5

768 52 0
                                    

Hai ini iceCream💅

***

Airla berjalan pelan ke arah kantor melewati koridor "Airla..... " Terdengar suara yang memanggil namanya yaitu Divo, namun Airla hanya diam dan menghentikan langkahnya tanpa menjawab sapaan dari Divo.

"Kamu nggak kenapa-napa kan?" Tanya Divo khawatir.

"Aku ngga papa"

"Kamu juga di panggil sama pak Harto?" Tanyanya lagi dengan wajah khawatir.

"Iya, kamu jugakan" Jawab Airla, Divo menganggukkan kepalanya, lalu mereka berjalan ke arah kantor bersama ralatnya yaitu ruang BK.

****

"Bapak hanya ingin mendengar klarifikasi dari kalian, apa benar kalian aneh-aneh di belakang sekolah?" Tanya pak Harto dengan tegas.

"Iya pak itu benar" Jawab Divo

Pak Harto menghela napas pelan.
"Kalian itu masih SMA, jangan membuat masalah kalau tidak mau di s-kors atau di keluarkan dari sekolah" Tegas pak Harto.

Airla menatap Divo tak percaya.

"Saya lihat Airla menangis di belakang sekolah, lalu saya coba menenangkan dan hanya itu saja pak, mungkin dia ada masalah"

"Mereka yang melaporkan hanya tau dari sisi pandang yang berbeda, saya hanya memeluk Airla untuk menenangkannya itu saja, kami tidak berbuat hal aneh-aneh, kami sadar kami masih pelajar" ucap Divo penuh penegasan, walaupun ia terpaksa berbohong.

"Bapak mau kalian meninggalkan nomor telfon orang tua masing-masing, Bapak sendiri yang akan berbicara kepada orang tua kalian"

Airla sangat terkejut ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika Lia tau ia berpacaran tanpa sepengetahuannya, apalagi laporan aneh-aneh seperti ini.

Pak Harto memberikan kertas dan pulpen, dengan terpaksa Airla dan Divo memberikan nomor orang tua masing-masing,

"Kalian boleh kembali ke kelas" Ucap pak Harto, Airla dan Divo segera keluar dari kantor dengan wajah gelisah.

   ****

Sepulang sekolah Airla menunggu Divo di halte depan sekolah sambil tertunduk mendengarkan siswa siswi yang berjalan melewatinya, membicarakan masalahnya dan Divo tadi.

Divo sudah terbiasa berjalan kaki dari berangkat dan pulang sekolah walau pun ia mempunyai motor ia tatap tidak ingin memakainya, lagipula jarak sekolah dengan rumah cukup dekat.

Tidak lama kemudian muncul Divo dari balik gerbang sekolah, Airla yang melihatnya pun segera menghampiri.

"Jalan bareng yuk" Ajak Airla dengan senyum manisnya.

"Ayo" Jawab divo mencubit pipi airla lalu menggandeng tangan airla dengan manisnya.

Mereka berusaha tutup telinga agar tidak gila💅

****

"Kemarin kak Virgo ngehajar kamu kan? " Tanya Airla menghentikan langkahnya,

"Kenapa kamu nanyain itu lagi? Kan aku nggak kenapa-napa" Jawab Divo masih dengan senyumnya.

"Karena, hari ini kamu kelihatan pucat" Divo langsung diam mengalihkan pandangannya dari yang semula menatap mata Airla.

"Terus? Kenapa kak Virgo bisa tau kamu, dan hubungan kita? "Tanya Airla lagi sambil meneruskan perjalanannya.

"Kata kak Virgo kemarin, 3 hari yang lalu dia ngikutin kamu waktu jalan sama aku, dan saat itulah kak Virgo tau kalau kita pacaran, dan kak Virgo nggak suka hubungan aku sama kamu, dia nyuruh aku mutusin kamu demi kebaikan kamu katanya" Jelas Divo,

Airla [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang