59

80 9 2
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Sore harinya, ruangan tempat Dias di rawat seketika berubah menjadi tempat untuk berkumpul ke 6 teman-teman Ozzy. Lelaki itu sengaja menyuruh mereka semua untuk datang bersama pasangannya masing-masing untuk meramaikan kamar gadisnya, karena ia tak ingin Dias merasa sepi dan memikirkan hal yang tidak-tidak.

Tak ada yang bertanya tentang alasan mengapa Dias berakhir di kamar rawat inap di rumah sakit ini. Semuanya kompak untuk bungkam dan memilih fokus untuk bercanda saja. Tentunya Dias amat bersyukur akan itu, sebab ada kalanya ia ingin menyimpan begitu rapat kejadian yang sudah ia alami. Bukan tak ingin berbagi, hanya saja jika kembali di korek sakitnya akan kembali terasa. Dan kali ini, Dias hanya menghindari hal itu. Dias memutuskan mengubur rapat kejadian pahit hari ini lalu memulai kembali hidupnya seperti permintaan Ozzy, Galung dan juga Gian.

Sudut bibir Ozzy terangkat begitu saja saat menangkap basah Dias tengah mencuri pandang kepadanya, bagaimana gadis itu langsung mengalihkan pandangannya padahal sudah jelas dirinya tertangkap basah tengah memperhatikan Ozzy kala itu sukses membuat kupu-kupu di perutnya kembali berterbangan.

Rasanya amat lega saat seluruh kenyataan yang dulu selalu ia pendam rapat kini sudah tersampaikan. Kini tak lagi ada satu pun rahasia yang ia simpan dari Dias, kini hanya tinggal satu langkah lagi agar ia bisa mengikat gadis itu dalam janji suci pernikahan.

Flashback on

"Gue juga manusia yang cacatnya di sana sini, tapi gue berani nerima uluran tangan kalian, gue ga dorong Mas Ozzy yang sayang gue. Karena gue paham setengahnya dunia gue dia yang pegang. Sedangkan lo apa? Lo dorong Aruna padahal jelas lo juga udah sejatuh itu sama Aruna. Kalian udah sama-sama sayang, jangan saling siksa tolong. Ini ga cuma buat lo, buat Aruna juga. Dunia dia itu lo, Hagian."

Dias lalu memberi kode agar Gian mendekat, di tatap nya sangat sahabat itu dengan teduh. "Gue mohon bahagia Gi, jangan lagi siksa diri lo sama rasa takut lo itu ya? Gue tau lo selama ini ga enak juga ngehindarin terus Aruna, jadi stop sampe sana. Oke?"

"Nyerah aja Yan, udah berapa kali juga kita ngasih masukan sama lo tapi bebal banget."

"Jangan sampai nyesel kaya gue deh Bang, demi kalau udah kena karma ga enak. Tugas lo sekarang berjuang sama dia buat bahagia, dengerin Dias. Lo bakal sembuh." Galung menatap Gian sambil menepuk pundaknya pelan. "Jangan nyerah. Seengganya demi kita, semuanya percaya lo bakal sehat lagi. Bahkan Aruna juga percaya itu, makannya dia milih stay Bang."

Setelah percakapan yang cukup panjang itu, Gian dan Galung ijin untuk pergi ke bawah. Katanya ingin membeli beberapa makanan untuk cemilan, sehingga menyisakan Dias dan Ozzy saja di ruangan besar tempat Dias di rawat.

Mulanya, suasana itu sempat hening. Tapi itu tak bertahan lama karena Ozzy tiba-tiba meraih tangan Dias lembut.

"Sakit banget pasti ya?" Tanyanya masih fokus menatap pergelangan tangan Dias yang terbalut rapih.

"Engga sakit Mas, gue ga apa-apa ko," Ucap Dias yang sadar Ozzy masih merasa bersalah. "Sorry, pasti gue bikin panik ya tadi?"

"Lo pernah ga ngerasa nyawa lo kaya di cabut paksa? Nah gue gitu sih tadi. Gue ga tau gimana jadinya kalau lo sampe kenapa-napa. Gue ga akan bisa maafin diri gue sendiri," Tutur Ozzy sambil menggelengkan kepala.

Di tempatnya, Dias menelisik wajah Ozzy. Mencari kebohongan dari ekspresi dan perkataannya tadi, sayangnya nihil. Seluruh yang ia ungkapkan adalah kenyataan, dan itu kembali mengundang bibir Dias untuk menggumamkan maaf.

"Jangan nyakitin diri lo lagi. Lain kali kalau kesel, kalau cape lo bisa mukulin gue aja Yas. Tapi jangan siksa diri lo, itu lebih buat gue hancur."

Kali ini, Dias memberanikan diri untuk menggenggam tangan hangat milik Ozzy. Reflek saja lelaki itu mengangkat kepalanya yang sedari tadi sedikit tertunduk, membuat keduanya saling mengunci pandangan masing-masing.

"Maafin gue, gue janji ini terakhir kali gue nyakitin diri sendiri Mas," Ucap Dias mantap.

"Gue lega, sekarang rahasia itu ga lagu harus gue sembunyiin."  Lelaki itu bangkit, lalu mengambil secarik kertas dari dalam saku celananya.

Di ulurkannya surat itu pada Dias sebelum akhirnya Ozzy mendudukan dirinya di pinggir kasur. Tanpa rasa curiga, Dias menerima surat itu dengan enteng. Namun tubuhnya membeku dengan mata yang sedikit membola saat membaca isi surat tersebut. "Ini..."

"Waktu itu, dunia gue berhasil lo berantakin tau Yas. Lo milih pergi dan pamit cuma pake surat jelek kaya gitu, gimana gue ga gila?"

"M-mas."

"Kali ini, gue mau ngomong, jangan di potong dulu oke?" Pinta Ozzy yang lucunya langsung di angguki oleh Dias.

"Setelah lo pergi, rumah ga lagi sama. Rumah yang dulu gue anggap tempat ternyaman malah jadi seasing itu pas lo ga ada. Setelah lo pergi, gue buat janji sama diri gue sendiri kalau suatu saat gue harus balikin lagi ni surat jelek ke lo, soalnya di dalem surat itu lo bilang lo ga tau gue, lo juga nyuruh gue tetep bahagia walau tanpa lo, bahkan lo nyuruh gue cari pengganti lo. Jelek banget isinya sumpah. Setiap hari gue bawa ni surat Yas, supaya gue  punya terus energi buat ngejar lo."

Ozzy kini kembali meraih tangan Dias. "Dan sekarang gue berhasil. Gue berhasil ngebalikin surat ini, gue berhasil ngebuktiin kalau ga ada perempuan yang bisa ngegeser posisi lo sampai kapan pun, ga ada rumah yang senyaman lo bagi gue, dan lo juga bahagianya gue. Sampai kapan juga kenangan kita ga akan pernah gue kubur." Lelaki itu tersenyum, masih betah mengunci pandangannya pada gadis cantik di hadapannya ini.

"Ga tau sadar atau engga, tapi tadi lo bilang gue setengah dari dunia lo. Dan gue bersyukur, karena ternyata rasa yang lo kasih buat gue nyatanya masih ada sampai detik ini. Gue rasa sekarang udah waktunya buat kita sama-sama ngelangkah bareng buat bahagia Yas. Jangan pergi lagi, mulai sekarang ayok balik lagi sama gue, jadi temen hidup gue, Yas. Mau ya?"

Setelah mengucapkan itu, Ozzy terdiam. Menunggu dengan kikuk sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eh a-anu, maaf gue ngelamarnya ga romantis, soal-"

"Iya, gue mau." Tutur Dias memotong ucapan Ozzy barusan.

"Ayok bahagia barengan. Ayok jadi dunia gue yang seutuhnya, Mas."

Dan detik berikutnya, Ozzy sudah menarik Dias ke dalam pelukannya. Berkali-kali ia ucapkan terimakasih sembari terus menciumi kepala gadisnya itu sebagai luapan rasa syukurnya.

Karena akhirnya, hari yang ia nantikan telah tiba.

Flashback off

🐝🐝🐝

Tinggal berapa chapter lg nih, mana suaranya yg mau mereka happy endingggggg siniii

Abyss of PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang