THE SMELL OF BLOOD IS LIKE DRUG ADDICTION

13 3 0
                                    

Brama POV

Pagi ini, di dalam ruang kelas. Aku masih mendekam dan otak masih berpikir seputar kilas balik prihal kejadian tadi malam. Tepat di acara pesta dansa, aku menemukan sosok wanita yang tak tahu namanya siapa.

Selain wajahnya tertutup topeng, tatapan matanya juga tak mampu aku baca untuk melihat masa depannya. Dia adalah wanita sekaligus sosok satu-satunya yang membuat aku sangat tertarik.

Palajaran pun di mulai. Kami fokus untuk mendengarkan materi yang dibawakan oleh guru Biologi. Dia membahas seputar darah manusia, berkat benda bersifat cair itu mampu membuat jiwa vampir hidup kekal dan abadi.

Sehingga, jangan pernah mengatakan satu kata terlarang itu ketika berada di dekat bangsa vampir. Lima huruf sebagai pembangkit gairah di segala suasana disebut, DARAH.

"Baiklah anak-anak, kita akan praktik dan membedakan golongan darah manusia dan hewan di ruang laboratorium. Silakan keluar dan bawa buku serta pulpen kalian." Dari ujung penglihatan, pak guru berkata.

Karena pak guru telah mempersilakan kami untuk pergi ke ruang praktikum, aku berdiri lebih dulu. Dengan cepat, seluruh murid meninggalkan kelas dan bergegas menuju lokasi sesuai ketentuan. Akan tetapi, otakku seperti tengah bermonolog dengan memekik tanpa henti.

Sebelum akhirnya, aku berhenti di depan ruang praktikum dan bertemu dengan wanita cantik ketika kemarin di kantin tengah menguping.

"Hai," katanya.

Pikiran masih berkutat tentang penglihatan tajam wanita tadi malam, seperti mirip wanita berambut sepinggang di hadapan saat ini. Tanpa membalasnya, aku memasuki ruang praktik yang telah padat karena penggabungan dua kelas dari ruang sebelah.

Tepat di bangku paling sudut ruangan, aku meletakkan buku tulis di atas nakas. Jessica menoleh ke arah sudut ruangan yang telah ada aku dari tadi, sebelum akhirnya cewek cantik berambut sepinggang itu duduk di bangku berwarna hijau.

Dari kejauhan, kedua bola mata hanya memantau apa yang mereka lakukan. Sesuai perintah pak guru tadi, kalau untuk mendapatkan nilai di pelajaran Biologi harus bisa membedakan unsur dari golongan darah manusia dan hewan.

Dari meja paling depan, pak guru menolehku. Sebelum akhirnya memanggil, "Brama!"

Seketika lamunan membuyar dan kutatap orang tersebut. "Iya, Pak. Ada apa, ya?" tanyaku seraya mengernyitkan alis dan berdiri dari bangku.

"Sini kamu. Saya akan memberikan tugas pada kamu untuk memahami darah dengan berbagai golongan," titahnya sambil memegang dua beaker glass berisikan darah.

Mengikuti ucapan itu, aku pun berdiri di samping pak guru mata pelajaran Biologi. Dia melirik dua beaker glass seraya membolak-balikkan benda transfaran itu.

'Mampus, perut gue lapar banget melihat darah itu. Tapi kalau gue minum darah itu sekarang, apa kata orang-orang. Bagaimana ini?'

"Nih, kamu pegang dua beaker glass. Coba kamu tebak, mana golongan darah O?" tanyanya.

Dengan spontan, aku mengambil sodorannya di tangan kanan. "Ini golongan darah O."

"Oke, untuk kali ini kamu benar. Mungkin karena hanya ada dua pilihan saja," sambar pak guru sekenanya.

Dia menarik napas panjang dan kembali berkata. "Dari kesepuluh beaker glass ini, mana golongan darah A, B, dan AB."

Dengan sangat cepat aku menunjuk beaker glass sesuai apa yang dia tanya. "Ini-ini dan ini."

Seluruh siswa dan siswi tercengang. Tak hanya itu, pak guru mata pelajaran Biologi pun terdiam seribu bahasa. Sementara ruangan menjadi sangat sunyi setelah sebelumnya ramai seperti orang gaduh. Sementara aku, heran dengan jawabanku sendiri.

VANCE ETERNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang