ini_iceCream💅
****
Pagi harinya keadaan Airla sudah lebih membaik, membuat Airla sudah di perbolehkan pulang dengan obat jalan atau rawat jalan.
Lia sibuk membereskan barang-barang Airla yang kemarin di bawanya. Airla menatap Virgo yang sejak tadi tertunduk.
"Divo....." Siska mengelus puncak kepala anaknya. Divopun terbangun sorot matanya terasa sakit dan menyedihkan.
"D-divo boleh minta kertas dan pulpen?" Mendengarnya, Siska langsung menganggukkan kepalanya dan memberikan sobekan kertas dan pulpen yang ia bawa.
Sebelum menulis sesuatu di sana, Divo terlebih dahulu menatap tangannya yang mulai membengkak, bagaimana tidak, ia hanya memiliki satu ginjal di dalam tubuhnya.
Divo menulis sesuatu di atas kertas itu, sesekali ia menjedanya untuk mengistirahatkan tangannya yang terasa sakit.
Setelah menulis kata yang cukup panjang Divo melipat kertas itu dan memberikannya kepada Siska. "Divo boleh minta tolong?" Deruh napas Divo terdengar melambat.
"Apa? Divo mau minta tolong apa sama mama?" Tanya Siska yang memberikan senyum tipis.
"Berikan surat dari Divo untuk Airla. Kalau Divo udah nggak ada" Mendengar ucapan Divo seketika air mata Siska dan Fary kembali membasahi pipi.
"Anak papa kuat. Nggak boleh ngomong seperti itu" Fary mengusap air matanya. Dunia mereka rasanya telah hancur.
Darren memasuki ruang rawat Divo, Divo segera mengalihkan pandangannya menatap Darren. Wajah cowok itu terlihat semakin pucat, Siska yang menggenggam tangan Divo merasakan dingin di punggung tangan anaknya.
"Lo cepet sembuh ya, Airla udah boleh pulang. Kalau lo sembuh lo bisa ketemu sama dia" Ucap Darren yang mengetahui bahwa Airla sudah diperbolehkan pulang oleh anggota The gangster.
Pandangan Divo kini beralih menatap langit ruangan, rasanya ingin sekali bertemu dengan Airla, tapi Divo takut kalau Airla sakit melihatnya seperti ini.
Perlahan memori indah itu terputar di batinnya, momen pertama Divo mengenal Airla, Divo yang pernah bertengkar dengan Airla, Divo yang di ancam Virgo untuk meninggalkan Airla. Dan Divo yang mencintai Airla. Semua momen-momen itu akan segera berakhir.
"Divo pergi ya ma, pa, Lan. Dan lo Darren. G-gue harap lo jangain Airla adalah sebuah janji" Nada bicara Divo mulai menurun, tubuhnya bergetar. Kepalanya terasa begitu sakit bahkan sudah tidak bisa ia ukur seberapa sakit kepalanya itu.
Fary segera memanggil dokter Joygi untuk memeriksa keadaan Divo, perlahan tangan yang Siska genggam erat kini melemah, matanya pelan-pelan tertutup semuanya gelap.
Divo tidak merasakan sakit lagi.
"Pukul 06.18" Ucap Dokter Joygi kepada suster yang datang bersamanya.
"Kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Divo sudah pergi untuk selama-lamanya. Divo telah meninggal dunia" Ucap Dokter joygi setelah memeriksa Divo dan denyut nadi yang sudah tidak berdetak.
Dunia Diska dan Fary seketika hancur, isak tangis memenuhi ruangan itu, kain putih kini menutup wajah tampan pucat milik Divo.
Matahari yang menyinari hari-hari Siska dan Fary kini terbenam semua berubah menjadi malam dan tidak ada cahaya lagi di hidupnya. Semuanya terasa hilang dari dunia Siska dan Fary.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airla [END]
Teen FictionTerkadang kehidupan di luar rumah membuat Airla merasa bahagia dari pada kehidupan di dalam keluarga. mama sayang sama Airla, tapi itu menyiksa papa ada, tapi tak selalu ada untuk Airla airla punya kakak, seorang kakak yang jahat "Kenapa kak Virg...