22. Good Bye, My Dear

143 10 3
                                    

Pagi itu rubi membawa surat pengunduran dirinya. Awalnya Bagian SDM tidak menerima pengunduran dirinya, apalagi Rubi tergabung dalam Tim kreatif 1. Namun setelah mendengar penjelasan wanita itu, dengan berat hati mereka menerima pengunduran dirinya.
Rubi menghela nafas lega. Tinggal 1 langkah lagi. Memberi tahu kawan se-timnya. Ini yang paling berat baginya.

Setelah membereskan semua urusan administrasi pengunduran dirinya, Rubi pamit dan meninggalkan Bagian itu. Langkahnya menuju ke ruangannya kembali.

Rubi memasuki ruangan yang selama 2 tahun ini sudah menjadi rumah keduanya.
Setelah mengambil nafas sejenak Rubi mengutarakan maksudnya. Sejenak ruangan itu senyap, mereka tak menyangka, lalu mendadak yang perempuan merangkul Rubi sambil menangis. Rubi juga tak mampu menahan isaknya. Sedang yang laki-laki tak mampu menahan haru, mata mereka berkaca-kaca. Hari itu mereka habiskan dengan saling melepas rindu.
Karena mulai keesokan harinya Rubi mulai tak masuk kerja. Hari itu mereka mengadakan pesta kecil-kecilan di ruangan mereka. Tangis dan tawa mengakhiri perjumpaan mereka. Harapan mereka semoga akan ada kesempatan untuk berjumpa kembali.

Sebelum pulang, Rubi naik ke lantai 3. Berdiri cukup jauh dari ruangan Laksa. Ini untuk yang terakhir kalinya. Menatap pintu ruangan yang menyimpan sosok pria yang dicintainya sepenuh hati. Rubi menarik nafas dalam-dalam, matanya berkaca-kaca. Selamat tinggal...cintaku. semoga Tuhan selalu menjagamu dalam kebaikan. Dia akan memutar tubuhnya berlalu ketika bersamaan ruangan itu terbuka, Laksa muncul di depan pintu. Sekilas Rubi menatap wajah pria itu, lalu segera berlalu. Sebelum pria itu menyadari kehadirannya.

Merasa ada yang menatapnya Laksa menoleh ke arah lorong di sebelah kanannya, sesaat dia merasa melihat sesosok tubuh mungil berbaju biru melintas, sebelum sosok itu menghilang ke dalam lift. Rubi ??? Mungkinkah... atau hanya khayalannya saja. Karena selalu membayangkan gadis itu.

*******
Pagi itu, Tim kreatif 1, memasuki ruang rapat di lantai 3. Seperti biasa, Laksa selalu hadir yang pertama. Matanya menelisik satu demi satu mereka yang masuk. Dia tidak menemukan Rubi di antara mereka. Dia berdiri, menunggu. Menatap ke arah pintu, mengharap gadis mungil kesayangannya itu, segera muncul di pintu. Namun nihil.

"Pak, bisa kita mulai," suara Doni, memecahkan lamunannya. Dia menoleh. Menatap pemuda itu.

"Rubi, mana? Kenapa kamu yang presentasi?" Laksa memandang tajam Doni.

Doni terdiam. Sesaat dia berpandangan dengan kawan se-timnya.

"Rubi sudah resign Pak, 2 hari yang lalu." Kata Doni pelan. Suaranya kedengaran tak bersemangat.

"Apa!" Laksa tak sadar berteriak, kaget. Membuat Doni dan kawan-kawannya serentak terkejut. Mata mereka menatap Laksa penuh tanda tanya. Menyadari reaksinya yang berlebihan, Laksa berusaha menata dirinya. Dia menghembuskan nafasnya dalam-dalam.

"Rubi menemani suaminya berobat ke Luar negeri." Inge melanjutkan informasi tentang Rubi.

Laksa terdiam. Dia memang mendengar pernikahan Rubi sewaktu dia akan mengunjungi ruangan Tim 1 beberapa minggu lalu. Dia tidak tahu apa yang dirasakannya saat itu. Semuanya campur aduk di dalam dirinya. Kaget jelas, juga ada rasa kecewa, sedih, dan kehilangan. Namun dia sangat memaklumi alasan Rubi menikahi kekasihnya. Saat itu, jujur dia belum bisa memastikan rasa apa yang ada dalam hatinya buat gadis mungil itu. Namun sekarang, saat mendengar gadis itu sudah pergi begitu jauh. Dia tahu rasa apa yang selama ada  dalam hatinya, namun semuanya sudah terlambat... Rubi sudah tak terjangkau lagi.

Dua hari yang lalu, tubuh mungil berbaju biru yang dilihatnya di lantai 3 itu bukan khayalannya, itu sudah pasti Rubi! Mungkinkah gadis itu ingin berpamitan untuk yang terakhir kalinya?

Laksa kehilangan semangat. Begitupun dia lihat yang terjadi pada kawan-kawan Rubi. Akhirnya Laksa mengambil keputusan untuk mengalihkan jadwal keesokan harinya. Doni dan kawan-kawannya langsung setuju. Lalu mereka bubar, menuju ke ruangan masing-masing.

Lesu Laksa duduk di ruangannya. Matanya menerawang jauh, mencoba menelusuri jejak semua rasa yang ada dalam hatinya. Mimpi aneh yang dialaminya beberapa bulan lalu, awalnya di anggapnya hanya sekedar mimpi, tapi setelah bertemu dengan Rubi, dia tidak menganggap itu hanya sekedar mimpi. Hatinya berkata Rubi juga mengalami mimpi yang sama dengannya. Itu terbukti pada saat pertemuan pertama mereka, gadis itu berteriak menyebut namanya. Padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Ingin bertanya, dia sendiri bingung, memang apa yang ingin ditanyakannya pada gadis itu. Laksa meluruskan jari-jari tangannya. Memikirkan Rubi yang jauh di sana. Apakah gadis itu juga tengah memikirkannya. Tidak. Rubi pasti tengah sibuk mengurusi suaminya. Memang dia siapa, mengharap Rubi memikirkannya. Sejak pertemuan pertama mereka, yang dilakukannya selalu membuat gadis itu jengkel. Dalam hati Laksa menyesal, dirinya terlambat menyadari perasaan yang ada untuk Rubi. Seandainya saja waktu bisa diputar, dia akan merebut hati Rubi dan tak akan pernah menyerahkan Rubi ke pria manapun, apalagi membiarkan seorang pria menikahi gadis tersayangnya. Sekarang yang dapat dilakukannya, hanya menyesali yang sudah terjadi. Berdoa dalam hati, semoga Tuhan memberikan yang terbaik buat gadis yang disayanginya itu.

******
Di suatu tempat yang bermil-mil jauhnya dari Laksa. Seorang gadis sedang duduk melamun di sebuah taman rumah sakit. Gadis itu Rubi. Tubuhnya disandarkan pada bangku besi di belakangnya. Bayu sedang tidur, ketika dia tinggalkan. Sudah 6 bulan mereka di sini. Belum nampak perkembangan yang berarti dalam kesembuhan Bayu. Namun, mereka tetap optimis. Rubi juga berharap kesembuhan bagi suaminya itu.

Wajah Laksa terbayang di depan mata. Nyeri tiba-tiba menyusup ke dalam hatinya. Kerinduan itu masih ada, bahkan semakin bertumbuh subur walau jarak yang terbentang begitu jauh. Perasaan bersalah pada Bayu datang silih berganti, namun dia tak kuasa menolak rasa rindu yang selalu hadir dalam hatinya. Pada seseorang yang namanya takut dia sebutkan. Pada wajah, yang membuat aliran darahnya serasa bergolak. Dia merindukan Laksa. Sangat! Pelan dari matanya meluncur bulir-bulir airmata, turun membasahi pipinya yang mulus. Kenapa rasa ini begitu menyakitkan.... Rubi tak mampu menahan tangisnya. Tubuh mungilnya terlihat terguncang-guncang menahan sedu-sedannya. Laksa...aku merindukanmu, desahnya pilu dalam hati. Bayu, maafkan Aku, Suamiku...

*******
BERSAMBUNG...😭

One Upon A Time I Wake Up In A Strange Place (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang