10. Laksa Punishment

144 14 0
                                    

Siang itu Rubi memenuhi panggilan Jingga di kantornya. Ketika dia sampai di ruangan itu, dilihatnya wanita paruh baya itu duduk termangu di meja kerjanya. Wajahnya muram. Rubi duduk diam-diam di kursi. Sesaat mata mereka saling bertatapan.

"Bacalah Rubi." Kata Jingga pelan
Wanita itu mengulurkan surat yang tadi dibacanya. Rubi menyambut, netranya membaca baris demi baris. Seketika dia terkejut. Surat mutasi Jingga ke cabang lain! Tangannya gemetar. Matanya menatap Jingga...berkaca-kaca. Jingga juga balas menatap gadis itu. Sadar betul apa konsekwensi dari surat itu. Mereka akan berpisah tempat. Airmata Rubi mengalir tak tertahankan.
Jingga berdiri, lalu merangkul gadis itu.

"Hanya ibu yang saya miliki." Tangisnya berderai, dipeluknya tubuh Jingga erat. Wanita itu balas memeluknya. Rubi sudah dianggapnya seperti anak sendiri. Perpisahan mereka, sudah di ambang mata.

Mutasi ini tidak pernah terbesit dalam pikiran Jingga. Sudah 10 tahun dia di perkebunan ini. Kemarin dia sudah beberapa kali menghubungi Laksa. Tapi teleponnya tak pernah di jawab. Akhirnya telepon dari Jade yang menjelaskan, mutasi itu untuk penyegaran agar dia tidak bosan. Sungguh alasan yang tidak masuk di akal. Karena Laksa tahu betul, betapa besar kecintaannya pada perkebunan ini, juga berapa besar perjuangannya memajukan perkebunan ini. Sementara Laksa hilang bagai ditelan bumi. Menghindar tepatnya, kemungkinan itu yang paling masuk akal menurut Jingga.

Firasat Jingga mengatakan, peristiwa ini ada kaitannya dengan Rubi. Dia ingat peristiwa dua minggu yang lalu, saat Laksa pamit meninggalkan perkebunan ini. Siang itu, betapa suram wajah pria itu. Senyumnya juga begitu pahit dan getir. Kekecewaan dan kesedihan tergambar jelas di netra abu-abunya, tak mampu dia sembunyikan. Dalam hati Jingga bertanya, apa yang sudah dilakukan Rubi pada Laksa? Laksa terlihat remuk redam. Hancur. Apa yang sudah terjadi antara Laksa dan Rubi? Sampai sejauh ini, Rubi belum bicara apapun.

"Rubi, maaf kalau Ibu lancang. Apa ada sesuatu yang terjadi antara dirimu dan Laksa."

Rubi termangu. Sulit baginya untuk bercerita. Apa mutasi ini ada kaitannya dengan penolakannya atas perasaan Laksa. Apakah Laksa ingin menyakitinya lewat peristiwa ini. Sungguhkah? Rubi menatap Jingga...lamaaa... Akhirnya dia memutuskan menceritakan semua kejadian. Berawal dari kejadian di rumah Laksa sampai dengan kejadian beberapa minggu lalu. Setelah bercerita, Rubi merasa rasa yang menyesak di dadanya, terangkat sebagian.

Jingga menarik nafas panjang, ketika mendengar cerita gadis itu. Tangan gadis itu terasa dingin dalam genggamannya.

"Apa Rubi, boleh ikut Ibu." Katanya sedih. Penuh harap.
Jingga menoleh. Baiklah, dia akan coba menghubungi Jade. Lebih cepat lebih baik. Dia cemas meninggalkan Rubi. Cemas kalau Laksa akan menyakiti gadis itu. Setelah 2 kali menelpon, baru di jawab. Mereka berbicara beberapa lama. Rubi menunggu dengan dada berdebar.

"Bagaimana, Bu? Rubi bisa ikut." Matanya berbinar penuh harap. Jingga menatap iba. Duduk di samping gadis itu.

"Maafkan Ibu, kata mereka tidak bisa, candiolica tidak bisa kamu tinggalkan. Tenagamu dibutuhkan di sini."

Rubi terduduk lemas. Bibirnya bergetar. Dia tahu, Laksa ingin membalasnya, dengan memisahkannya dari Jingga, satu-satunya orang yang paling dekat dengannya. Setelah ini apalagi yang akan dilakukan pria itu. Dalam hati Rubi dicekam ketakutan.

"Walau kita berjauhan, kita tetap berhubungan, Rubi boleh menelpon Ibu kapan pun Rubi mau." Rubi menangis lagi. Jingga memeluk sayang gadis itu, kesedihan melanda mereka berdua. Awan hitam nampaknya segera datang.

*********
29 Sept 2021
Bersambung...

One Upon A Time I Wake Up In A Strange Place (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang