Kacau

1K 191 0
                                    


.
.
.
.
.
Tok

Tok

Tok

Ares yang sedang asik dengan laptopnya langsung mendongak saat mendengar ketukan di pintu kamarnya. Laki-laki itu beranjak, meletakan laptopnya di atas meja sebelum membuka pintu kamarnya.

"Alta?" Ares mengernyit bingung saat melihat Alta berdiri didepan kamarnya sambil tertunduk. Ares ingat jelas tadi dia sempat melirik jam dan sekarang sudah pukul 11.45, sangat langka menemukan Alta ada didepan pintu kamarnya.

"Ada apa Ta?" Ares semakin bingung saat Alta tidak menjawab.

"Hei, ada apa? mau cerita?"

Grep

Tubuh Ares terhuyung kebelakang saat Alta tiba-tiba memeluknya, beruntung mereka berdua tidak terjatuh, karena Ares yang cepat meraih sisi pintu untuk penyanggah.

"Alta?" Ares semakin mengernyit saat Alta mengeratkan pelukannya. Ingatkan Alta saat ini mereka masih ada diluar kamar Ares, bisa gawat jika Igel, Leo atau Rius melihat kedua kakaknya saling berpelukan di depan kamar.

"Masuk dulu ya, bahaya kalau ada yang lihat ini, kamu bisa digodain." Ares menuntun Alta masuk kedalam kamar nya, meskipun Alta sama sekali tidak melepaskan pelukannya.

"Udah didalem nih, kamu kenapa? Mau cerita sama aku biar lega?" Ares merasakan anggukan dari Alta. Ares jadi berpikir, apa Alta tidak capek, posisi Alta meluk Ares kan harus nunduk.

"Ares." Ares bernafas lega saat mendengar suara lirih Alta.

"Iya?"

"Apapun yang terjadi nanti jangan minta aku pergi ya!" Ares mengernyit mendengar kalimat lirih Alta. Ares dapat merasakan ketakutan disana.

"Kenapa aku harus minta kamu pergi? aku yang ngajak kamu kesini, dan aku gak akan pernah minta kamu pergi, kecuali kamu pergi karena kemauanmu sendiri, kalau itu aku gak bisa maksa." Alta melepaskan pelukannya dari Ares saat mendengar kalimat panjang itu. Alta jadi semakin takut.

"Pokoknya harus janji sama aku."
.
.
.
.
.
Ares masih tetap mengelus rambut Alta lembut, laki-laki tinggi itu tertidur setelah bercerita sedikit tentang siapa yang datang ke cafe tadi, juga tentang kemungkinan orang tuanya akan menyusulnya ke pare.

"Aku bingung Res, aku harus gimana?" Alta kembali berucap gusar, membuat Ares yang melihatnya jadi tidak tega.

"Kenapa kamu takut kalau orang tua mu nyusulin kesini?" Alta menghela nafas, dia menatap Ares lekat.

"Aku takut mereka bikin keributan di cafe atau pun disini, aku takut mereka bakal ngelukain kalian, adek-adek ku, orang yang berharga buat aku, apa lagi kamu." Ares tersenyum mendengar itu.

"Kamu gak usah takut kita terluka Ta, apa lagi aku, kita bisa hadapin itu bareng-bareng." Alta terdiam mendengar ucapan Ares.

"Kita bisa omongin baik-baik sama orang tua kamu, tentang kenapa kamu kabur dari rumah, kenapa kamu kerja disini, dan tentang perjodohan itu, aku pasti bakal bantu kamu ngomong ke orang tua mu, meskipun aku gak janji omonganku bakal didenger." Alta kembali memeluk Ares.

"Makasih banget Res, makasih, aku dari tadi takut banget." Ares membalas pelukan Alta.

"Sama-sama Ta, sekarang istirahat sana, besok cafe tutup kok." Alta langsung melepaskan pelukan Ares dengan alis mengernyit.

"Kenapa tutup?" Ares tersenyum.

"Aku mau ke surabaya, ada perlu sama papa." Alta mengangguk-angguk.

Rumah BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang