Saeron sama Renjun akhirnya jadi pulang bareng, mereka gak langsung pulang ke rumah, pacaran dulu lah sebentar. Mereka mampir ke Mall, tapi gak ke Timezone, mereka berdua lagi liatin fashion show anak TK di lantai dasar Mall, sambil bawa satu es krim masing-masing pegang sama-sama satu.
"Eh yang pake baju tentara lucu ya. mukanya kayak kamu," kata Renjun.
"Malah lebih mirip kamu, Renjun."
Renjun dan Saeron terkikik barengan, "padahal muka kita emang mirip, jadi gatau itu masa kecilnya mirip siapa, tapi karena itu cewek ya udah mirip kamu aja."
"Semoga besok anak kita cantik kayak gitu ya?" lanjut Renjun, Saeron melotot kaget. Ini mereka masih kelas sebelas udah mikir pasal anak, tapi halu haluan gitu bikin Saeron jadi senyum-senyum sendiri bayangin masa depan dia sama Renjun kayak gimana.
"Di masa depan kita bisa sama sama gak ya?"
Renjun berhenti jilatin es krimnya sekarang geser duduk biar mepet sama Saeron, "aku berharap masa depan aku ketemu kamu."
"Aku juga maunya kita gitu, tapi masa depan gak ada yang tau Renjun."
"Kamu takut?"
Saeron ngangguk. Jujurly mereka berdua sama-sama takut kalo di masa depan gak bisa bertemu, dan hayalan tentang masa depan itu sukses buat Saeron menitihkan air matanya, cewek cantik itu mulai khawatir.
"Jangan nangis, aku bakalan usaha buat masa depan kita, i promise, aku pengen kamu percaya, please jangan nangis,"
Bisakah Saeron percaya pemuda 17 tahun ini? Bisakah Renjun dipercaya? Saeron akan usaha juga untuk menjaga hati Renjun dan hatinya.
"Aku percaya sama kamu Renjun, semoga kita bisa sama-sama seterusnya. Aku yang sebagai istri dan kamu yang jadi suaminya, kita punya anak banyak dan punya rumah, kamu kerja dan aku urus anak."
Mereka bisa banget bahas masa depan di tempat umum sambil tersedu-sedu. Inilah mereka dan janji masa depan mereka. Tanpa tau sejak tadi ada pasang mata yang memperhatikan gerak-gerik mereka.
Wanita itu datang ke arah Renjun dan Saeron dengan tas belanja di tangan.
"Renjun?"
Renjun yang familiar dengan suara ini langsung menoleh. Saeron pun sama langsung menatap takut pada wanita itu karena tak ada raut senang di wajahnya kala mata mereka bertemu.
"Cewek ini siapa Renjun?" tanya wanita itu.
"Sa-saya Saeron," takut-takut Saeron menyodorkan tangannya.
"Dia temen kamu Renjun?"
Renjun menarik pergelangan Saeron lalu dibawa tubuh Saeron ke belakang tubuhnya, "Dia pacar Renjun, mah." kata lelaki itu.
"Pacar?" ada nada tak suka terdengar di telinga Saeron ketika wanita yang Renjun sebut Mah itu menatap balik ke arahnya.
"Iya pacar Renjun."
"Ningning?"
Renjun menggeleng.
"Mamah gak pernah ngajar kamu jadi bajingan Renjun," Mamah Renjun berkata lantang tak tau jika beberapa pasang mata kini memperhatikan mereka.
"Tante nama saya Saeron dan saya teman Renjun."
"Kamu selingkuhan Renjun, anak saya sudah punya tunangan."
Hati Saeron bagai ditindih palu rasanya begitu berat dan sesak. Gelar dia sebagai selingkuhan memang nyata adanya, dan Saeron menerima status itu sejak Renjun mengajaknya menjalin kasih. Tapi mendengar Ibu yang melahirkan pria yang ia cintai rasanya begitu sesak, sakit sekali hatinya.
"Mah, kita bahas masalah ini tapi jangan di sini. Ningning gak sebaik yang mamah pikir dan kita berdua pun gak saling mencintai. Renjun cintanya sama gadis ini, tolong restui hubungan kita." mohon Renjun.
Hati Saeron masih sakit, gadis itu kini menundukkan wajahnya di balik punggung Renjun, yang gadis itu yakini hanya Renjun dan perasaan untukknya.
"Kalian berdua ikut Mamah, kita bahas ini di rumah dan jangan sampai papah tau masalah ini, termasuk mami dan papinya Ningning. Kamu terlalu sembrono Renjun."
— to be continued
ya ampun sebulan aku tinggalin book ini, thankyou yang masih betah love u😍