Rubi mengawasi tukang yang sedang mengerjakan taman yang ada di bagian depan. Sebenarnya ada pengawas yang khusus untuk mengawasi ini, namun Jade, sang Bos, memberi Rubi hak untuk terjun langsung, untuk mengawasi juga pembuatan taman. Dia percaya Rubi mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.
Setelah beberapa menit, Rubi pun beralih ke bawah tenda yang dipasang di halaman resort. Panas terik tak mampu ditahannya. Dihusapnya peluh yang mengalir di pelipisnya. Sebuah tangan kokoh terjulur di depan wajahnya, memberikan sebotol air mineral. Dia mendongak. Ternyata Laksa! Diterimanya air mineral yang disodorkan padanya.
"Minumlah kamu pasti haus." Laksa membuka tutup botol ditangannya. Lalu meminumnya. Sebagian air mengalir membasahi tulang selangkahnya yang berwarna coklat. Oh my God, Rubi diam-diam meneguk salivanya. Segera dia mengalihkan pandangannya ke arah lain, takut jantungnya tak mampu bertahan lebih lama lagi. Pemandangan di depannya terlalu mempesona. Terlalu sayang untuk dilewatkan.
Laksa menjatuhkan tubuhnya di samping Rubi. "Gimana apa ada kesulitan." Rubi menggeleng. Bingung mau bicara apa. Pria ini selalu saja mampu membuat dia kehilangan kata-kata. "Saya turut berduka, atas kepergian suamimu." Suara Laksa prihatin.
Rubi terkejut, dasar si Inge mulut ember. "Terimakasih Pak." Ujarnya kemudian.
Laksa tersenyum melihat reaksi Rubi. "Jangan salah sangka, Saya yang bertanya ke Inge. Setahu Saya kamu ke luar negeri untuk mengobati suamimu." Rubi terdiam.
Tiba-tiba suara cempreng Inge terdengar memanggil Rubi. Memecah suasana bisu di antara mereka. Rubi menoleh. Dari kejauhan Inge melambai-lambaikan tangannya, di sampingnya ada Doni.
Laksa meringis, dasar perusak suasana, Desisnya dalam hati. Tidak tahu aja Bos lagi pedekate.
"Pak Laksa, kok duluan, katanya mau barengan kita." Inge mendekati tempat mereka duduk.
"Kalian lama, jadi saya tinggal." Kata Laksa cuek.
"Ya, cuman telat 10 menit kan Pak," Inge protes tak terima.
"Makanya belajar menghargai waktu. Banyak hal yang bisa terjadi dalam 10 menit."
"Iya ya, contohnya pak Laksa bisa duduk deketan sama Rubi sekarang." Ejek Inge.
Laksa melotot pada Inge. Inge cengengesan, seperti monyet diberi kacang. Rubi jadi salah tingkah. Sedang Doni mengedip-ngedipkan matanya, geli.
"Sana pergi, Kamu cek bangunan sebelah timur."
Inge meringis. Pak Laksa kok tiba-tiba jadi galak sih. Hmm...pasti pengen cari perhatian Rubi.
"Masih panas. Bentar lagi ya Pak." Dia menawar. Bos ini bener-bener ga kasihan lihat wanita panas-panasan di bawah teriknya sinar matahari.
"Tuh ada payung, dipake."
"Iya Bos, iya." Inge menarik tangan Doni dan berlalu dari sana. Dasar, Bos reseh, bilang aja mau berduaan. Pake alasan mau periksa bangunan segala. Wong pengawasnya sudah ada. Omel Inge dalam hati.
"Rubi." Rubi menoleh, namun segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tak kuasa menatap mata pria itu.
"Kalau Saya antar pulang nanti, boleh.""Tapi, Saya bawa mobil sendiri,Pak" Kata Rubi, bingung dengan tawaran Laksa.
Laksa menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal. Salah tingkah sendiri. Dasar bodoh! Desisnya.
Apa tidak ada hal lain yang bisa kau ucapkan Laksa. Ayo bicara.Dering ponsel Rubi mengalihkan perhatian Laksa.
Rubi mengangkat ponselnya. Terlihat wajahnya bahagia sekali. Cukup lama Rubi terlibat pembicaraan di teleponnya. Siapa yang menelpon gadisnya. Entah kenapa Laksa gelisah. Dia tidak ingin kehilangan gadis itu untuk yang ke dua kalinya. Tidak akan!
"Rubi." Rubi menoleh sejenak. Lalu menunduk. "Saya boleh ke rumahmu sabtu besok. Pengen kenalan dengan orang tuamu." Lanjutnya lagi ketika melihat raut bingung di wajah gadis itu.
"Maksud Bapak?" Rubi tak mampu mencerna kata-kata Laksa. Otaknya serasa kosong seketika.
"Memang ga boleh???" Laksa balik tanya.
"Bukan begitu Pak, Saya...Saya..."Rubi tergagap.
"Saya menyukaimu, Rubi. Dulu... juga sekarang." Kata Laksa lugas. Seraya menatap Rubi. Tatapannya hangat dan menggoda. "Dan rasa itu tak pernah berubah.." lanjutnya penuh arti.
Rubi merasa jantungnya berdebar hebat. Wajahnya memanas seketika. Bibirnya kelu.
"Tunggu saya sabtu besok. Little Ruby." Bisik Laksa di telinga Rubi. Lalu tubuh kekar itupun menjauh sambil tersenyum puas. Meninggalkan Rubi yang termangu di bawah teriknya sinar mentari. Dia masih sibuk mencerna ucapan Laksa. Dia masih tak percaya pada ucapan pria itu tadi atau otaknya yang mendadak bodoh???
*******
Bersambung...
2-30Nov2021/13 Des2021
Tinggal 1 part lagi menuju ending...stay tune yaa 😊
Jangan lupa vote n commentnya...
KAMU SEDANG MEMBACA
One Upon A Time I Wake Up In A Strange Place (Completed)
FantasíaMengisahkan seorang wanita terjebak di suatu tempat yang asing baginya, di suatu tempat perkebunan besar yang mengelola berbagai jenis bunga anggrek. Bekerja sebagai salah satu pekerja yang merawat bunga anggrek langka, dia berhasil membuat anggrek...