Episode 13

259 30 3
                                    

Picture by: @shaniaviviann(IG)
.
.
.
.
.

"Jadi, Lucas temen masa kecil Athy?"

Diana mengangguk. Athanasia menoleh ke Lucas yang sedang meminum tehnya, lalu Lucas hanya melirik ke Athanasia sambil menyeruput teh itu.

Sekarang Athanasia ingat semuanya. Masa masa saat ia masih kecil dan ia bermain dengan dua anak kembar. Kedua anak itu ternyata adalah Lucas dan Evelin.

"Lucas, dimana mama sama papa kamu?" tanya Diana

"Mama sama papa masih di Inggris tante. Rencananya mereka bakal ke Indonesia pas libur pertengahan semester nanti sekalian mau ngurusin perusahaan yang disini. Saya disini sama Evelin ikut tante Ariana."

"Ooo Ariana adiknya Luci? Dimana kalian tinggal?"

"Di jl. in aja dulu, tante. Rumah nomor 24"

"Deket dong. Kenapa kamu gak pernah ngabarin tante?"

Lucas hanya tersenyum canggung menanggapi Diana. Lalu mereka mengobrol ini itu sampai cemilan habis dan hari semakin gelap. Lucas memutuskan untuk pulang saat itu juga. Athanasia pun mengantar Lucas keluar.

"Jadi, kamu inget tentang masa kecil kita" ujar Athanasia saat Lucas menaiki motornya

Lucas tersenyum saat mendengar perkataan gadis itu.

"Kenapa kamu gak pernah cerita?" sambung Athanasia

"Nanti aku jelasin ya" ujar Lucas sambil mengusap kepala gadis itu

"Kapan?"

"Nanti aku telepon, ok?"

Athanasia mengangguk lalu Lucas tersenyum lagi dan mengusap kepala Athanasia lagi. Lucas pun memakai helmnya dan menyalakan motor.

"Aku pulang ya"

"Iya, hati hati"

Lucas mengangguk dan melajukan motornya keluar gerbang lalu menghilang dari pandangan Athanasia. Athanasia pun masuk ke dalam rumahnya.
.
.
.
.
.

Tepat setelah Athanasia makan malam lalu menyelesaikan pr nya, Lucas pun menelepon. Athanasia pun mengangkat telpon itu sambil merebahkan dirinya di tempat tidur.

"Halo"

"Hey"

"Jadi, apa yang mau kamu jelasin?"

"Kamu ini gak bisa basa basi ya"

"Gak, aku dari tadi nungguin telpon kamu buat denger penjelasan kenapa kamu gak pernah cerita tentang masa kecil kita padahal kamu inget semuanya"

"Hey, aku juga gak inget semuanya. Ada beberapa hal yang mungkin aku lupain tentang masa kecil. Tapi kalau tentang kamu aku gak lupa. Ah, aku paling inget pas kamu jatuh di pantai pas liburan musim panas waktu kita umur 6 tahun dan muka kamu kena pasir semua haha"

"Ihh kenapa kamu harus inget yang itu sih. Udah, sekarang jelasin apa yang mau kamu jelasin itu"

"Ok, denger. Kamu tau sendiri selama di sekolah itu kita gak pernah ketemu sama sekali."

"Ya, pertama kita ketemu itu setelah libur akhir semester pas naik kelas tiga"

"Iya, itu karna kamu selalu ngurung diri di perpustakaan"

"Aku gak ngurung diri di perpustakaan kok. Ih lanjut cerita"

"Nah, sebenarnya aku ikut ke Indonesia itu karna usulan Evelin"

"Evelin?"

"Ya. Semenjak kamu pindah ke Indonesia waktu umur 7 tahun dan kita gak pernah saling ngunjungin lagi kayak waktu kamu di Perancis dulu, aku dan Evelin selalu nanyain soal kamu ke mama. Tapi mama gak tau lagi kabar soal kamu dan keluarga semenjak tante Diana ganti nomor jadi nomor Indonesia. Mama selalu nyari informasi soal keluarga kamu lewat kepopuleran tante Diana dan om Claude selama berbulan bulan. Tapi yang mama dapat cuma informasi keadaan kamu dan keluarga baik baik aja di Indonesia. Karna denger kabar itu aku jadi sedikit lega tapi juga masih kangen sama kamu, Evelin juga kangen kamu. Terus pas lulus SMP, kami denger kabar kalau tante Ariana mau pindah ke Indonesia buat ikut suaminya ngurusin bisnis dan Evelin bilang ke aku, kalau aku mau ketemu kamu maka aku harus ke Indonesia. Jadi dia usulin buat ikut tante ke Indonesia dan tinggal sama dia disini. Aku setuju dan kami akhirnya ikut tante Ariana tinggal di Indonesia. Terus waktu masuk SMA, Evelin ngusulin kalau kami masuk sekolah yang beda aja, siapa tau salah satu dari kami bisa ketemu kamu di sekolah itu. Dan akhirnya kita ketemu di sekolah yang sama."

"Haha padahal alamat kita deket tapi kita saling gak sadar"

"Yah, gitu lah. Dan kamu tau? Selama hampir tiga tahun aku nyari kamu disini, aku selalu gak peduli sama semua orang. Yang aku tau aku harus jadi populer di sekolah itu supaya kamu bisa tau kalau aku ada di deket kamu. Dan ternyata aku beneran populer"

"Tapi aku bahkan gak tau siapa aja yang populer di sekolah kalau bukan Jetty yang ngasih tau"

"Itu dia masalahnya, makanya aku gak bisa nemuin kamu. Padahal banyak cewe yang deketin aku, bahkan mereka sampe pingsan pas aku lirik. Tapi kamu beda banget, aku heran. Yah, lagian aku gak pernah peduli sama semuanya kecuali satu hal, aku harus nemuin kamu."

"Jadi itu alasan kamu terkenal dengan sebutan kulkas berjalan?"

"Kulkas berjalan? Siapa yang bikin julukan itu?"

"Kata Jetty, semua siswa di sekolah itu manggil kamu si kulkas berjalan, karna sikap kamu yang dingin dan gak ada yang berani deketin kamu karna kedinginan yang kamu sebarin dari aura kamu itu"

"Ah, gitu. Yah, pokoknya aku bisa pastiin kalau kamu adalah orang yang aku cari, sejak aku gak sengaja nyenggol kamu di koridor sampai jatuh waktu itu. Sejak itu aku yakin kalau kamu adalah Athanasia, tuan putri yang aku cari selama ini. Oh ya, aku belum cerita soal kamu ke Evelin, jadi mungkin dia masih nyariin kamu."

"Ah, gitu ya? Kayaknya aku harus ketemu dia deh"

"Yah, kayaknya gitu. Oh iya, kamu inget gak waktu Evelin-"

"Lucas!!"

Lucas terkejut mendengar suara seseorang memanggil dirinya. Athanasia pun terkejut dengan itu.

"Akh, kamu ini kenapa sih? Udah aku bilang kalau mau masuk tuh ketuk pintu dulu"

"Lucas, siapa itu?"

"Eh, itu Evelin. Sebentar ya"

"Lucas, tadi aku denger kamu sebut sebut Athanasia. Kamu udah ketemu sama dia? Dimana dia? Jelasin ke aku!! Cepat jelasin!!"

Evelin melirik ke ponsel Lucas dan melihat di ponsel itu tertera nama 'tuan putri'. Evelin lalu merebut ponsel itu dan berbicara pada Athanasia

"Ah, hey!! Balikin!!"

"Diam! Halo Athanasia?"

"Um... Halo, Evelin?"

"Athanasia!! Ternyata bener ini kamu! Ya ampun aku kangen banget. Lucas! Kenapa kamu gak cerita hah?!"

"Aku baru mau cerita, tapi kamu gak sabaran"

"Huh, dasar. Athanasia, gimana kabar kamu?"

"Aku baik kok haha. Kamu gimana?"

"Aku juga baik. Athanasia,........"

Lalu mereka mengobrol sampai larut malam dan baterai ponsel Lucas mulai habis. Intinya mereka melepas kerinduan dengan mengobrol dan menyetujui untuk saling bertemu saat weekend di tempat yang ditentukan.

Athanasia merasa lega karena telah mendengar semua penjelasan dari Diana dan Lucas langsung. Ia merasa senang, karena dirinya juga telah mengetahui bahwa ia bertemu seseorang yang sangat dirindukannya itu.































Next episode 👇🏻

You Are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang