54

53 6 1
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝


Senyuman manis dari Bia di minggu pagi itu menyambut kedatangan Dias di kediamannya. Dias dan keenam temannya memang berencana untuk berkumpul di minggu ini, karena jika di ingat sudah lama juga mereka tidak berkumpul. Maka acara itu terealisasikan saat ini, tidak keluar. Hanya sekedar memasak nasi liwet dan beberapa makanan khas Sunda lainnya. Katanya, yang penting mereka semua berkumpul.

Dan disinilah Dias berdiri, 1 jam lebih dulu dari jadwal yang di janjikan. Bukan tanpa alasan, dirinya merasa ada yang harus ia bicarakan dengan Bia. Ini tentang hubungan gadis itu dengan kembarannya, Galung. Dias cukup peka untuk mengetahui Bia yang sedikit meredup belakangan ini, ia langsung ketakutan Bia akan meninggalkan Galung dan berakhir menyerah atas hubungan mereka. Karena kini terbilang sudah 6 bulan berlalu Galung juga dirinya berubah menjadi sosok yang berbeda. Walau mati-matian Galung mencoba terlihat seperti biasa, nyatanya ia tak mampu membohongi Dias. Dan kemarin malam, untuk pertama kalinya dalam 6 bulan ini Bia menghubunginya. Gadis itu berbicara bahwa ia membutuhkan Dias, ingin meminjam peluknya kata Bia.

Dengan senang hati Dias melangkah masuk tak kala pintu rumah Bia terbuka lebar untuknya. "Ngga usah di sediain minum dulu Bi, bareng yang lain aja nanti."

Biar yang baru saja mendudukan dirinya di hadapan Dias jelas jadi mengerutkan keningnya. "Loh, siapa yang mau nyiapin minum buat lo? Kaya tamu aja," Cibir Bia bercanda.

"Anjir sialan lo."

Bia terkekeh. "Ya lagian anjir, ya minum tinggal ambil aja sih. Mau bikin apa tinggal cari di dapur. Lo kaya ke siapa aja."

"Oh iya lupa, calon ade ipar kan ya gue hahahaha."

Keduanya sama-sama tertawa, namun tawa itu tak bertahan lama karena wajah Dias langsung berubah sendu. Menatap Bia sedekat ini semakin memperjelas bagaimana ia juga terkena dampak dari kejadian yang menimpa keluarganya 6 bulan lalu. Tanpa sadar tangan Dias terulur untuk menyentuh mata Bia yang kini memiliki lingkar hitam yang cukup jelas.

"You okey? Wanna hug?" Tawar Dias sambil merentangkan tangannya.

Tanpa berfikir panjang, Bia maju dan memeluknya. "Gue sedih Mba, minta peluknya bentar ya? Pinjemin gue, bentar aja."

"Gue sedih liat lo sama kembaran lo yang selalu pura-pura kuat, hati gue sakit tiap natap mata kalian sekarang. Terutama Galung, kembaran lo itu..., beneran redup Mba. Dunianya kerenggut sebanyak itu, tapi dia selalu senyum. Gue ikut sakit liatnya," Adu Bia yang kini tengah bersandar pada pundak Dias.

"Gue tau, setelah lo dan Bapak, jelas gue yang paling tau gimana hancurnya laki-laki itu. Jadi, gue boleh minta tolong sama lo Bi? Tolong tetep di samping dia semenyebalkan apapun, tolong jangan tinggalin dia. Gue ga akan bisa bayangin gimana jadinya dia tanpa lo, tolong ya Bi? Gue.., tau ini egois, tapi gue mohon lo tetep di sisi Galung, ya?"

Bia perlahan melepas peluknya, ia menatap Dias sambil tersenyum. "Mba, gue ga bilang gue bakal pergi. Gue cuma mau bilang aja gue sedih, rasanya sedih gue liat kalian down udah ga bisa di tahan sendirian lagi. Makannya gue pinjem peluknya."

"Dan asal Mba tau juga, gue ga ada pemikiran sedikitpun buat pergi ninggalin dia, karena Galung itu udah jadi salah 1 pusat bahagia gue, dari dulu. Ya kali gue ninggalin dia."

Kedua gadis cantik itu terus berbincang sampai tak terasa satu persatu teman mereka datang ke kediaman Bia, dan sesuai rencana mereka semua langsung membagi tugas dan mengerjakannya dengan telaten. Seperti Dias dan Gema yang menjadi koki utama, sementara Radin dan Dias bertugas untuk membuat dia minuman yang berbeda. Dan sisanya, Shila, Aya dan Aruna akan bertugas membereskan barang-barang sebelum dan sesudah makan.

Abyss of PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang