29

91 15 16
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

2 hari berada di kediaman orang tua Ozzy bagaikan sebuah penyembuh untuk Dias. Bagaimana tidak? Hari pertama gadis itu sampai di sini baik Bunda atau Bapak sudah menyambutnya dengan baik, belum lagi saat ia menghabiskan waktu menunggu Matahari terbit juga memasak berbagai jenis masakan dengan Bunda di sana membuatnya merasa amat bahagia karena semua itu tak pernah ia dapatkan di rumahnya. Kegiatan yang ia lakukan juga sebenarnya sangat sederhana dan tidak ada yang spesial malah, seperti saat ia tengah membantu Bapak untuk mengobati pasien di desa tempo hari contohnya.

Mulanya tentu Bapak tak berniat mengajak Dias untuk ikut ke kliniknya. Tapi melihat gelagat Dias yang tampak antusias dan ingin ikut mencoba mengobati di tempat ini, maka berakhirlah Bapak mengajak gadis cantik itu. Saat itu Ozzy juga tak melarang, ia mengijinkan Dias melakukan apapun yang ia inginkan. Karena sedikitnya Ozzy paham, Dias itu butuh kebebasan. Dan juga, Dias terlihat senang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Ntahlah, mungkin karena keadaan rumah Dias yang tampak pelik membuat suasana hangat ini mampu menghiburnya, begitu pikir Ozzy yang belum mengetahui secara keseluruhan tentang kondisi Dias.

Meski mengizinkan, Ozzy tak membiarkan gadisnya pergi begitu saja. Ia juga kini ikut mengecek pasien, bedanya jika Dias dengan sang ayah, Ozzy kini berpasangan dengan Bundanya. Saat sudah selesai membantu Bapak memeriksa pasien, kala itu juga Dias lanjut memeriksa kondisi orang tua Ozzy. Katanya pemeriksaan kesehatan harus rutin di lakukan. Tentu saja dengan senang hati kedua orang tua Ozzy mengizinkan, bahkan putra mereka merengek karena ingin ikut di periksa juga. Diam-diam Dias tersenyum saat itu, merasa senang juga sedih dalam 1 waktu. Ia sedih karena tadi sempat membayangkan jika saja orang tuanya yang bersedia ia periksa seperti ini, karena sejak dahulu setelah ia lulus ia begitu ingin rutin memeriksa kondisi Mamah dan Papah, sayang sama keduanya itu sangat anti di sentuh oleh Dias. Tapi ia senang, setidaknya dengan mengecek kondisi Ibu dan Ayah sedihnya sedikit terobati.

Hal-hal sederhana yang Dias dapat 2 hari yang lalu itu membuatnya tersenyum sendiri tanpa sadar, untung saja saat itu Dias sendirian di ruangannya. Pikiran Dias kalau itu terus saja memutar memori indah yang ia lewati kemarin. Ya, setidaknya sampai ponselnya berdering dan menghancurkan kebahagiaan Dias dalam beberapa detik.


~~~

Dias berjalan dengan langkah lebar ke dalam rumahnya, dengan nafas yang memburu ia mencoba sebisa mungkin menahan emosinya agar tak meledak. Namun semua usahanya itu gagal begitu netranya melihat kedua orang tuanya tengah berdebat dengan Keno, air mata yang sejak tadi di tahannya berakhir turun membasahi pipi tembamnya. Apalagi saat melihat 2 koper cukup besar yang berada di samping sang Mama.

"M-mah, semua ini ga bener kan? Rumah ini ga beneran di jual kan?" Tanyanya masih mencoba tak percaya. Bagaimana tidak, tadi tepat setelah Dias selesai dengan shift prakteknya ia di hubungi oleh Keno bahwa rumah yang ia beli dengan susah payah ini sudah terjual.

Tak mudah bagi Dias membelinya, ia harus melewati banyak kesulitan untuk mendapatkan rumah itu. Namun apa ini sekarang? Rumah itu akan di jual? Bahkan tanpa berdiskusi dengan dirinya. Maka, saat mendengar itu Dias langsung bergegas pulang untuk memastikan semua itu.

Mamah saat itu mendorong asal koper besar di sebelahnya sampai membuat suara yang cukup nyaring, tanpa rasa bersalah ia menatap sinis Dias yang masih menangis di hadapannya.

Abyss of PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang