.
.
.
.
.
Fajar benar-benar datang kerumah bintang dengan kedua orang tuanya saat malam hari. Beruntung kegiatan laknat Leo dan Rius sudah selesai. Ya meskipun mengakibatkan dua korban yang sekarang jadi canggung."Gimana pengalaman pertama?"
Blus
Wajah Rius langsung memerah saat Ares bertanya padanya begitu dia kembali kedapur setelah mengantar minuman untuk tamu yang datang.
"Abang ih." Ares tergelak melihat wajah merah milik Rius. Ares bahkan tidak sadar bahwa wajah Alta juga ikut memerah.
"Lain kali pelan-pelan dek, apa perlu kamar kalian aku jadiin kedap suara kayak kamar ku?" Rius menggeleng, dia malu sebenarnya jika Ares berbicara begitu.
"Udah dong bang, ih aku malu nih." kali ini bukan hanya Ares yang tertawa tapi Alta juga ikut tertawa. Ternyata sangat lucu menggoda Rius.
"Diluar aman kan dek?" Rius mengangguk.
"Bang Leo, udah biasa aja kok."
.
.
.
.
.
Leo menatap datar pada tiga orang yang sedang duduk dihadapannya. Dia sebenarnya malas bertemu ketiganya karena akan mengingatkannya pada kejadian siang tadi."Ayah mau ngomong apa?" Fajar menghela nafas, sepertinya Leo sedang dalam mood yang buruk.
"Ayah kesini mau ngenalin mereka ke kamu." Leo bisa melihat kedua orang tua Fajar, tersenyum kearahnya.
"Mereka kakek nenek mu." Leo hanya mengangguk.
"Iya udah tau, udah gitu aja?" Fajar tersentak saat menyadari bahwa Leo sedang tidak ingin meneruskan pembicaraan dengan mereka.
"Leo, maafin oma sama opa ya, maaf karena oma, kamu harus tumbuh tanpa sosok ayah." Leo hanya mengangguk, dia tidak ingin berlama-lama membahas masalah ini.
"Iya dimaafin." Fajar terkejut saat mendengar ucapan Leo.
"Kamu maafin kita?" Leo berdehem.
"Kalau gitu kamu ikut kita pulang ke semarang ya Leo, kamu bisa jadi pewaris bisnis ayahmu." Leo memicing kearah neneknya.
"Gak mau!" singkat, namun menohok.
"Aku maafin kalian bukan berarti aku mau pulang sama kalian, rumah ku disini, sama mereka, jadi aku gak akan ninggalin mereka." Fajar tersenyum, dia mengerti keputusan Leo.
"Ayah, ngerti, tapi inget kamu bisa kapan aja pulang kerumah ayah." itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan Fajar sebelum dia mengajak kedua orang tuanya pamit.
"Kalau kamu ada apa-apa, atau butuh apapun kamu bisa hubungin opa." kakek Leo menyerahkan selembar kartu nama pada Leo, membuat Leo tersenyum.
"Makasih."
.
.
.
.
.
Setelah semua selesai, keluarga Leo juga sudah pulang. Alta memaksa ketiga laki-laki itu untuk makan, terutama Ares yang notabennya susah banget disuruh makan. Padahal tinggal makan gak pake masak.Saat yang lain pulang, lagi-lagi Igel datang dengan segala ide jahilnya. Setelah sebelumnya dia mengusulkan game yang membuat semua penghuni kelimpungan, kali ini dia mengajak semua penghuni rumah bintang untuk bermain truth or dare.
Apa yang lain menolak seperti sebelumnya? Oh tentu saja tidak. Mereka sudah sepakat untuk menjahili salah satu diantara mereka sejak semalam. Tentu saja pencetus ide adalah Igel.
"Aku gak ikutan deh." Ares menolak untuk ikut, karena dia tau adik-adiknya akan memberikan tantangan atau pertanyaan yang aneh.
"Eh gak boleh gitu bli, semua harus ikut." Ares menghela nafas pasrah saat Igel menahan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Bintang
FanfictionAntares yang dingin tapi perhatian Altair yang suka bawel Aldebaran yang kalem dan polos macem tahu sutra Leo yang cuek tapi julid parah Orion yang galak tapi manja Hadar yang suka nyablak tanpa filter Rigel yang dewasa meskipun bobrok Sirius yang t...