.
.
.
.
.
Blitar.Sebuah mobil sedan terlihat berhenti disebuah pekarangan rumah yang cukup besar. Seorang pria paruh baya turun dari sana, memandang dengan rindu pada rumah dihadapannya.
"Aku pulang Anisa." Pria itu berjalan memasuki pekarangan, sesekali matanya menyisir pekarangan rumah itu yang tampak berbeda dengan dulu.
"Banyak banget yang berubah ya."
Tok tok tok
Pria itu mengetuk pintu semi kaca dihadapannya. Rumah yang didatanginya ini memang memiliki model rumah lama.
Cklek
"Cari siapa ya mas?" Pria itu mengerjap saat yang membuka pintu bukan orang yang dicarinya.
"Ini rumah Anisa kan mbk?" Wanita yang membukakan pintu itu tampak bingung.
"Anisa?" Pria itu mengangguk.
"Mungkin pemilik rumah yang dulu ya mas? Saya disini kontrak ke mas Leo soalnya, jadi kurang paham mas." Wanita itu menjelaskan sedikit pada pria dihadapannya.
"Leo?" Anggukan yang didapat dari wanita itu, membuat si pria berfikir keras, mengingat nama kerabat orang yang dicarinya.
"Boleh saya tau nomor hp nya mbk, barang kali mbk punya?" Wanita itu mengangguk.
"Sebentar ya mas." Pria itu menghela nafas saat wanita itu kembali masuk kedalam rumah. Tidak lama, wanita itu keluar dengan secarik kertas ditangannya.
"Ini nomor hpnya mas Leo." Pria itu tersenyum.
"Makasih ya mbk, maaf udah ganggu waktunya, saya permisi." Pria itu beranjak pergi setelah mengucapkan itu. Dia berhenti disamping mobilnya, netranya menatap lekat kertas yang berada ditangannya.
"Leo ini siapa?"
Pluk
Baru saja pria itu akan memasuki mobilnya saat pundaknya ditepuk seseorang.
"Fajar?"
.
.
.
.
.
Ares menggeleng heran saat netranya melihat adik-adiknya masih rusuh diruang tamu. Padahal lima menit lalu mereka sudah pamit akan pergi kecafe."Kalian mau sampe kapan rusuh gitu?" Semua yang ada diruang tamu sontak menoleh saat mendengar suara Ares.
"Bli Ares kok turun sih?"
"Mas, harusnya mas itu tetep dikamar."
"Aa' istirahat aja."
Ares semakin menggeleng saat Rion, Leo dan Alden serempak mengingatkannya untuk istirahat.
"Iya nanti juga istirahat, kalian kapan mau berangkat? Apa mau tutup aja?" Semua melotot mendengar ucapan Ares, mentang-mentang bos ya.
"Gak usah bli, kita berangkat kok ini." Ucapan Igel langsung diangguki serempak oleh yang lainnya.
"Ya udah sana berangkat, eh tapi Rius sini aja ya, temenin aku." Rius mengerjap bingung sebelum akhirnya dia bersorak dan langsung memeluk Ares.
"Ih aku kan juga mau sama bli Ares." Ares tersenyum kecil saat Rion merengek.
"Nanti gantian ya."
"Rius pastiin bli Ares diem dirumah dan istirahat ya." Rius mengangguk.
"Siap bang Igel, jangan khawatir." Igel terseyum pada Rius juga Ares, sebelum akhirnya menggiring yang lain untuk segera berangkat kecafe.
"Ri, kalau bang Ares bandel, belah aja kayak apel." Ares menatap tajam pada Hadar, enak saja dia disamakan dengan apel yang suka dicemilin Rius.
"Hadar mau aku tabok gitar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Bintang
FanfictionAntares yang dingin tapi perhatian Altair yang suka bawel Aldebaran yang kalem dan polos macem tahu sutra Leo yang cuek tapi julid parah Orion yang galak tapi manja Hadar yang suka nyablak tanpa filter Rigel yang dewasa meskipun bobrok Sirius yang t...