10

568 45 1
                                    

Ini_iceCream💅

***

Pagi ini Lia harus segera sampai ke bandara agar tidak ketinggalan pesawat yang akan di tumpanginya menuju Amerika. Beberapa koper ia masukkan ke dalam taxi yang akan mengantarnya.

"Mama berangkat dulu, Virgo jagain adeknya, kalau pulang jangan malam-malam kasian Airla di rumah sendiri. Dan jangan lupa jemput Airla setiap pulang sekolah" Lia tersenyum ke arah Virgo sambil menepuk pelan bahu putranya itu.

"Ya ma" Jawab Virgo dengan raut wajah masamnya.

"Mama berangkat dulu ya" Lia mencium dahi satu per satu anaknya sebelum berlalu pergi bersama taxinya.

Beberapa saat setelah Lia pergi, Virgo pergi memasuki rumah. Mengambil kunci motor dan bersiap untuk pergi.

Di depan gerbang rumah, Airla masih terdiam. memandang ke dalam melihat Virgo yang menyalakan mesin motornya dan berlalu begitu saja melewati dirinya.

Airla hanya diam, ia tidak ingin mencari masalah dengan Virgo. Entah Virgo pulang malam pun Airla tidak perduli.

Yang ada di pikiran Airla saat ini hanya satu. tidak mementingkan Virgo. Jika Virgo tidak perduli dengannya mengapa ia harus perduli dengan Virgo?

****

"Orang tua gue nggak di rumah. Gimana kalau kita pesta di rumah malam ini?" Tawar Virgo saat tiba di markas The gangster.

Seluruh anggota The gangster berada di sana. Darren juga bersama meraka, namun ia terlihat tidak suka dengan kedatangan Virgo. Dalam hati Darren benar-benar tidak menyukai Virgo namun Virgo terlihat enjoy bersama anggota baru The gangster itu.

"Seru nih, tapi lu masih musuhan sama si adek?" Tanya Reyno menaikkan satu alisnya.

Darren yang mendengarnya langsung bisa menebak siapa yang di maksud Reyno, yaitu Airla.

Virgo hanya diam tidak membalas pertanyaan Reyno, ia menatap Darren yang duduk di depannya, tatapan itu mengartikan kebingungan, dari pertama ia bertemu mengapa hanya beberapa kata saja yang keluar dari mulut Darren yang ia dengar, seperti seseorang yang memiliki sedikit stok suara. Seseorang yang irit bicara.

"Gue pulang dulu ya?" Virgo bangkit dari kursinya lalu memakai jaketnya kembali setelah ia lepas tadi,

Virgo datang ke markas hamya untuk menawari anggota pesta. Aneh.

"Ya, tapi ingat nanti malam ada tawuran lawan geng cemen sebelah, kita harus menang!" Virgo mengangguk dan beranjak pergi.

****

Tok...Tok......

Terdengar seseorang yang mengetuk pintu membuat Airla segera menghentikan kegiatannya membersihkan rumah.

"Geya..." Ketika Airla membua pintu ia langsung memeluk sahabatnya itu. Kemarin Airla menyuruh Geya menginap di rumahnya, mungkin Airla akan merasa kesepian saat mamanya pergi.

Geya meminta izin kepada Dirma dan itu di setujui oleh sang mama.


"Lo dirumah sendirian?" Tanya Geya yang sampai di ruang tamu.

"Iya"

Brakk.....

Virgo yang sampai di rumah langsung membuka pintu dengan kasar, hal itu membuat Geya dan Airla terkejut hebat.

"S-siapa itu?" Tanya Geya yang masih membulatkan matanya.

"Kakak gue" Airla menatap lesu ke arah virgo yang berjalan ke arahnya. Setelah sampai di depan Airla, Virgo membanting puluhan lembar uang merah ke meja di depan Airla.

Geya yang menatapnyapun hanya memasang muka bingung dan takut, karena baju yang di gunakan Virgo dan raut wajahnya terlihat seperti pembunuh berantai. Hehehe.

"Lo belanja makanan, minuman, cemilan sebanyak-banyaknya. Temen-temen gue mau kerumah malam ini" Ucap Virgo yang seketika beralih menatap Geya. Geya pun langsung tertunduk.

"Tapikan itu uang saku dari mama" Tanya airla sedikit ragu, hal itu membuat Virgo mengucapkan kata-kata yang menusuk.

"Kenapa? Gue nggak ngerasa rugi"

"Mereka udah gue anggep sebagai keluarga dan sodara gue, gue lebih peduli sama mereka dari pada lo, seharusnya di hidup gue cuma punya mama sama papa dan orang-orang yang gue sayangi. Bukan lo!"

Tanpa ragu Virgo langsung membentak Airla di depan Geya, Geya yang mendengarnya hanya tertunduk dan sedikit melirik ke arah Airla, Geya yang melihat wajah Airla langsung menebak bahwa Airla benar-benar sakit dengan ucapan Virgo barusan.

Dengan kasar Geya bangkit dari duduknya, Geya yang mendengarnya saja sakit hati apalagi Airla.

"Kak virgo 'kan?" Geya bertanya pelan ketika sempat mendengar Airla mengucapkan nama itu.

Virgo hanya diam dan mengangkat satu alisnya sedangkan Airla masih terduduk dan tertunduk meresapi ucapan Virgo yang begitu menyakitkan.

"Kenalin aku Geya! Yang juga pernah sakit cuma dengan kalimat itu, Airla bilang kakaknya baik, kakaknya sayang sama dia, kakaknya perduli, perhatian. Tapi ternyata nggak!"

"Bahkan aku sampai iri, denger semua tentang kak Virgo yang keluar dari mulut Airla, aku juga pengen punya kakak yang baik seperti yang Airla ceritakan"

"Karena kakak aku jahat, dia nggak sayang sama aku. Dan ternyata ini yang di maksud Airla, seorang kakak yang baik?!" Geya terlihat begitu emosi matanya ikut berkaca-kaca.

Virgo menatap tajam ke arah Airla, cowok itu mendekati Airla dan menarik kerah baju yang di gunakan gadis itu.

"Lo nggak usah baik-baikin gue di depan temen lo! Gue jahat, dan gue benci sama lo! GUE BENCI SAMA LO!" Virgo menghempas tubuh Airla hingga gadis itu tersungkur ke lantai.
Saat virgo melangkah pergi, Geya langsung menahannya.

"Airla kayak gitu karena dia jaga nama baik kak Virgo, apa orang tua kak Virgo tau kalau anaknya bersikap kayak gini? Seharusnya kak Virgo jaga Airla!" Virgo mendorong Geya untuk menjauhinya dan segera berlalu ke arah kamarnya.

"Maaf" Geya membuang napasnya lelah.

"Mulai sekarang lo nggak boleh nanya, gue bahagia nggak sih punya kakak. Karena ini jawaban gue. Nggak bahagia" Airla mengusap matanya dan pelan pelan mengambil uang ratusan yang berada di meja.

"Lo tunggu sini ya"

"Gue ikut".

***
Terimakasih💅

Airla [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang