas menoleh.

Sampailah pada halaman luas milik 'AS Lebels' cabang Yogyakarta. Di dalam tanah seluas ini terdiri dari kantor, store, gedung produksi dan mess. 

Dengan gagasan Santripreneur, tentu 'AS Labels' menyediakan fasilitas layak pesantren. Mess yang menjadi bermukim para pekerja, di buat sedemikian rupa seperti asrama pesantren. Bahkan kegiatannya pun terjadwal ada pengajian kitab.

"Iyo ngaji, iyo kerjoIyo golek akhirat, iyo golek dunyo. Lek mampu nyediani wadah, nyapo ora! Malah apik toh!" Matur Mbah Yai Shiddiq sewaktu rembukan keluarga atas tercetusnya ide ini.

Sampai di ruangan yang biasanya untuk pertemuan. Ning Khafa sedikit meringis ketika masuk melihat mereka yang sudah duduk manis dan menunggunya.

"Pengapunten!" ungkap Ning Khafa tak enak. Karena ini pertama kalinya dia terlambat.

"Mboten nopo-nopo Nduk!" Senyum lembut kakak iparnya. "Monggo langsung saja di mulai."

Ning Khafa mulai menyimak pemaparan dari masing-masing koordinator divisi. Sesekali dia maupun kakak iparnya memberikan ulasan.

"Matur suwun semua atas hasil yang di paparkan pada pertemuan kali ini. Ada sesuatu penting yang patut saya utarakan. Alhamdulillah kita 'AS Labels' akan segera membuka cabang di wilayah ibu kota."

"Alhamdulillah!" Serempak mereka dengan wajah berbinar.

Rencana untuk membuka cabang baru 'AS Labels' sudah dua atau tiga tahun yang lalu. Baru terealisasi pembangunan gedung mulai di tahun berikutnya. Dan baru beberapa bulan lalu gedung itu sudah siap di tempati.

AL-KHAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang