Wah ternyata...

1.1K 211 8
                                    

.
.
.
.
.
.
Alta menatap jalanan di surabaya dengan sendu, jika seperti ini dia jadi rindu neneknya yang tinggal disurabaya. Dia harus berterima kasih pada Ares karena mengajaknya kesurabaya hari ini.

"Res, eh tidur nih anak." Alta yang menoleh untuk bertanya pada Ares justru terkejut saat melihat Ares tertidur dengan kepala yang bersandar pada jendela mobil.

"Ada apa mas?" Rius ikut menoleh kebelakang saat mendengar suara Alta.

"Itu, bisa ya tidur pagi begini." Alta menggelengkan kepalanya heran, sedangkan Rius dan Leo sudah tertawa kecil.

"Biarin aja mas, semalem mas Ares gak tidur." Alta langsung menatap wajah Ares saat mendengar penjelasan Leo.

"Kamu tau alamat rumahnya Ares Le?" Leo mengangguk.

"Mas Ares kasih tau tadi, tapi nanti kalau udah deket bangunin aja mas Ares nya biar gak salah rumah." Alta mengangguk.

"Bang Ares ganteng kan mas?"

"Iya emang ganteng."
.
.
.
.
.
Ares mengejap saat merasakan lengannya ditepuk seseorang. Dia menjauhkan sedikit kepalanya yang sedikit sakit karena bersandar dijendela mobil.

"Gak papa?" Ares mengusap wajahnya. Dia tersenyum dan mengangguk saat melihat raut wajah Alta yang khawatir.

"Gak papa Ta." Alta tersenyum lega mendengar itu.

"Eh udah sampe ya Le?" Ares memandang jalan disekelilingnya dan menyadari bahwa mereka sudah masuk ke komplek perumahan tempat tinggalnya.

"Iya mas, rumah yang mana?" Leo melirik Ares dari kaca spion.

"Lurus lagi, rumah yang gerbangnya putih." Leo kembali menjalankan mobilnya dan berhenti tepat didepan rumah yang dimaksud Ares.

"Langsung bawa masuk aja Le, mumpung gerbangnya kebuka." Leo menurut, dia melakukan hal yang diinginkan Ares.

Rius menatap ketiga abangnya tidak mengerti, dia mencoba memberi kode pada Leo juga Alta bahwa ada yang aneh dengan Ares tapi sepertinya dua orang itu tidak menangkapnya. Ares memasang wajah datar begitu mereka tiba dirumah ini, Rius melihatnya dari kaca spion tadi.

"Ayo masuk." lamunan Rius buyar saat Ares mengajak mereka masuk kedalam rumah.

"Bang, kayaknya lagi ada tamu." Rius mendekati Ares dan berbisik ditelinga Ares.

"Gak papa, biarin aja dek." Ares menepuk lengan Rius. Ya sejak permainan game kapan hari, Ares memang memanggil Rius dengan 'dek' sama seperti Alden.

"Ayo, cuma sebentar kok kita disini, gk usah mikirin ada tamu atau gak." Ares tersenyum menatap ketiganya.

Ares melanjutkan langkah nya saat ketiganya mengangguk dan mengikuti Ares yang mulai masuk kedalam rumah.

"Ares?" Ares berhenti melangkah saat mendengar suara perempuan memasuki indranya.

"Ya ampun, kamu pulang kok gak bilang-bilang sih?" Ares tersenyum.

"Aku cuma sebentar, mau ketemu papa sama mau tukar mobil buat sebulan kedepan." Ana, perempuan yang tidak lain adalah calon ibu tirinya itu tertegun saat melihat senyum Ares. Sudah lama dia tidak melihat senyum itu.

"Papa mu sedang ada diruang kerja, lagi ada tamu." Ares mengangguk mengerti, dia mengernyit saat pandangan Ana justru terfokus pada belakang tubuhnya.

"Mereka temen ku." Ana tersenyum ramah setelah mendengar ucapan Ares.

"Ajak masuk dulu Res, tante tadi bawa kue dari rumah, sebentar tante ambilin dulu ya." Ares mengangguk, dia kemudian memandang kearah tiga orang yang menatapnya bingung.

Rumah BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang