53

63 8 2
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Masih ingatkah kalian bahwa Ozzy yang bertekad untuk menjaga dirinya agar tetap sehat supaya bisa terus mengejar maafnya Dias? Nyatanya itu semua hanyalah bualan semata. Pada kenyataannya, lelaki itu tak mampu menjaga pola makan nya. Lelaki itu terus saja begadang dengan perut kosong, memaksa badannya untuk terus bekerja tanpa pernah memikirkan resikonya. Kalau pun ia makan, maka hanya akan masuk setengah dari porsi Ozzy yang biasa. Jangan lupakan tampilannya yang berubah dan tak serapih biasanya, kian membuat Ozzy terlihat tak baik-baik saja. Terutama dengan wajah yang menirus dan mata panda yang amat terlihat jelas itu.

Tapi meski begitu, Ozzy sudah jauh membaik daripada 2 bulan yang lalu. Waktu dimana Dias pergi dan ia mengetahui bahwa Gian memiliki penyakit yang parah. Saat itu, Ozzy memilih sedikit menjauh dari sekitarnya demi menenangkan diri. Karena saat itu tak hanya Dias saja yang hancur, melainkan Ozzy juga. Sebagian dari dirinya hilang, dan butuh beberapa saat baginya untuk bangkit.

Flashback on

Semua bermula saat Dias pergi dari kediamannya, membuat rumah Ozzy yang semula hangat seketika berubah menjadi dingin dan senyap. Di minggu pertama Ozzy bahkan memilih tidur di ruangan yang dulu Dias pakai, berharap saat bangun gadis itu ada di sisinya dengan senyuman indah. Berharap paginya akan di mulai dengan sapaan lembut dari sang pujaan hati.

Dan selama itu pula baik orang tua, saudara-saudara dan teman-temannya silih berganti membujuk Ozzy agar setidaknya ikut berkumpul bersama mereka. Silih berganti mengulurkan tangan agar Ozzy tak tersesat dan merasa sendiri. Namun yang Ozzy terus saja menolak. Karena yang Ozzy butuhkan adalah waktu untuk ia berdamai dengan keadaannya sekarang. Berkali-kali pula Bunda dan Bapak mengunjungi dirinya agar ia tak merasa sepi.

Selama masa pemulihan itu, yang Ozzy lakukan hanyalah melamun di ruangan kosong itu setelah pulang bekerja, mengingat setiap momen yang ia lewatkan dengan Dias disini. Mengingat bagaimana ia melambung bahagia karena gadis itu.

Ozzy memeluk lututnya sendiri, menyembunyikan wajah berantakan nya disana. Bahunya perlahan jadi bergetar dengan dada yang teramat sesak. Ozzy sudah tak peduli lagi jika di katakan lelaki lemah karena saat ini sedang menangis. Persetan dengan semua itu, ia teramat merasa nyeri. Ingatannya terus di pukul mundur pada saat-saat Dias menatapnya nyalang, saat dimana Dias runtuh tepat di depan matanya.

Ozzy gagal, ia gagal menjaga dunianya. Ia gagal melindungi permatanya dari jahatnya dunia, dan sialnya lagi dirinyalah salah 1 penyumbang terbesar rasa sakit itu.

"Zy, ayok makan dulu nak. Ke bawah yuk? Bubun udah masak, di bawah juga ada Arsyad sama Defrik nunggu kamu." Ketukan halus di pintu saat itu membuat kesadarannya kembali. Ozzy mengangkat kepalanya sambil mencoba mengatur nafas, agar tak terdengar seperti habis menangis.

"Ozzy mau ke air dulu Bun, nanti Ozzy susul ya," Ucapnya sedikit berteriak.

"Bubun tunggu di bawah ya, Zy. Lekas sembuh anak Bunda."

Ozzy memejamkan matanya, lagi-lagi ada belati tak kasat mata yang menancap di dadanya. Berulang kali juga ia mengucapkan maaf untuk sang Bunda yang jelas ikut tersakiti melihatnya berantakan seperti ini. Ozzy tidak berubah menjadi pendiam, namun kini Ozzy lebih sering menghindari semua orang. Di saat ia berkumpul, lelaki itu tetaplah menjadi lelaki hangat yang banyak bicara.

"Bagoos, udah berasa rumah sendiri aje ye rumah gue," Sungut Ozzy yang baru saja bergabung dengan teman dan orang tuanya.

"Ya elo, Bunda Bapak lagi di sini ngerem terus. Masih untung ini juga kita temenin, jadi ga bosen. Yakan Bun, Pak?" Balas Arsyad meminta pendapat pasangan di hadapannya ini.

Abyss of PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang