****
Hai ini_iceCream💅
****Darren menatap ruangan yang bernuansa putih itu, seharusnya ia ikut dengan anggota The gangster menemani Airla. Tetapi ia memilih menemani Divo yang juga terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Seharusnya Divo juga ada di dekat Airla sekarang, tetapi keadaan yang tidak memungkinkan. Divo lemah, dengan keadaannya yang sakit Divo rela memberikan ginjalnya untuk Airla.
Hari ini adalah hari yang seharusnya Divo menjalani kemoterapi, Divo menderita kanker otak sejak satu tahun yang lalu. Ia kerap pergi ke rumah sakit untuk menjalani kemoterapi bersama kedua orang tua yang selalu menyemangatinya untuk cepat sembuh.
Alan, adik laki-laki Divo yang kini menginjak umur 12 tahun tengah menenangkan kedua orangtuanya, sedangkan Darren terus memantau pintu ruangan dan berharap dokter keluar dari pintu itu untuk memberikan kabar baik.
Setelah pintu itu terbuka dengan adanya dokter Joygi yang menangani Divo, keluarga Divo segera berbondong-bondong bertanya tentang keadaan Divo kepada dokter Joygi.
"Kanker otak yang di derita Divo sudah memasuki stadium akhir. Sepertinya sudah tidak ada harapan lagi untuk Divo hidup, Tiga hari adalah waktu tersingkat untuknya"
Semua air mata tumpah, Darren kecawa terhadap Divo. Mengapa Divo mendonorkan ginjal yang bisa saja membuatnya bertahan.
****
Divo membuka matanya, sudah ada Alan, Darren, Siska, dan Fary yang berada di dekatnya, pandangan Divo menjauh semuanya kabur.
Divo mengatur cahaya yang masuk ke dalam matanya, memperjelas pandangannya untuk menatap kedua orang tuanya.
"Alan. Jagain mama sama papa ya. Kak Divo sakit" Ucap Divo perlahan-lahan, Alan yang mendengarnya langsung menumpahkan air matanya.
"Divo nggak boleh sakit, Divo harus sembuh" Ucap Siska menggapai tangan putra sulungnya itu.
"Abang harus kuat" Alan mendekati brankar kakaknya.
"A-abang nggak bisa" Pandangan Divo beralih menatap Darren yang mematung menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa di artikan oleh Divo sendiri.
"Jagain Airla ya" Divo tersenyum hambar.
"Nggak, buat apa gue jagain dia ha?!"
"D-dia orang kedua yang gue cintai di dunia ini setelah keluarga gue. Dia berarti buat gue" Divo menatap langit-langit ruangan yang berwarna putih polos itu.
"Gimana keadaan dia sekarang?" Darren diam ia tidak ingin menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Divo terlalu memprioritaskan Airla daripada kesehatannya.
"Airla baik-baik aja, oprasinya lancar, Airla udah sehat lagi. Sekarang Divo yang harus kuat demi Airla, Airla pasti nyariin Divo. Divo sembuh ya" Siska dan Fary terdiam, dalam hati mereka ikhlas melepas putranya itu.
Agar ia tidak merasakan sakit lagi.
Seketika senyuman terlukis di bibir pucat milik Divo, pandangannya masih setia dengan langit-langit putih polos itu.
****
Airla memejamkan matanya, rasa ngantuk membuat matanya pelan-pelan tertutup.
Anggota the gangster semuanya sudah pulang, mereka membatalkan acara balapan.Semua demi Airla.
****
Lia mengusap punggung tangan putrinya yang kini tertidur pulas, napas Airla terdengar berat sepertinya ia lelah.
"Divo......." Dengan matanya yang tertutup Airla memanggil nama Divo. Virgo yang mendengarnya merasa bersalah. Cinta Airla kepada Divo begitu besar, begitu juga Divo.
"Virgo. Apa kamu bisa panggil Divo ke sini?" Ucap Lia yang merasa khawatir terhadap Airla. Virgo segera berlalu meninggalkan ruang rawat.
Saat Virgo berjalan ke arah parkiran ia berhenti tepat di depan Darren yang menundukkan kepalanya di depan salah satu ruangan rumah sakit.
"Lo tau Divo di mana?" Tanya Virgo. Darren mendongakkan kepalanya menatap Virgo lalu berdiri menunjuk ruang rawat yang memperlihatkan Divo terbaring lemah dari kaca pintu ruangan itu.
"Dia sakit, lo mau apa ha? Ngehajar dia, dia rela donorin ginjal buat adek lo di saat dia sakit!" Ucap Darren dengan wajah yang memerah padam, emosi bercampur kesedihan.
Virgo terkejut ia melangkahkan kakinya pelan mendekati pintu ruangan itu. Ternyata Divo yang mendonorkan ginjal untuk Airla.
"Divo kenapa?" Badan Virgo bergetar suaranya terdengar menyerak, suaranya tercekik ia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Kanker otak, stadium akhir" Darren terduduk kembali badannya terasa lemas.
Mata Divo terpejam erat bersama Siska, alan dan Fary yang berada di dekatnya. "G-gue minta maaf Div" Virgo tak kuasa menahan tangisnya, air mata yang di tahannya kini tumpah.
****
Airla terbangun air matanya tumpah tanpa sebab. "Airla kamu kenapa?" Tanya Lia yang panik. "Divo ma. Airla pengen ketemu sama Divo" Airla memegang perutnya yang kembali terasa sakit.
"Iya, Divo nanti ke sini" Ucap Lia berbohong untuk menenangkan Airla. Lia juga tidak tahu apa Divo akan datang atau tidak.
Virgo datang, ia tidak ingin memberi kabar buruk ini untuk Airla, Airla bisa drop lagi saat mendengar kabar itu.
"Airla pengen pulang ma" Dengan pelan Airla menggapai tangan Lia, Roy yang datang segera melarangnya.
"Dua hari lagi Airla baru boleh pulang, sekarang Airla disini dulu ya. Airla cepet sembuh biar bisa pulang" Roy menepuk pelan puncak kepala putrinya.
Airla terus terdiam dalam hatinya ia kecewa kenapa Divo tidak menjenguknya.
****
Lopyuu❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Airla [END]
Teen FictionTerkadang kehidupan di luar rumah membuat Airla merasa bahagia dari pada kehidupan di dalam keluarga. mama sayang sama Airla, tapi itu menyiksa papa ada, tapi tak selalu ada untuk Airla airla punya kakak, seorang kakak yang jahat "Kenapa kak Virg...