Episode 15

593 55 12
                                    

"Ayo habiskan sarapanmu, kau bilang ingin cepat besar, bukan?" ucap Jiwon yang sedang memperhatikan Leo mengunyah makanannya dengan menonton tayangan cocomelon dari sebuah iPad.

Anak ini sangat pintar, tangan kirinya sedang mengoperasikan tab kecil yang berada didepannya. Sementara tangan kanannya memasukan sendok penuh makanan kedalam mulut.

"Aku sedang memakannya, Eomma"

"Lihat, ini sudah jam berapa? Kau bisa telat" ucap Jiwon dengan gemas karena anak lelakinya ini tak kunjung menyelesaikan makan-nya.

"Songsaenim bilang kemarin, bahwa aku harus mengunyahnya didalam mulut sebanyak 10 kali"

"Astaga.. Kau benar-benar telat jika makan terlalu lama"

Dari kejauhan, Bibi tersenyum menatap keduanya yang sedang bertengkar. Baru saja ia tinggal sekitar 2 minggu, Jiwon dan Leo menjadi akrab seperti itu. Padahal seingatnya mereka berdua tidak pernah bertegur sapa.

Melihat Jiwon begitu menyayangi Leo, membuat Bibi tenang. Kini Leo sudah mempunyai seorang Ibu yang selalu ia dambakan disetiap doanya sebelum tidur. Tuhan mengabulkan dirinya.

Namun ada satu hal yang Bibi tidak mengerti sejak kepulangannya dua hari yang lalu..

Ceklek.

Joongki membuka kamarnya, lelaki itu berjalan dengan kemeja hijau dan blazer di tangan kanannya. Menghampiri meja makan dimana terdapat Jiwon dan Leo yang sedang berdebat kecil.

Joongki tersenyum melihatnya.

Begitu ia mendudukan dirinya ke kursi, Leo pun berteriak "Ahjumma! Ayo kita berangkat"

Selalu. Kejadian ini sudah yang ketiga kalinya Bibi lihat. Tidak biasanya Leo bersikap dingin kepada sang Appa. Pasti ada sesuatu yang membuat anak kecil yang ceria itu menutup dirinya dari seorang lelaki yang sangat ia cintai sejak lahir.

"Kau sudah selesai makan, Leo-ya?" tanya Bibi.

Leo mengangguk, "Ne. Ayo kita berangkat sekolah"

Leo pun turun dari kursinya dan mengambil tas kecil yang berada dibawah. Kemudian melangkah pergi tanpa berbicara sepatah kata apapun lagi kepada Jiwon, maupun Joongki. Yang sudah sangat merindukan anaknya itu.

Benar, setelah kejadian itu Leo agak dingin padanya. Leo tidak mau berbicara dengannya, bahkan Joongki tidak punya waktu untuk mengungkapkan kebenaran.

Karena Leo selalu pergi. Anak itu selalu mengindarinya.

Joongki menghela nafasnya berat. Melihat hal tersebut, membuat Jiwon berjalan kearah dapur kemudian kembali dengan sepiring kimbab buatannya. Menyodorkan piring tersebut tepat dihadapan suaminya.

"Makan dulu, habis itu kita berangkat" ucap Jiwon seraya duduk disebelah suaminya.

"Sampai kapan dia akan seperti itu padaku?" tanya Joongki pada Jiwon.

Wanita itupun menghela nafasnya panjang, ia bingung untuk menjawabnya. Sungguh, ia tidak akan pernah menyangka jika masalah dalam keluarga kecilnya akan se-rumit ini.

Tugasnya kini hanya satu, "Kau harus tenang. Biarkan Leo berpikir terlebih dahulu. Biarkan dia mengambil waktunya. Aku akan mencoba untuk membuka pikirannya. Kau tidak perlu khawatir.."

Jiwon hanya perlu menenangkan suaminya. Ia tahu betul bagaimana sifat lelaki itu, Joongki hanya perlu di nasehati. Itu sudah cukup untuknya.

"Arraseo. Aku minta tolong padamu" ucap Joongki yang membuat Jiwon mengangguk.

Lelaki itu mengambil sepotong kimbab dan memakannya dengan lahap. Kimbab buatan Jiwon memang tidak pernah gagal. Perempuan itu memang handal dalam urusan per-kimbab-an.

New PageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang