Pulang...?

1K 203 1
                                    


.
.
.
.
.
Hadar mengernyit saat menyadari bahwa Ares mendudukan dirinya dikursi paling belakang. Laki-laki itu memejamkan matanya sesaat setelah duduk didalam mobil, sepertinya Ares masih menjaga jarak dengan yang lain agar tidak membuat yang lain bertambah kesal.

Hadar yang melihat kelakuan Ares hanya bisa menghela nafas, dia memilih mengirim pesan pada Alta bahwa dia dan Ares sudah ada di mobil. Hadar sengaja menunggu diluar mobil, karena dia tau Ares pasti butuh waktu sendiri.

"Bang Hadar!" Hadar menoleh, menemukan Rius sedang berlari kearahnya disusul Alden, Leo dan Alta yang berjalan sedikit cepat kearah nya.

"Mana bang Ares?" Hadar melirik kearah mobil.

"Ada didalem, tidur kayaknya, tadi bilang kepalanya sakit, jadi gue biarin bang Ares tidur." Alta langsung membuka pintu mobil, mengernyit saat menemukan Ares duduk dibangku paling belakang dengan mata tertutup.

"Kenapa Ares duduk dibelakang?" Alta menatap bertanya pada Hadar, tapi Hadar hanya mengedikan bahunya.

"Gak tau mas, bang Ares langsung duduk disana sehabis kasih kunci mobil ke gue." Alta menggigit bibir bawahnya, dia merasa bersalah pada sosok mungil itu.

"Ayo balik, kasian bang Ares." semuanya langsung masuk kedalam mobil begitu mendengar ucapan Hadar. Mereka sesekali menatap Ares yang masih tetap dengan posisinya.

"Gak usah khawatir gitu, bang Ares kan cuma tidur."
.
.
.
.
.
Ares langsung masuk kedalam kamar saat mereka sampai dirumah, mengabaikan tatapan bersalah dari Alta dan adik-adiknya yang lain.

"A' Ares teh marah sama kita ya?" Alden yang menyadari perubahan sikap Ares menunduk takut.

"Bang Ares gak marah bby, mungkin bang Ares masih pusing aja." Alden menatap sendu pada Hadar.

"Biarin aja Ares istirahat dulu, kalian juga istirahat sana." mereka mengangguk, dan masuk kekamar masing-masing, sedangkan Alta dan Alden memilih masuk kedapur untuk membuat makan malam.

Hadar yang melihat yang lain sudah sibuk sendiri-sendiri memilih untuk menghampiri Ares dikamar, mengecek keadaan laki-laki itu.

"Bang?" Hadar menepuk pundak Ares saat menemukan laki-laki mungil itu tidur dengan posisi meringkuk.

"Ganti baju dulu gih, baru lanjut tidur." Ares hanya membuka matanya sebentar tapi kemudian memejamkannya lagi, memilih untuk kembali terlelap, membuat Hadar menggeleng tidak percaya.

"Hadar ganteng, Hadar sabar." Hadar mengelus dadanya, dia kesal dengan Ares yang seperti ini.

"Untung abang, kalau bukan udah gue tendang."
.
.
.
.
.
Alta menatap kearah kamar Hadar yang setia tertutup rapat. Mereka sedang makan malam saat ini, tapi tanpa kehadiran Ares, laki-laki itu tidur kata Hadar. Hadar meminta mereka tidak membangunkan Ares, justru meminta mereka menyisakan makanan untuk Ares, berjaga-jaga jika laki-laki itu terbangun tengah malam dan kelaparan.

"Bang, yakin bang Ares gak usah dibangunin?" Hadar hanya mengangguk, membuat Rius cemberut.

"Bang Ares cuma makan sekali tadi siang loh bang." Leo yang melihat kekasihnya cemberut mengelus rambut si bontot itu.

"Nanti mas Ares pasti makan Ri, kamu tau sendiri mas Ares gak suka dibangunin kalau udah tidur." Rius mengangguk.

"A' Ares teh gak papa kan Dar?" Hadar menggeleng.

"Gak papa bby, bang Ares cuma tidur, mungkin juga kesel karena kalian kacangin tadi." sebenarnya Hadar hanya ingin menggoda tapi ternyata yang lain menganggapnya serius.

"Becanda doang gue, serius amat."
.
.
.
.
.
Igel menatap Rion yang terus saja bergerak gelisah dalam pelukannya, saat ini mereka sedang ada dikamar lama Igel, tidur berdua.

"Kenapa sih Yon?" Rion menatap Igel dengan cemberut.

"Perasaan ku gak enak Gel, bli Ares gak papa kan?" Igel menghela nafas, bohong jika dia tidak merasakan perasaan tidak nyaman itu, Igel juga merasakannya.

"Coba telfon aja." Rion meraih hp nya, mencari kontak Ares. Tapi sebelum dia menekan ikon panggil, dia melirik jam di hpnya, pukul 11 malam.

"Emang bli Ares masih bangun jam segini?" Igel mengedikan bahunya.

"Coba aja, kalau gak diangkat berarti udah tidur." Rion mengangguk. Dia akhirnya menekan ikon telfon, menunggu dering telfon tersambung. Rion sudah akan menutup panggilannya saat tidak kunjung mendapat balasan.

"Halo?"

"Bli Ares!" Rion tersenyum saat mendengar suara serak Ares.

"Bli udah tidur ya?" Rion bisa mendengar suara gumaman dari seberang sana.

"Ya udah deh, bli tidur lagi aja, besok pagi aku sama Igel pulang kok." Rion tidak mendapat jawaban lagi dsri seberang sana, pasti Ares sudah kembali tertidur.

"Kayaknya aku ganggu bli Ares deh Gel." Igel tersenyum, dia mengecup bibir Rion sekilas.

"Jangan cemberut gitu lagi." Rion menyembunyikan wajah merahnya pada dada Igel. Igel selalu saja bisa membuatnya malu.

"Rion, inget janji ku kan?" Rion mendongak menatap Igel, kemudian mengangguk.

"Karena kita udah dapet restu, kamu mau jadi pacar ku sekarang?" mata Rion berkaca-kaca, dia mengangguk.

"Maaf ya, kalau aku gak romantis." Rion menggeleng tidak setuju.

"Gak perlu romantis, asal itu kamu aku udah bahagia Gel." Igel tersenyum mendengar ucapan Rion.

"Makasih karena bertahan selama ini Yon, makasih karena tahan sama tempramen ku yang kayak gitu." Rion mengangguk, dia mengeratkan pelukannya pada Igel.

"Aku yang harusnya makasih sama kamu Gel, makasih karena udah nerima barang rusak kayak aku ini." Igel menatap Rion tidak suka.

"Gak usah ngomong gitu aku gak suka, ngerti?" Rion tersenyum dan mengangguk. Saat ini dia dan Igel sudah memiliki status baru yaitu pacar.

"Love you Orion."

"Love you too my beta."
.
.
.
.
.
Sudah pukul 2 dini hari tapi Hadar masih tetap terjaga. Dia masih setia memandang wajah pucat Ares yang tampak memerah karena demam. Hadar sempat tertidur tadi, tapi kembali terbangun karena mimpi buruk. Saat itu dia mendengar suara gemericik air dari kamar mandi, setelah dia mengeceknya ternyata air kran westafel menyala dengan tubuh Ares yang sudah tidak sadarkan diri dilantai kamar mandi.

Jika ditanya apa Hadar panik? tentu saja dia panik, tapi dia sudah terlalu biasa menghadapi Rius saat sedang drop dulu, jadi saat ini dia tidak terlalu kaku saat harus menjaga Ares.

"Udah gue bilang kan bang, kalau sakit bilang, jangan dipendem sendiri." Hadar menghela nafas. Sudah lima hari mereka di bali, sepertinya tidak masalah jika mereka kembali ke pare secepatnya kan.

Hadar meraih hpnya, mengetik sebuah pesan yang akan dia kirim ke Igel. Igel adalah satu-satunya orang yang bisa dia percaya untuk memutuskan hal apa yang harus dilakukan pada Ares.

"Maafin gue bang, tapi Igel sama Rion harus tau keadaan lo hari ini."

Hadar bisa menebak, pasti Igel dan Rion akan kembali dengan ekspresi panik pagi nanti. Hadar hanya bisa berharap jika Ares sudah lebih baik pagi nanti. Agar yang lain tidak tahu bahwa laki-laki itu kembali drop malam ini.

"Cepet sadar bang, besok kita balik aja ya? gue, Igel sama Rion harus kasih mereka pelajaran karena bikin lo sedih."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.

Rumah BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang