13

587 39 0
                                    

Ini_iceCream💅

****

Pagi hari Airla terbangun karena Geya yang membuka jendela kamarnya sehingga cahaya matahari bebas memasuki ruangan.

Saat Airla benar-benar membuka matanya ia terkejut melihat Geya yang sudah berpakaian seragam sekolah yang rapi, setelah kejadian kemarin Darren benar-benar tidak peduli terhadap Geya.

"Mandi gihh udah siang, mau terlambat?" Geya mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan Airla yang masih terduduk di atas ranjangnya.

****

"Kak Virgo nggak pulang ya?" Tanya Geya yang mengamati sekitar, suasana rumah terasa sangat sepi.

Airla segera pergi ke kamar Virgo untuk mengeceknya, dan ternyata benar. Virgo tidak pulang, Airla membuang napasnya lelah. Ini benar-benar melelahkan, Airla berharap Lia segera pulang.


Airla dan Geya berjalan memasuki gerbang sekolah, sekolah masih terlihat sepi padahal jam sudah menunjukkan tujuh kurang lima lima belas menit lagi.

"Itu Divo" Geya menunjuk ke arah cowok yang sedang terduduk sendiri di halte depan gerbang sekolah.

"Kenapa?" Tanya Airla yang beralih menatap Divo.

"Lo nanya? Ya samperin lah" Geya tersenyum aneh sekaligus bingung dengan pertanyaan Airla.

Airla kembali menatap Geya, Geyapun merasa aneh dengan tatapan airla.

"Gue nggak lihat lo seceria ini kemarin. Mungkin kemarin adalah hari pertama dimana gue lihat lo sesedih itu"

"Masa iya sih laaa, gue sedih terus. Gue tau lo juga punya alur yang sama kaya gue. Lo aja kelihatan baik-baik aja, gue nggak mau kalah" Geya tersenyum, Airlapun ikut tersenyum.

"Gue masuk dulu, lo temuin si Divo byee" Geya berlari memasuki sekolahan sembari melambaikan tangan ke Airla.

Airla beralih menatap Divo yang kini sibuk dengan ponselnya. Pelan-pelan Airla berjalan ke arah Divo, Divo yang menyadari kedatangan Airla langsung berhenti menaruh ponselnya.

Raut wajah Airla terlihat malas. Divo tersenyum, namun Airla membuang pandangannya.

"Kamu kenapa?" Tanya Divo yang kebingungan.

"Ya kamu yang kenapa?" Airla menatap Divo aneh.

"Kenapa?"

"Ya kamu kenapa?"

Pertanyaan dan jawaban semuanya berubah menjadi suatu kebingungan.

"Ya udah, apa salahnya aku. Kamu marah ya?"

"Kenapa kamu bohongin aku"

"Bohongin gimana Airla?"

"Kamu di hajar kak Virgo bukan satu kali, tapi berkali-kali. Kenapa kamu nggak bilang sama aku..." Airla melosotkan kedua bahunya malas.

Divo membuang napasnya ia menggapai  kedua bahu Airla untuk menatapnya, tatapan Divo berubah menjadi serius.

"Maaf, tapi nggak semua tentang hidup aku harus kamu tau, maaf ya, udah bohongin" Divo mengangkat tangannya untuk mengelus pipi Airla lembut.

"Kamu capek ya?"

"Siapa?"

"Kamuu, aku-kan udah bilang kamu berarti ya kamu"

Airla kembali memasang muka heran, biasanya pembicaraan Divo dan Airla selalu nyambung walaupun hanya kode-kodean, mengapa sekarang jadi susah?

"Aku nggak capek, kemarin malam tiduk kok"

"Divo!" Airla bangkit dari duduknya dengan kasar, siswa dan siswi terlihat bingung dengan keduanya.

"Aku bercanda hehe, maksud kamu capek tentang hubungan kita"

"Ya" Jawab Airla singkat

"Ya, aku capek" Airla membulatkan matanya lalu tertunduk.

"Kakak sama mama kamu nggak ngerestui kamu pacaran sama aku, kita nggak bisa jalan tanpa restu orang tua. Lagian kita masih SMA, kan nggak ada yang tau kita jodoh apa nggak"

Keduanya kini tersorot lesu, suara bel sekolah berbunyi sampai terdengar dari luar gerbang, siswa dan siswi yang datang segera berhamburan memasuki sekolahan.

Namun Airla dan Divo hanya diam duduk di halte, padahal mereka mendengar jelas suara bel yang berbunyi.

****

Terimakasih💅

Airla [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang