6.

145 21 4
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh boul semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Ozzy mengendarai mobilnya dengan santai, sesekali lelaki itu bersenandung ringan mengikuti playlist musik yang berputar di radio mobilnya. Mobilnya kini berbelok memasuki komplek perumahan Gian, ia lupa membawa ponselnya tadi karena Dias terlihat begitu panik.

Ah benar juga, ia bukannya tidak peduli dengan perempuan itu.  Meskipun ia termasuk orang yang tak terlalu ambil pusing dengan masalah orang lain, tapi kali ini sejujurnya Dias sedikit mengganggu pikirannya dari tadi. Namun sebisa mungkin Ozzy mengenyahkan semua pikiran tersebut. Dia kini hanya bisa berharap agar gadis itu baik-baik saja.

Dan mungkin Gian kini sudah kembali dan sedang mencoba menghubunginya karena rumahnya terkunci, dan kuncinya kini berada di tangan Ozzy.

Dugaan lelaki itu benar, dari kejauhan ia bisa melihat motor Gian yang sudah terparkir cantik di halaman rumahnya.

Ozzy turun dari mobilnya, lalu melangkah dengan ringan mendekati Gian. Cengirannya timbul begitu Gian menatapnya pura-pura sebal.

"Eh Yan, lama nunggu Yan?" Tanyanya sangat basa basi. Gian gentu saja berdecih lalu mendelik kepada lelaki yang lebih tua satu tahun darinya.

"Si curut mana?" Tanyanya celingukan mencari keberadaan Dias.

Ozzy merapatkan bibirnya, sudah jelas cepat atau lambat lelaki ini pasti menanyakan keberadaan gadis itu.

"Dah balik, tadi dapet telpon dari mamahnya. Terus dia panik gitu jadi gue anter balik deh," jelas Ozzy menceritakan tentang kejadian tadi.

"Oh dia juga nyebut Lino Lino gitu deh, ga paham. Tapi,, dia ga akan kenapa-napa kan, Yan?" Tanya Ozzy kemudian.

Gian tak menjawa, lelaki itu sudah menjauh dan sibuk menghubungi Dias. Sayangnya, panggilan tersebut tak kunjung di angkat oleh Dias membuat Gian mengumpat. "Shit."

"Kenapa?" Tanya Ozzy mendekat ke arah Gian berada.

Lelaki jangkung itu hanya menggeleng pelan, belum merasa tenang jika Dias tak kunjung mengangkat panggilannya. "Ni anak kebiasaan."

"Tadi lo ada denger dia ngobrol ama mamahnya ga, Bang?" Tanya Gian pada akhirnya.

Ozzy menggeleng. "Engga, gue ga denger apa-apa, cuma dia kaya langsung mau pergi gitu aja sampe kayanya lupa kalau ada gue," jawab Ozzy jujur.

Sekali lagi Gian mencoba menghubungi Dias, dan ntah di percobaannya keberapa kali, barulah Dias mengangkatnya.

"Halo?"

"Yas, lo dimana? Lo ga apa-apa?" Tanya Gian bertubi-tubi.

Dapat Gian dengar helaan nafas dari sebrang sana membuatnya berdecak kesal. Sudah di pastikan Dias kembali di siksa pikirnya.

"Ke rumah gue lagi aja sini, bawa Lino juga ngga apa-apa."

"Gue di rumah aja, Gi. Gue ga apa-apa ko kali ini."

Tentu saja Gian berdecih, paham sekali gadis itu sekarang sedang berdusta.

"Sok iye lo ah, gue tungguin dari setengah jam yang lalu baru di angkat, udah buruan sini gue jemput mau?"

"Gausah astagaa Jayennnn."

"Yaudah, jawab lo di apain tadi? Ada yang luka?"

Gian masih mencoba untuk mencari tau, setidaknya ia tak mau absen untuk mengetahui kondisi perempuan kerasa kepala itu.

Abyss of PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang