Dua minggu sudah Marshanda dekat dengan Bintang. Lelaki itu ternyata sangat menggemari musik. Dia banyak mengajari Mars tentang musik. Kata Bintang, musik itu sudah seperti separuh napasnya. Mau itu lagu, cuma instrumen, bahkan alat musiknya aja kata Bintang dia cinta. Dua minggu juga Mars tak pernah mendapati sosok Bintang berkeliaran di sekolah. Sejak dia memutuskan untuk taruhan. Ya, seharusnya Mars tahu jika Bintang pasti akan memilih mojok di kelas dengan buku tebal di tangannya daripada berkeliaran di jam kosong maupun waktu istirahat.
"Gimana? Lancar nggak?" Vani menyenggol lengan Mars yang dibuat menyangga dagu.
Mars tersenyum lebar. "Lancar dong."
"Kalau diliat dari roman-romannya, ada yang jatuh cintrong beneran, nih, Van! Baper ya lo sama jalan kutu?"
Mars memelototi Jeni. Jelas, Mars tidak suka jika Bintang dibilang jalan kutu. Karena rambut belah lelaki itu, dia sering dijuluki jalan kutu.
"Mulut lo minta disedekahi?"
Jeni membekap mulutnya sendiri sambil geleng-geleng kepala. Gadis itu ingat, terakhir kali ditawari seperti itu oleh Mars, sebuah buku melayang ke wajahnya. Jadi, Jeni tak mau jika hal itu terulang kembali. "Nggak! Nggak mau! Maaf!"
Mars memutar bola mata malas. Detik berikutnya dia mendengar notifikasi pemberitahuan dari Instagram.
Tring!
1 detik
2 detik
3 detik
Gadis itu menarik napas dalam-dalam lalu menghidupkan ponselnya, membuka aplikasi Instagram. Ada tiga pesan dari Bintang di beranda teratas. Pesan yang membuat Mars terlonjak kaget sampai kakinya tersandung meja. "Aws!"
"Kenapa lo?"
"Nggak apa, nggak apa."
Padahal aslinya Mars kenapa-kenapa, apalagi jantungnya.
Bintang
Nanti ada waktu nggak?
Jalan, yuk
Di Kafe Samudra
KAMU SEDANG MEMBACA
Mars Salah Sasaran (Short Story✔)
Novela Juvenil[ L e n g k a p ] Berawal dari Mars yang ingin menggagalkan misi Z. Gadis itu mengikuti taruhan dengan kedua sahabatnya untuk bisa mendapatkan perhatian Bintang. Cowok cupu dan kutu buku yang identik dengan kacamata juga rambut belah tengah itu...