Why?

26 7 0
                                    

    Bagaikan mendapatkan reward atau kupon naik haji, Mars merasa sangat-sangat senang. Gadis itu tersenyum lebar sambil memutar jalan menjadi melewati Bintang. Lelaki berkacamata itu sedang membaca buku di depan kelasnya. Mars berdeham-deham saat melewati Bintang yang super serius saat membaca buku. Lelaki itu sama sekali tidak bergerak dari posisi awal dan terlihat menghiraukan sekitar. Mars sudah berdeham dengan keras. Namun, nihil. Mars sama sekali tidak bisa membuat Bintang sadar akan keberadaannya. Akhirnya, dengan memutuskan urat malu, gadis itu kembali memutar arah jalan. Dia kembali balik lagi melewati Bintang dan menyapa sosok berkacamata itu.

    "Bintang." Mars memasang senyum termanisnya. Gadis itu bahkan sudah berada tepat di depan Bintang dan mengambil buku yang Bintang baca.

    Bintang mengernyitkan dahinya bingung. "Iya, kenapa?"

    "Kantin, yuk."

    Bintang berdeham pelan. Lelaki itu berdiri. Mars kira Bintang akan tersenyum dan mengangguk senang. Tetapi, Bintang menatapnya tajam, mengambil lagi buku yang Mars rampas, dan berlalu masuk ke dalam kelasnya. Mars dikacangi.

     "Apa si Bintang masih marah ya karena kemarin?"

🌙

    "Muka lo sepet amat, Neng."

    Mars menatap sinis Jeni yang menggodanya. Dia masih tak habis pikir dengan sikap Bintang padanya tadi. Mars masih menatap nanar layar ponselnya yang hidup. Lagi-lagi gadis itu menghela napas kesal. Bintang juga belum aktif sejak kemarin.

Nggak mungkin juga tuh bocah sampai malem masih di kafe. Tapi, kalau emang kurang kerjaan? Makanya si doi marah karena gue nggak dateng-dateng...

    Jeni mengintip room chat Mars dengan Bintang. Gadis itu cekikikan sambil berusaha mengompor-ngompori Mars. "Siapa tau dia dapet cewek baru di kafe kemarin, Mars."

    Mars melotot tajam. Gadis itu benar-benar kesal sekarang. "Lo suka beneran sama Bintang?" Mars mengalihkan perhatiannya pada pada Vani yang tengah menatapnya lekat.

    Bahu Mars merosot perlahan. Kepalanya menunduk dalam-dalam. "Nggak tahu."

    Vani tersenyum tipis. Gadis itu menepuk bahu Mars pelan. "Pikirin lagi deh. Lo suka Bintang atau Ray?"

    Mars mendongak dengan cepat. Gadis itu mengernyitkan dahinya. "Maksud lo?"

    Vani menyenggol lengan Jeni. "Jelasin."

    Jeni nyengir kuda. "Lo mau tahu kenapa kita buat Misi Z?" Mars mengangguk mantap.

    "Kita tahu lo sebenernya suka 'kan sama Ray? Lo baper 'kan? Tapi lo selalu ngerasa lo itu nggak pantes buat dia, makanya lo gagalin misi kita."

    Mars menatap kedua sahabatnya tanpa berkedip, saat gadis itu akan buka suara. Pertanyaan Vani seakan menghantam dadanya.

    "Dan sekarang ada Bintang. Lo suka yang mana?"

🌙

    Mata Mars menatap sekelilingnya. Dengan segala saran Jeni dan Vani, Mars menyetujui satu dari banyaknya saran yang pasti membuatnya malu di hadapan anak-anak, yang jelas apa yang dia pilih sama sekali tidak merugikannya. Pulang bareng Bintang. Ya, Mars akan berusaha mengajak Bintang ngobrol lagi dan nebeng motor tuh bocah.

    "Bintang!" Mars berlari kecil  ke arah Bintang yang baru saja keluar dari kelasnya. Lelaki itu tampak memegang setumpuk buku tulis.

    "Eh? Ada apa?"

    Mars menggigit bibir bawahnya. Bintang terlalu bersikap dingin kepadanya. Dan itu membuatnya gugup. "Gue bener-bener minta maaf soal kemarin, Tang."

    Bintang mengeryitkan dahinya. Lelaki itu sama sekali tidak tahu menahu dengan apa yang Mars bicarakan. "Maaf, soal apa ya?"

    Mars berdecak kesal. "Ah lo pura-pura lupa atau gimana? Jangan buat gue semakin merasa bersalah dong."

    Bintang nyengir. "Aku nggak tahu kamu ngomongin apa."

    Mars maju beberapa langkah. Tatapan gadis itu mengintimindasi Bintang. "Sok-sokan aku-kamu lagi."

    Bintang mengerjapkan matanya beberapa detik. Sungguh, dia tidak mengenal sosok Mars. Dia hanya tahu jika Mars adalah perempuan yang sering digosipkan teman-teman lelakinya. Katanya, cewek itu cantik, dan memang benar. Tapi, semakin kesini Mars bersikap aneh kepadanya.

    "Aku-kamu? Aku dari dulu ngomongnya gini. Ah Mars, aku benar-benar lagi nggak bisa diajak bercanda. Bu Gatri udah nunggu buku yang aku bawa. Duluan ya." Mars menatap aneh Bintang yang tergesa-gesa menghindarinya. Lelaki itu berjalan cepat ke ruang guru.

    Mars mengacak rambutnya gemas. Kenapa sosok Bintang itu sangat membingungkan?! Segala tentang lelaki itu membuatnya serba salah! Bintang di chat terasa hangat dan playboy-nya keliatan, tapi Bintang nyata? Sosok itu seperti tidak mengenalnya dan enggan berdekatan dengannya.

Sebenernya ini gimana sih ceritanya?!
Perasaan sialan ini juga ah, ngerepotin banget, gue jadi nggak tau kan suka sama siapa!

    Mars mengerang frustrasi. Dengan raut kesalnya gadis itu berjalan ke parkiran. Namun, baru dua langkah suara notifikasi dari ponselnya membuat gadis itu mematung.

    Dengan cepat Mars merogoh sakunya. Dibuka notifikasi itu dan langsung terpampang jelas room chatnya dengan Bintang.

Anda
Maaff🙏🙏
Kuota gue mendadak abis semalem
Maaf banget ya, Tang🙏
Lo masih nunggu gue?

Bintang
Iya nggak apa
Gue juga kemarin mendadak ada acara
Gimana kalau besok jam 3 sore?
Gue pengen ketemu sama lo, kangen😄

    "Lah? Si Bintang kenapa, sih? Ohh atau dia tadi malu ya ngomong langsung sama gue ya kan ya, makanya kabur, terus milih langsung nge-chat." Mars tersenyum simpul. Gadis itu menilik jam tangan yang melingkar di tangannya. Pukul 14.40.

Anda
Heleh pakai kangen kangenan:v
Sok-sokan banget lu, Bang, ke

Gimana kalau nanti malem aja?
Jam 7 di kafe Abang lo

Mars Salah Sasaran (Short Story✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang