Batu

32 8 0
                                    

    Pada akhirnya, di sinilah Mars berada. Ruang minimalis dengan layar besar di hadapan gadis itu. Akhirnya, dengan segenap kesabaran yang super duper besar, Ray berhasil membujuk gadis keras kepala seperti Mars. Walau saat sampai di rumah Mars tadi, dia harus menunggu selama setengah jam lebih.

    "Lo ngajak gue karaokean?" Mars melipat tangan di depan dada dan menatap Ray dari atas sampai bawah.

    "Emangnya kenapa?"

    "Ya-ya .... Gue kira lo bakal bawa gue makan kek ke toko buku apa ke taman."

    Ray tersenyum miring. "Nggak bisa nyanyi, ya?"

    Mars mengerjapkan matanya beberapa kali. Lipatan tangan di dadanya ia rubah menjadi berkacak pinggang. "Wah parah. Lo ngeremehin suara gue?"

    Ray mengangkat bahunya acuh. "Kita buktiin."

    "Oke!" Mars menyambar mike di atas meja dan menatap layar di depannya.

    "Ayo kita mulai!"

    Ray menuruti permintaan gadis itu. Perlahan lantunan instrumen lagu memori berkasih membuat Mars melongo. "Dangdut? Lo suka musik dangdut? Cowok kayak lo?? Demi apa?!"

    Ray membekap mulut Mars yang terbuka. Lelaki itu tertawa. "Enggak! Saya sukanya musik jazz."

    Mars melepas paksa tangan Ray yang membekap mulutnya. "Gue kira, bahasa lo aja soya saya masa iya sukanya dangdutan."

    Ray menggeleng kuat. "Enggak."

    "Terus kenapa lagu ini? Cepet ganti, lagu pop biasa aja."

    Ray menggeleng kuat lagi. "Enggak."

    "Lah? Kok enggak? Ganti Ray."

    "Enggak."

    "Ray?"

    "Nyanyi sekarang kalau kamu beneran bisa nyanyi."

    Mars menelan ludah kasar. Sejujurnya dia malu harus menyanyi di hadapan Ketua OSIS SMA Bumi Pertiwi itu. Terlebih lagi lagu yang akan dia nyanyikan adalah lagu dangdut yang bercengkok.

    Melihat Ray yang terus menatapnya, perlahan pun Mars mengangkat mike yang dia pegang tepat di depan bibirnya. Gadis itu menarik napas dalam-dalam dan mulai bernyanyi.

    "Telah kucoba-"

    "Eh?" kenapa yang dia dengar hanya suara anehnya saja? Beberapa detik hening, Mars pun tersadar. Lelaki di sampingnya sungguh menyebalkan! Ray mematikan musiknya!

    Gadis itu melotot pada Ray di sampingnya yang sekarang sedang tertawa terbahak-bahak, walau ini momen langka. Langka kenapa? Karena sosok yang terkenal cool di mata semua orang, tapi sok cool di mata Mars—padahal memang kenyataannya sebenarnya cool itu bisa tertawa lepas seperti sekarang. Namun, hal itu justru membuat kemarahan Mars berlipat ganda.

    "Kenapa musiknya dimatiin sih? Suara gue jelek banget Ray!"

Mars Salah Sasaran (Short Story✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang