6. In Competition

132 16 0
                                    

Tak terbayangkan oleh Rubi berada dalam ajang perlombaan besar. Begitu banyak orang, bunga dan pernak pernik yang begitu indah. Busana seragam yang mereka kenakan disiapkan oleh kantor mereka. Dia tahu bahan yang dikenakan mereka bukan bahan murahan. Dan pakaian ini sangat cantik baik warna maupun modelnya. Mereka juga disediakan juru rias sebelum mereka tampil di tempat lomba. Belum lagi sepatu yang mereka kenakan. Benar-benar dipersiapkan dengan matang dan serius.

Di sinilah mereka sekarang. Dalam ruangan berukuran cukup luas 8x8 meter. Yang ditata demikian cantik. Ada tempat si candiolica berada, brosur-brosur, foto-foto, tempat baca yang ditata apik dengan warna yang berpadu serasi dengan bunga andalan mereka.

Di depan ruangan
mereka, diletakkan sebuah kotak berukuran besar, yang berisikan kartu dengan alamat lengkap pengunjung yang mengunjungi stan mereka. Kartu ini menjadi poin penting dalam penentuan pemenang lomba nantinya.

"Gugup?" Rubi menoleh, tersenyum menatap Jingga.

"Sedikit." Katanya.

"Nanti akan ada juri yang akan bertanya tentang bunga kita. Jawab dengan baik, dan sopan. Apa yang selama ini kau lakukan, katakan dengan terus terang. Tak usah gugup, apalagi takut." Jingga memberi arahan.

Rubi menggangguk.

Seandainya Jingga tahu, bahwa di tempatnya dulu, Rubi sudah mempunyai kedudukan yang cukup tinggi dan mempunyai staf sendiri. Sehingga, dia sudah terbiasa menghadapi hal-hal semacam ini. Tapi untuk sekarang cukuplah dulu seperti ini. Dia juga memiliki pendidikan strata 2 di usia cukup muda, 26 tahun.

Selama ini Jingga hanya tahu dia berasal dari dunia berbeda. Tentang yang sesuatu yang lebih jauh, dia belum pernah menceritakannya.

Ini hari pertama pameran, mereka sudah siap di tempat, jauh sebelum pameran itu di mulai. Acara hari adalah pembukaan oleh pejabat setempat.

Setelah acara pembukaan, biasanya akan di susul dengan kedatangan pejabat tersebut ke tempat yang dipilihnya. Mereka dengan berdebar berharap, mereka akan mendapatkan kesempatan baik ini.

Rubi bersama temannya Se Tim sudah siap di tempat. Dari kejauhan mereka melihat rombongan pejabat mulai bergerak memasuki stan demi stan. Rombongan itu semakin mendekat...dan mereka kaget sekaligus gembira ketika rombongan itu akhirnya menuju ke tempat mereka. Lily dan vivi menyambut tamu dengan sopan dan ternyata Pak Pimpinan mereka ada di dalam rombongan itu.

Rubi berharap-harap cemas. Ketika akhirnya sang pejabat menanyakan sesuatu tentang Candiolica. Rubi berusaha menjelaskan sebaik-baiknya. Dengan sopan dan rasa percaya diri yang besar, seperti biasa yang dilakukannya, saat dia sering hadir di rapat-rapat pimpinan di kantornya dahulu. Ketika pejabat itu bertepuk tangan, kagum dengan penjelasannya. Rubi tersadar. Rasa jengah melandanya membuatnya tersipu. Dan deg...Matanya bertemu sepasang mata...yang menghanyutkan.

Mata sang pemilik candiolica nampak menatapnya dengan intens, entah apa yang ada di kepala pria berambut hitam pekat itu. Rubi takut menatap lama-lama, takut tenggelam dalam pesonanya. Takut hatinya bertambah tersiksa rindu yang mendebarkan.

Untunglah hal ini tak berlangsung lama, setelah memasukkan kartu kunjungan, sang pejabatpun berlalu bersama rombongannya. Rubi menarik nafas lega. Satu tahapan sudah berlalu.

******
Sabtu, 25 September 2021
Don't copy my stories
Bab selanjutnya, apa yaa...tungguu saja, see you soon...
Yang sudah baca, jangan lupa vote dan komennya yaaa...Makasih 🤝
Semangat menebar ilmu&kebaikan😊

One Upon A Time I Wake Up In A Strange Place (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang