Senja dan hujan

1.1K 223 13
                                    


.
.
.
.
.
Alta turun kelantai satu dengan nampan berisi teko dan gelas teh yang semalam sempat dia bawa keatas. Alta sempat tertidur lagi setelah Ares memintanya masuk kedalam kamar.

"Loh, mas Alta habis ngeteh sama siapa?" Alta tersenyum pada Igel yang ada didapur.

"Oh ini, semalem nemenin Ares." Alta bisa melihat Igel memicingkan matanya kearah Alta.

"Semalem? mas nemenin bli Ares lihat bintang ya?" Alta cukup terkejut dengan ucapan Igel yang tepat sasaran.

"Kok kamu tau?" Igel tertawa, membuat Alta semakin merasa bingung.

"Teleskopnya masih ada diujung lorong mas, tentu aja aku tau." Alta mengangguk-angguk paham.

"Kata Ares kalian mau main ke surabaya?" Igel mengangguk.

"Iya, sama anak-anak yang lain mas, mas ikut kan?" Alta menggeleng, membuat Igel cemberut.

"Kenapa?"

"Aku udah janji mau nemenin Ares hari ini." senyum jahil Igel terlukis begitu Alta menyelesaikan ucapannya.

"Cie mas Alta mau kencan ya?" wajah Alta memerah, dia ingin sekali menepuk mulut Igel.

"Mas Alta mau kencan sama siapa?" Igel dan Alta menoleh, mereka menemukan Rius dan Rion diambang pintu dapur.

"Pasti sama bang Ares ya?" ucapan Rius memancing tawa dari Igel dan Rion, sedangkan Alta tampak cemberut.

"Apa sih kalian ini."

"Gel, ayo, mas Alta beneran gak mau ikut?" Alta kembali menggeleng.

"Ya udah, hati-hati kalau berduaan sama bli Ares ya mas."
.
.
.
.
.
Tok tok tok

Igel mengetuk pintu kamar Ares beberapa kali, tapi tidak mendapat jawaban dari dalam. Igel akan pamit pada Ares, tapi jika tidak mendapat jawaban seperti ini kan membuat Igel khawatir.

Cklek

"Bli?" Igel melangkah masuk kedalam kamar Ares, dia menghela nafas lega saa menemukan bli mungilnya itu sedang fokus melihat layar laptop dengan headphone menutup telinganya.

"Bli." Ares mendongak saat ekor matanya melihat seseorang.

"Ada apa Gel?" Ares melepas headphonenya, dia meletakan laptopnya disamping tubuhnya.

"Bli bikin aku khawatir karena gak jawab dari tadi." Ares tertawa mendengar Igel menggerutu.

"Mau berangkat ya?" Igel mengangguk, membuat Ares bangkit dari ranjangnya.

"Nanti mau lewat tol atau bypass?" Igel mengedikan bahunya.

"Terserah Hadar aja lah bli, dia yang nyetir nanti." Ares mengangguk.

"Uang buat beli bensin ada kan?" Igel menghela nafas.

"Bli, tenang aja, kita mau main, jadi bli gak perlu khwatirin uang kita." Ares kembali tertawa.

"Bli, semalem ngobrolin apa aja sama mas Alta?" Ares langsung menghentikan tawanya.

"Bintang." Igel mencibir tidak percaya pada jawaban Ares.

"Cuma itu aja? aku gak percaya." tawa Ares kembali menguar.

"Ngobrolin soal rasa." Igel berhenti melangkah, membiarkan Ares membuka pintu kamarnya terlebih dahulu.

"Mas Alta nembak bli? Atau sebaliknya?" Ares menggeleng, dia tersenyum sendu pada Igel.

"Gak keduanya, Alta cuma nanya apa aku tau tentang perasaan dia." Igel mendekati Ares.

Rumah BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang