Tangis Orion

1.3K 226 2
                                    


.
.
.
.
.
"Bang Rion diem dulu ih."

"Heh kamu itu yang diem, aduh."

"Bang Hadar tolongin gue lah!"

"Abang gak ada yang mau bantuin gitu?"

"Rion, lo kok malah diem aja gak nolongin gue!"

Ares yang baru saja keluar dari kamar mengernyit bingung saat mendengar teriakan-teriakan dari lantai bawah. Semalam dia memang mengatakan untuk menutup cafe, jadi sudah pasti semua sedang ada dirumah saat ini.

"Kalian ngapain sih?" Ares berhenti disamping tangga sambil menatap Hadar, Rius dan Rion yang sedang sibuk dengan hpnya.

"Mereka lagi mabar bli." Igel yang menyadari kehadiran Ares menjawab. Ares mengangguk, pantas saja mereka berisik.

"A' Ares tumben jam segini teh baru bangun?" Alden yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung menghampiri Ares.

"Udah bangun dari tadi dek, cuma mager buat keluar." Ares mengacak rambut Alden.

"Ada makanan gak?" Alden dan Igel serempak menatap Ares yang juga menatap mereka.

"Ada ayam bakar yang dibawain Rius semalem bli, aku panasin dulu ya." Ares menahan tangan Igel yang akan beranjak kedapur.

"Biar aku panasin sendiri Gel." Igel mengangguk, dia membiarkan Ares pergi kedapur, toh didapur ada Alta.

"Gel, A' Ares gak papa kan?" Igel menatap Alden bingung.

"Emang bli Ares kenapa?"

"Kayaknya teh a' Ares kurusan." Igel menghela nafas, dia tau jika soal itu.

"Ya gimana gak kurusan Den, tau sendiri porsi makan bli Ares gimana." Alden mengangguk.

"Lagi gibahin mas Ares ya?" Igel dan Alden terlonjak kaget saat Leo tiba-tiba ada dibelakang mereka.

"Leo ih, suka banget ngagetin." Alden memukul tangan Leo, dia kesal.

"Leo kangen aku sleding ya?" Leo langsung terbahak saat melihat wajah kesal Alden dan Igel.

"Ya lagian kalian gibah ditengah jalan." Alden dan Igel mengerjap, benar juga mereka masih berada disamping tangga.

"Aku teh kesel sama kamu Le." Alden masuk kekamarnya, meninggalkan Leo dan Igel dengan kaki menghentak.

"Apa? Kamu mau ngambek juga?" Igel mencibir, enak saja dia ngambek.

"Enak aja. Tapi kayaknya yang bakal jadi pihak bawah si Alden deh." Leo yang mengerti kemana arah pembicaraan Igel kembali tertawa. Dia setuju, karena Hadar terlihat lebih maskulin jika dibanding Alden.

"Mas Ares didapur ya?" Igel mengangguk.

"Iya, kenapa?" Leo tersenyum.

"Gak cuma mau ijin keluar."
.
.
.
.
.
Ares memperhatikam Alta yang sibuk memanaskan ayam bakar miliknya, sebenarnya tadi Ares ingin memanaskannya sendiri, tapi begitu Alta mengetahuinya, laki-laki tinggi itu justru melarang Ares. Mengatakan bahwa dia yang akan memanaskan ayam bakar itu, dan meminta Ares diam menunggu.

"Kamu kemarin capek banget ya Res?" Ares terkesiap saat Alta tiba-tiba bertanya padanya.

"Gak sih, cuma ngantuk." Alta berbalik menatap Ares.

"Akhirnya kamu tidur dalam kondisi laper, kok bisa sih?" Ares tersenyum.

"Namanya juga ngantuk Ta." Alta menggeleng, dia meletakan ayam bakar yang sudah dia hangatkan ke piring dan menyerahkannya pada Ares.

Rumah BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang