THE MIST OF LOVE IN THE MIDDLE OF FIRE VAMPIRE REVENGE

4 2 0
                                    

Brama POV

Waktu terus bergulir, logika setiap manuisa mampu aku tembus seiring penyempurnaan keabadian yang terdapat dalam darah. Keberhasilan untuk menyatukan tiga unsur paling mematikan berkat transfusi darah milik Jessica, seluruh tubuh terasa sangat bugar.

Tak hanya itu, Jessica telah hadir sebagai bangsa baru di tengah-tengah keluarga Vance Eterno. Meski dia tergolong dalam vampir setengah manusia, akan tetapi kekuatannya tak mampu diragukan lagi. Kesehatan pun semakin pulih dan membawa jiwa terasa sangat kuat dan kokoh, bahkan lebih kuat sepuluh kali dari biasanya.

Tepat di pagi ini, kami memutuskan untuk pulang ke rumah dan berangkat menuju sekolah. Setelah sebulan lamanya mendekam dalam rumah sakit, kini keadaan telah keluar dari batas kewajaran. Pasalnya, rasa sakit tak lagi muncul di tubuh ini.

Mengendarai mobil putih milik Defgan, kami menuju rumah. Suasana yang paling aku rindukan akhirnya kembali. Bunyi kecipak dari dalam kantong infus tak lagi terdengar, karena benda cair itu telah merasuki tubuh ini beriringan dengan tranfusi darah.

Yang menyopir pagi ini adalah Defgan dan di sampingnya ada Nakula. Sementara aku dan Jessica berada di bangku paling belakang, permadani udara segar selepas badai salju menerpa rongga hidung dan masuk melintasi tenggorokan.

Udara segar kota Arizona membawa permadani alkisah terindah bersama lagi dengan orang-orang tersayang. Demi untuk membalaskan dendam akibat ulah dari bangsa Askati, kami pergi menuju sekolah. Feeling mengatakan bahwa mereka sudah berada di gedung SMA lantai dua, alih-alih ingin mencari keabadian, malah membuat kami menjadi murka.

Langit pun murka dan tak sampai hanya di situ, anggunnya permadani berwarna kebiruan dengan sedikit—cahaya menambah pesona luar biasa terbentang indah di atas langit semesta. Seiring dengan berjalannya decak arloji di tangan kiri, membawa kami sampai di depan rumah tepat waktu.

"Sudah gue duga," ucapku spontan mengalihkan pandangan ketiga bangsa vampir di dalam mobil.

Nakula dan Defgan mendongak seraya menoleh sekilas. "Apa yang lu duga, Bram?" tanya mereka serempak.

"Rumah kita telah menjadi bulan-bulanan bangsa dari ras Askati, lihat di sana." Menggunakan tangan kanan, aku menunjuk permadani tulang-belulang dari bangsa vampir yang bertamu dua bulan lalu telah mati karena ulah Askati.

"Di mana? Perasaan di sana hanya ada tembok!" Dengan tatapan pongah, Nakula berkata.

"Di balik tembok itu, bangsa Vampir dari berbagai penjuru telah menjadi mangsa keganasan Askati," kataku seraya melompat dari dalam mobil.

Diikuti dengan Jessica di belakang, kami bersama-sama berjalan sedikit limbung ke depan pintu rumah yang sudah kusam. Setelah pintu terbuka, penglihatan tak salah, bangsa Askati membuat emosi yang ada dalam diri ini kembali menyala.

Kobaran api pun membara dan merubah kedua bola mataku menjadi berwarna merah, sementara Jessica juga merasakan kontak batin yang sama. Karena sebagaian dari darahku saat ini adalah miliknya, banyak kemungkinan kalau dia merasakan apa yang kurasakan.

"Brama, sekarang bukan waktunya untuk memuncakkan emosi. Nanti, ketika kita sampai di ruang gelap milik SMA. Kita habisi Askati tanpa ada sisa," gumam Jessica seraya meredakan suasana hati.

"Terima kasih, Sayang. Lu adalah wanita terbaik gue saat ini," jawabku seraya memeluknya sebentar.

Membutuhkan sekitar satu jam, kami pun telah selesai mandi dan mengenakan pakaian seragam sekolah. Wajah yang sempat bau karena tak mandi beberapa hari, sekarang telah terbayar lunas dengan berbagai parfum yang ada. Ditambah lagi dengan ketampanan di wajah ini sangat memesona bagi siapa pun yang memandang, tak salah jika darah milik Jessica menjadi rebutan.

VANCE ETERNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang