9.

125 20 4
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh boul semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝


"Ssstt udah, jangan nangis. Kebiasaan banget deh haha," ucap Dias mencoba menghibur Gema.

Bukan Dias tak sedih, ia juga sebetulnya ingin menangis namun ntah kenapa rasanya sulit. Sangat sulit. Seolah air matanya pun tak ingin di lihat oleh siapapun, persis seperti sakit dan lukanya.

Gema itu sebenarnya mirip dengan Dias, ia tak mudah untuk menangis, dia juga tak mudah menunjukkan rasa sakitnya. Namun jika lihat orang yang ia sayang tersakiti, air matanya suka tak tahu malu, menerobos untuk keluar dan berakhir ia menangis seperti anak kecil.

"Ya abisnya," balas Gema tak mampu lagi melanjutkan perkataannya.

Dan itu mampu membuat tawa Dias pecah begitu saja. Perempuan yang lebih tua dua tahun dari Gema itupun terbahak, rasanya lucu sekaligus senang melihat Gema menangis. Apalagi karenanya.

Sungguh, ia bersyukur bertemu orang-orang yang baik di hidupnya. Meskipun orang yang menyakitinya pun tak kalah banyak, namun rasanya cukup bagi Dias saat mengetahui masih banyak yang peduli padanya. Masih ada orang yang mau menangis karena rasa sakitnya.

Beban itu, seolah hilang begitu saja karena mereka. Dias hanya berharap orang-orang itu memang tulus kepadanya dan tak melangkah pergi meninggalkannya sendirian.

"Mba Yayas, kalau ada apa-apa cerita sama gue ya? Jangan di pendem sendirian, janji?" Tanya Gema mengulurkan kelingkingnya meminta Dias untuk membuat janji seperti anak kecil.

Dias mengangguk sembari terkekeh. Kini kelingking miliknya dan milik Gema sudah terkait satu sama lain. Kini, hal kecil seperti itu sudah menjadi kebiasaan di antara mereka. Setiap Dias kesakitan Gema akan menangis, sembari merajuk supaya Dias berjanji akan selalu bercerita kepadanya.

Sesaat Dias paham, alasan Defrik selalu mengejar gadis ini. Gema itu sederhana namun kaya. Sesaat juga Dias iri, ingin bisa seperti Gema yang bisa selalu membuat sekitarnya ceria. Tanpa sadar bahwa sebenarnya Dias juga merupakan happy virus bagi orang-orang di sekelilingnya.

Sedangkan di luar, tanpa sepengetahuan mereka Ozzy mendengar percakapan itu. Ozzy sedikit terlonjat kaget saat ia akam berbalik namun Gian sudah berada di belakangnya.

"Nguping ya lo?" Todong Gian.

Ozzy menggeleng, "ga nguping, gue emang abis dari kamar mandi terus ya dengerin mereka," kilahnya sembari tercengir.

"Udah yuk balik ke depan," ajaknya mengalihkan pembicaraan. Tangan Ozzy kini dengan santai merangkul Gian yang sebenarnya lebih tinggi darinya.

Di sebelahnya Gian ingin protes, namun kali ini ia memilih untuk mengalah saja dan mengikuti keinginan Ozzy.

Keduanya kini melangkah ke depan, menghampiri Lino yang ternyata sudah terlelap. Tangan Gian terulur untuk memangku Lino, ia memindahkan pemuda kecil itu ke kamarnya supaya lebih nyaman.

"Kecapean kayanya, pules banget dia," komentar Gian begitu sudah kembali dan duduk di sebelah Ozzy.

"Udah berasa adik sendiri ga sih ke Lino lu?" Tanya Ozzy.

Gian mengangguk cepat sebagai jawaban. "Mau Dias atau Lino, mereka adik-adik gue," jawab Gian mantap.

"Berhubung lo udah denger cerita Dias, gue harap lo ga nyebarin itu semua. Simpen itu buat diri sendiri aja, Bang."

Abyss of PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang