Sudah 2 bulan berlalu, sejak kepindahan Jingga. Pada minggu-minggu pertama, hampir setiap malam Rubi menangis. Merasa sendiri dan terasing. Pria itu juga tak menampakan dirinya. Di satu sisi, Rubi bersyukur, di sisi lain, ada rindu yang diam-diam tumbuh semakin subur. Rindu untuk berjumpa...
Pagi itu, setelah membereskan peralatannya, Rubi bergegas menyimpan dan menyusunnya dengan rapi. Pekerjaannya terusik, ketika mendengar suara langkah memasuki ruangan itu. Sosok rupawan itu muncul tiba-tiba...tapi dia tidak sendiri! Seorang wanita cantik, dewasa, dengan body aduhai bergelanyut manja di sisinya. Rubi terpaku di tempat. Ada yang luruh dalam hatinya seketika.
Laksa terus berjalan, sama sekali tak menganggap kehadiran Rubi.
"Ini lho Honey, yang kubilang padamu," suara Laksa, seraya menunjuk bunga di depannya. Perempuan itu mengangguk-angguk, berusaha nampak berminat. Tapi jelas perhatiannya hanya tertuju ke Laksa. Tangannya sedari tadi tak hentinya mengelus-ngelus lengan pria itu. Membuat dada Rubi panas. Mereka lalu duduk di kursi tempat biasa Rubi membaca buku.
Menyadari kehadiran dan tatapan Rubi, wanita itu menatap tajam gadis itu dari ujung kaki sampai ke ujung rambutnya. Lalu beralih menatap Laksa tak nyaman. Laksa segera menangkap isyarat itu.
"Bisa kamu tinggalkan tempat ini." katanya dingin. Rubi hanya diam menatap mata yang tak mau menatapnya. "Kembalilah 1 jam lagi dan tutup pintunya!"
Oh Tuhan, hatinya sakit mendengar suara Laksa. Begitu dingin, datar. Tak ada sama sekali kelembutan. Kemana suara hangat yang dulu pernah berucap I love you. Mungkin itu hanya mimpi. Begitu mudahkah seorang pria melupakan rasa cinta? Atau dia hanya ingin mempermainkan perasaannya?
Rubi berjalan lurus ke pintu, seraya menundukkan kepalanya. Ada yang perlahan luruh di hatinya bersamaan dengan yang luruh dari ke dua matanya. Pelan ditutupnya pintu. Lalu pergi, sebelum itu sempat dilihatnya, Laksa merangkul wanita itu dan memberikan kecupan mesra dipipinya. Mata Rubi memanas... Tuhan ke mana rasa rindu ini harus kutitipkan, sedangkan yang di rindu sama sekali tak merasakan. Lesu dia berjalan menuju asramanya.
Malamnya, Rubi menelpon Jingga. Menceritakan pertemuan dengan Laksa, juga perempuan yang bersamanya. Menurut Jingga, wanita itu adalah tunangannya, mereka resmi bertunangan beberapa minggu lalu.
Jingga berharap Rubi tabah menghadapinya. Rubi menyanggupi walau dalam hati hanya dia yang tahu, betapa dalam kehancuran hatinya. Namun rindu itu tak mampu ditepisnya. Rasa rindu bercampur perih, dirasakannya sekaligus. Nikmat namun juga sakit. Tuhan, kuatkan aku, pinta Rubi dalam sujudnya.
Ini badai ke dua yang diberikan Laksa. Masih belum cukupkah kau melukai ku Laksa, apalagi yang kau inginkan dariku, desis Rubi dalam hati. Pembalasan yang ditujukan padanya, menunjukkan betapa parah dia sudah melukai hati pria itu, atau ego pria itu yang terluka, entahlah...seandainya saja kau tahu Laksa...rintih Rubi dalam hati.******
29 Sept 2021
Bersambung...
Luka hati susah diobati..
Jangan mudah melukai hati seseorang ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
One Upon A Time I Wake Up In A Strange Place (Completed)
FantasíaMengisahkan seorang wanita terjebak di suatu tempat yang asing baginya, di suatu tempat perkebunan besar yang mengelola berbagai jenis bunga anggrek. Bekerja sebagai salah satu pekerja yang merawat bunga anggrek langka, dia berhasil membuat anggrek...