Rubi sekarang berada di salah satu kamar rumah sakit. Matanya menatap wajah Bayu yang nampak pucat. Dia sudah tahu kondisi kekasihnya ini dari kedua orang tuanya, Pelan Rubi menggengam tangan itu lembut. Mata itu perlahan terbuka. Rubi tersenyum hangat.
"Bagaimana perasaanmu, sekarang?"
Bayu menatap gadisnya, tangannya terangkat menyentuh pipi Rubi, Rubi berusaha menahan tangisnya. Tangan yang biasanya hangat, terasa dingin."Aku baik. Asal kau ada di sini." Bisik Bayu.
"Aku akan selalu berada di sini, Bayu."
"Terimakasih..Rubi. I love you so much...bisik Bayu pelan. Rubi merasa matanya panas. Dia mengangguk.
Perlahan namun pasti, kelopak cintanya berguguran satu demi satu. Ini pilihan yang sulit. Dia harus memilih antara cinta dan kesetiaan. Dan dia sudah pasti memilih kesetiaan. Perasaan yang ada, harus di buang sejauh-jauhnya. Ada keputusan besar yang harus diambilnya. Pembicaraan penting yang telah dilakukannya bersama kedua orang tuanya dan juga orangtua Bayu beberapa hari lalu. Walau berat dan menghancurkan semua harapan dan cintanya...
*******
Disinilah mereka sekarang. Rubi beserta orangtuanya, Bayu dan orangtuanya, penghulu dan saksi, serta bebetapa saudara dari kedua belah pihak. Pernikahan mereka akan berlangsung hari ini. Di kamar rumah sakit tempat dimana Bayu dirawat.Rubi mengenakan baju brokat putih dan bayu mengenakan baju kemeja berwarna putih, bersandar di ranjang dengan ditopang beberapa bantal. Wajahnya nampak pucat, namun ada seri kebahagiaan disana. Suasana nampak khimad walau sederhana. Setelah proses ijab kabul dilaksanakan, Rubi mendekati Bayu, mencium tangannya, dan Bayu mencium dahi isterinya penuh sayang. Hari ini dia sudah sah menjadi seorang isteri.
Rubi menangis dalam hati. Selamat tinggal cintaku... Dalam mimpi dan alam nyata nampaknya kita tak akan pernah bersatu...
😭😭😭😭😭
Rubi melangkah memasuki ruangannya,teman-temannya sudah datang
"Duh, yang selesai cuti, bahagia bangettt." Goda Inge.
Rubi hanya tersenyum tipis. duduk di kursinya dan mulai membuka laptopnya."Ada project baru? tanyanya
"Hm...ada, tapi kita sebagai co tim utama"
"Baguslah, ga capek banget kita kerjanya." Rubi melihat teman-temannya saling pandang.
"Kenapa?" Tanyanya bingung."Ketua Timnya, Pak Laksa." Doni bicara ragu-ragu.
Rubi terperangah. Namun segera dia menata air mukanya.
"Baguslah." katanya pendek.
Lalu mulai bergerak." File nya sudah di copy di sini kan?" tanyanya"Yup." Kata Doni.
Rubi pun mulai bekerja.
Doni mengode Inge, menunjuk ke jari manis Rubi, Inge terkejut. Itu jelas-jelas cincin kawin yang terpasang di jari Rubi.
"Rubi?"
Rubi mengangkat wajahnya, menatap Inge. "Kamu, kamu..." Inge tergagap. "Cincinmu, kamu sudah nikah?"Rubi terdiam, menatap cincinnya. Menatap kembali kawan-kawannya. Suasana mendadak hening seketika.
"Ya, aku sudah nikah. Pas cuti kemarin.
Kondisi Bayu yang lagi sakit tak memungkinkan untuk resepsi. Jadi kami menikah secara agama dulu." Kata Rubi menjelaskan, setelah menarik nafas panjang.Teman-temannya terdiam terkejut. Namun Inge mengambil inisiatif, mulai dengan mengucapkan selamat disusul temannya yang lain.
"Maaf ya, tidak mengundang kalian. Hanya keluarga inti yang hadir."
"Tidak apa-apa, kami turut bahagia untuk kalian berdua." Inge mewakili temannya.
"Makasih." Kata Rubi.
"Ayo, kita mulai bekerja. Semangat." Lanjutnya lagi. Mereka pun mulai sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Bunyi pintu membuat konsentrasi Rubi teralihkan.Rubi menoleh ke arah pintu yang tiba- tiba terbuka. Wajah Laksa muncul di sana. Sesaat mata mereka bertemu, tapi Rubi dengan segera menoleh ke arah layar laptopnya kembali. Hatinya tak kuat.
Doni menyambut Laksa, mempersilahkannya untuk duduk.
Mereka terlibat dalam pembicaraan yang serius, Rubi tak ingin ikut campur. Karena Doni yang mewakilinya ketika dia mengambil cuti.
Untuk kali ini, Dia akan mengerjakan apa yang menjadi tugasnya saja. Lagipula dia masih harus memikirkan kondisi Bayu yang masih dirawat di rumah sakit.******
Sepulang kerja Rubi melajukan mobilnya menuju Rumah Sakit. Dia dan orangtua Bayu bergantian menjaga pria itu. Wajah Bayu terlihat bahagia ketika Rubi membuka pintu kamarnya. Dia meletakkan tasnya lalu duduk di samping brankar. Mengenggam lembut tangan suaminya."Kamu pasti capek." Kata Bayu. Rubi tersenyum tipis. Menggeleng.
"Kamu sudah makan." Pria itu mengangguk. Dia tidak ingin menyusahkan Rubi. Rubi tersenyum lega. "Aku mandi dulu ya." Kata Rubi lalu bergegas ke kamar mandi.
"Rubi, ada yang ingin aku bicarakan," kata Bayu, setelah Rubi duduk di samping brangkarnya. Rubi menunggu. "Papa dan mama, sudah memutuskan aku untuk berobat ke luar negeri, jadi kita harus siap-siap." Lanjutnya.
Rubi termangu. Itu hanya berarti satu hal, dia harus berhenti dari pekerjaannya sekarang. Sebagai isteri dia harus mendampingi suami di mana saja berada, apalagi suaminya dalam kondisi lagi sakit.
"Kamu ga keberatan kan, nemanin Aku?" Rubi menggeleng. Menenangkan.
Bayu menarik nafas, lega.
"Aku akan cari waktu untuk berhenti kerja, selesain project Aku yang terakhir ini secepatnya."
Bayu mengangguk seraya menggengam tangan Rubi. Dia tahu berat bagi Rubi umtuk berhenti dari kerjanya. Rubi sangat menyukai pekerjaannya. Dalam hati dia berjanji akan selalu membuat Rubi bahagia hidup bersamanya, walaupun jauh dari rumahnya.
******
Rubi akan pergi...jauh dari Laksa
Bagaimana kisah selanjutnya...
Bersambung....
15 Okt-21Nov2021
KAMU SEDANG MEMBACA
One Upon A Time I Wake Up In A Strange Place (Completed)
FantasíaMengisahkan seorang wanita terjebak di suatu tempat yang asing baginya, di suatu tempat perkebunan besar yang mengelola berbagai jenis bunga anggrek. Bekerja sebagai salah satu pekerja yang merawat bunga anggrek langka, dia berhasil membuat anggrek...