.
.
.
.
.
Malam itu suasana rumah bintang kembali ramai, para penghuni yang sebelumnya memutuskan main ke surabaya sudah kembali dengan selamat satu jam yang lalu.Saat ini mereka sedang berkumpul di ruang tv, dengan meja penuh snack juga minuman bersoda. Hasil dari menjarah Alden kalau kata Rius.
"Main yuk, mau gak?" Igel memecah keheningan diantara. Membuat semua mata terfokus padanya.
"Main apa Gel?" Ares sedikit mengernyit saat mendapati senyum jahil diwajah Igel.
"Show me your heart." semua menatap Igel bingung, kecuali Rion dan Leo, kedua nya justru mengerang tidak setuju.
"Ah, gak mau." Rion dan Leo menjawab bersamaan.
"Emang kenapa?" Hadar menatap penasaran pada keduanya.
"Kita pernah main di kosan dulu, dan akhirnya malah canggung." Rion mencoba menjelaskan sedangkan Igel hanya tersenyum.
"Itu game kita gak tau Igel tau dari mana, jadi nanti kalian diminta buat ngungkapin perasaan kalian ke oramg yang namanya udah kalian pilih lewat undian." hampir semua mengangguk paham, kecuali Alden sih.
"Kayaknya seru!" Rius mengatakan sambil tertawa.
"Boleh deh dicoba." ucapan Ares membuat Igel bersorak tapi membuat Leo dan Rion mengerang tidak setuju.
"Ah bli Ares."
"Mas Ares ya."
.
.
.
.
.
Leo dan Rion terpaksa setuju ikut untuk bermain game itu karena mereka kalah suara. Enam orang ingin memainkan permainan itu.Saat mereka sedang menatap Igel yang sedang menuliskan nama mereka pada potongan kertas kecil, kemudian melipatnya.
"Peraturannya, kalian gak boleh kasih tau nama siapa yang kalian dapet, kalian cuma boleh kasih clue di surat yang bakal kalian tulis dikertas ini." Igel menunjukan selembar kertas surat berwarna biru dihadapan mereka.
"Cuma itu aja rules nya?" Igel mengangguk.
"Kita bisa sebut nama orang itu disurat kan?" lagi-lagi Igel mengangguk.
"Kalian boleh nulis surat ini dimana pun, bahkan boleh dikamar kalian, batas waktunya satu jam." saat semua mengangguk paham, Igel meminta mereka memilih lipatan kertas kecil berisi nama, dan mengambil kertas surat.
"Kalau udah dapet semua, kalian bisa nulis mulai sekarang." mendengar ucapan Igel, semua penghuni rumah bintang sontak berpencar mencari tempat aman untuk menulis surat.
Beberapa dari mereka lebih memilih memasuki kamar masing-masing dan mengunci pintu. Hanya Igel yang masih berdiam diri di ruang tamu dengan selembar kertas surat juga kertas kecil yang tertera nama salah seorang diantara mereka.
"Aku gak nyangka kalau sku bakal dapet kamu."
.
.
.
.
.
Sudah satu jam sejak mereka mulai memainkan game dan menulis surat, satu persatu dari mereka sudah mulai memasukan surat yang mereka buat kedalam kotak yang sudah disediakan Igel di meja ruang tamu."Ini gak usah dibaca aja bisa kan Gel?" Igel menggeleng, membuat Leo memasang wajah gusar.
"Harus dibaca dong Le." Igel kemudian menatap kearah yang lain.
"Siapa mau mulai duluan?" pertanyaan Igel membuat semua terdiam.
"Dari yang paling tua aja?"
"Heh, enak aja, dari yang paling muda aja."
Igel mendadak pusing mendengar Hadar dan Alta saling beradu argumen tentang siapa yang mulai duluan.
"Searah jarum jam aja." Ares ternyata sudah cukup pusing mendengar perdebatan tidak penting dari Hadar juga Alta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Bintang
Fiksi PenggemarAntares yang dingin tapi perhatian Altair yang suka bawel Aldebaran yang kalem dan polos macem tahu sutra Leo yang cuek tapi julid parah Orion yang galak tapi manja Hadar yang suka nyablak tanpa filter Rigel yang dewasa meskipun bobrok Sirius yang t...