Episode 8

1K 103 21
                                    

Tiga minggu pun berlalu, setelah pulang dari Italy Jiwon memutuskan untuk tidak memberitahu kejadian yang tengah ia hadapi pada keluarganya. Ia memutuskan untuk menanggung kebodohannya itu sendiri. Dan Jiwon terpaksa tidur di apartemen Younha karena dirinya masih sering morning sick.

Kedua orangtuanya pun tidak mencurigai apapun. Jiwon memang sering bermain ke apartemen Younha. Malah bagus jika anaknya itu ingin berinteraksi dengan orang lain.

Jiwon jadi menghela nafas panjang. Untung saja Ibunya itu tidak mencurigainya.

"Good morning Eomma! Apa tidurmu nyenyak?" tanya Younha yang mendapati Jiwon berjalan mendekati dapur untuk mengambil sebuah botol minum.

Wanita itu akhir-akhir ini sering sekali memanggilnya dengan sebutan 'Eomma' karena Jiwon memang calon Eomma kan?

"Hm, kau masak apa?" tanya Jiwon sambil mendekati kompor.

"Ceker pedas tanpa tulang. Kesukaanmu! Tapi aku kurangi pedasnya karena untuk sarapan" ucap Younha.

Jiwon memajukan bibirnya, "Kenapa begitu? Ceker memang seharusnya pedas!"

Younha pun tersenyum sambil menundukkan tubuhnya, mensejajarkan kepalanya itu dengan perut Jiwon, "Kasian nanti dia jika aku memasaknya terlalu pedas. Benar bukan?"

Jiwon jadi ikut tersenyum. Younha banyak membantunya selama ini. Ia benar-benar berterimakasih pada sahabatnya karena mau menampung dirinya dan juga calon anaknya.

Sebenarnya Jiwon ingin membeli apartemen sendiri. Ia punya banyak uang untuk itu. Namun orangtuanya pasti akan lebih sering datang kesana. Jiwon tidak mau membuat orangtuanya curiga dengan kehamilannya.

Lalu diputuskanlah Jiwon tinggal bersama Younha untuk sementara waktu.

"Aku siapkan alat makan ya" ucap Jiwon pada Younha.

Wanita itu juga tidak keberatan jika Jiwon tinggal bersamanya. Ia malah senang karena ada teman untuk bercerita. Keadaan Jiwon sekarang juga harus dijaga. Jika bukan Younha, siapa lagi yang akan mengomeli Jiwon? Dia saja makan selalu terlambat.

"Selamat makan!" ucap Jiwon saat makanan sudah tertata di meja makan.

Disuapnya ceker ayam pedas dan beberapa lauk lainnya. Enak. Younha sangat pandai memasak. Terkadang Jiwon juga belajar darinya, sehingga wanita itu kini sudah bisa memasak beberapa makanan untuk mereka makan berdua.

"Ah, ini masih terlalu pedas ternyata" ucap Younha.

"Tidak. Ini bahkan tidak pedas. Tambah bubuk cabai ya?"

"Ya! Jangan macam-macam! Pencernaanmu nanti kurang baik. Kasian Italy" ucap Younha memarahi Jiwon.

Italy, ya. Janinnya itu ia beri nama Italy. Tidak ada alasan khusus bagi Jiwon, mungkin karena proses produksinya di Italy? Mungkin karena Jiwon pertama kali mengetahui kehamilannya di Italy? Atau mungkin karena ayah dari bayi itu tinggal di Italy.

Ah, bicara soal Italy, Jiwon jadi mengingat tentang Joongki. Lelaki yang ia tinggalkan.

Setelah tiba di Korea 3 minggu yang lalu, Gabriel bercerita pada Younha bahwa Joongki memarahinya habis-habisan karena tidak memberitahu dan juga tidak melarang Younha dan Jiwon untuk kembali. Ia juga bilang bahwa bos nya itu tidak masuk beberapa hari setelahnya.

Sejujurnya ini keputusan yang sangat sulit. Jiwon tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Disatu sisi ia ingin bersama Joongki, namun disisi lain dirinya mengatakan bahwa hubungannya bersama lelaki itu memang harus berakhir.

Dan Italy adalah kesalahan bagi mereka.

Ia tau bahwa Joongki pasti bertanggung jawab. Lelaki itu pasti akan menikahinya. Namun Jiwon lebih memilih pulang dan tidak mau berurusan lagi dengan Joongki. Sekeras apapun Younha memaksanya, Jiwon akan tetap memilih untuk menjadi singleparent bagi Italy.

New PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang