Bohong kalau Renjun enggak kangen Saeron, sudah satu bulan lamanya sejak Saeron pergi untuk belajar ke luar negeri. Ya walaupun mereka sempat berpacaran hanya sehari dan itu hanya sebagai selingkuhan tapi Saeron meninggalkan kesan mendalam di hati Renjun.
Terlebih ada salah paham yang harus diluruskan, membuat Renjun selalu kepikiran dan berakhir kangen.
Nomor WhatsApp nya pun sudah diblokir oleh Saeron, dan Somi juga enggan untuk memberikan kabar soal Saeron ke Renjun. Katanya, "biarin Saeron fokus sama studinya."
Renjun menghela berat.
"Gue kayaknya beneran gila," gumam pria itu. Dia sedang berjalan di koridor ingin ke kelas, namun lagi-lagi dia menoleh ke belakang seolah ada yang tengah memanggilnya dari balik punggung.
Renjun Jingan.
Panggilan itu. Suaranya lucu dan sedikit nyaring, khas suara Saeron yang jail. Renjun kangen suara itu. Dia kangen sama sebutan itu. Dia kangen sama Saeron dan bicaranya yang tengil.
Renjun Jingan.
Renjun merasa Saeron akan memanggilnya lagi dengan sebutan itu, tapi nihil, panggilan itu hanya halusinasi saja, dan Saeron tidak ada di balik punggungnya.
Renjun berlalu, dia menghela napas panjang. Sampai bertemu dia dengan kakak ketua OSIS nya, kak Doyoung.
"Jun bisa bantu gue gak?" Doyoung yang keliatan sibuk dengan tumpukan kertas di tangannya.
Buru Renjun menghampiri kakak ketua OSISnya, "Iya, bang?"
"Ada foto kegiatan di samping printer di meja kerja OSIS, minta tolong Jun, mading kegiatan buat foto itu udah gue tempel, tinggal tambahin foto aja."
"Oh oke bang."
"Double tipnya ini di tas gue."
Renjun membantu membuka tas Doyoung, mengambil double tip dan segera ke ruang OSIS saat setelah Doyoung mengucapkan terimakasih.
Sesampainya dia di sana, Renjun menemukan beberapa foto kegiatan murid-murid yang ikut student exchange. Tangannya berhenti bergerak di foto yang familiar sekali.
Dalam foto itu ada 3 foto Saeron. Satu foto kegiatan Saeron saat presentasi memegang mic di tangan, wajahnya kelihatan tegang, Renjun yakin gadisnya itu sedang gugup.
Renjun mengambil duduk di bawah lalu bersandar pada dinding.
Dia perhatikan lagi wajah Saeron yang sedikit pucat karena gugup.
"Kamu hebat banget, jangan gugup ya?"
Renjun membuka foto kedua, Saeron sedikit berbeda dari yang tadi, dia sedang berdiri di depan pemateri, banyak anak yang berkumpul juga di sekitarnya. Saeron sedang mendengarkan materi dengan seksama.
"Ya, harusnya aku ga ganggu kamu, supaya fokus belajar di sana, kamu hebat banget." Renjun mengusap foto Saeron, ingin sekali dia bertemu dengan gadis itu lagi, ingin ucapkan semangat secara langsung.
Renjun membuka foto terakhir, dadanya tiba-tiba sesak, dia benar-benar kangen dengan Saeronnya sekarang. Di foto itu Saeron sedang tertawa dengan teman-temannya, memakai kemeja laboratorium. Di depannya banyak sekali alat dan bahan untuk praktikum.
"Seneng banget bisa lihat kamu senyum, maaf kalo selama ini aku selalu buat kamu nangis dan sedih. tapi aku mohon kasih aku kesempatan buat kasih tau kamu fakta yang sebenarnya, kasih kesempatan aku buat minta maaf, aku kangen kamu Sae."
Renjun mengusap gambar itu dengan tangannya. Renjun benar-benar rindu Saeron.
Lelaki itu keluar dari ruang OSIS. Amanah dari Doyoung untuk menempelkan foto-foto kegiatan murid di Thailand dia tempel segera, menyusunnya dengan rapi. Lalu membaca beberapa artikel mading di sana.
Netra Renjun menyipit di ujung mading ada yang menarik atensinya.
STUDENT EXCHANGE TO CHINA
Renjun membaca detail kegiatan itu. Sebenarnya dia tak ada minat untuk keluar. Tapi sepertinya kegiatan itu bisa membuatnya melupakan Saeron sebentar saja. Masalah di sekolah dan rindunya dengan Saeron jujur saja mengusik konsentrasi dia ketika belajar. Renjun jarang fokus dan Ining mengganggu kehidupan dia.
Renjun ingin pergi sebentar, mendapatkan suasana baru. Terlebih dia juga ingin menunjukkan pada Saeron kalau dia juga bisa. Berharap nanti ketika mereka bertemu sudah dengan hati yang bersih dan sedikit tenang.
"Satu tahun, gue rasa cukup."
Renjun mengamati lagi brosur itu. Sampai kesiswaan bapak Suho guru olahraga sekaligus ayah Saeron datang untuk mengambil mencopot brosur itu.
"Pak Suho."
Pak Suho menoleh, walopun Pak Suho mengajar anak kelas dua belas tapi dia kenal dengan Renjun. Anak ini kan pernah datang ke rumahnya, sebagai teman Saeron.
"Oh kamu nak, temannya Saeron."
Renjun salim ke pak Suho.
"Saeron ambil pertukaran pelajar ke Thailand kamu sudah tau."
"Iya saya sudah tau pak, itu foto-foto kegiatan Saeron." Renjun menggeser tubuhnya agar pak Suho bisa lihat kegiatan putrinya.
"Hahahah, bapak ga sangka dia bisa sekolah di sana, bapak bangga banget, kelihatan sekali dia lagi gugup kan?"
Renjun tersenyum tipis.
"Iya pak."
"Semoga dia di sana nyaman, biar nanti kalau bapak mau sekolahin dia kuliah ke luar negeri dia cepat beradaptasi."
Renjun terdiam, harapan Pak Suho tidak seperti yang dia inginkan. Saeron akan dikuliahkan lebih jauh lagi.
Ron, apa di masa depan kita bakalan ketemu? itu yang kamu tanya kemarin kan? iya, kita mungkin aja bakal ketemu, tapi di rasa dan keadaan yang udah beda.
"Pak, yang brosur ke China saya mau ikut, apa masih bisa?"
"Iya, masih bisa, kamu mau ikut ini?"
Renjun mengangguk, "boleh saya minta salinan brosurnya pak? mau saya sampaikan ke orang tua saya."
Pak Suho memberikan brosur itu lansung, "ini coba kamu sampaikan ke orang tua dulu, besok bisa kabari saya."
"Iya pak."
"Tapi masa studi di sana kamu tau sampai kapan?"
"Iya saya tau, satu bulan setelah kenaikan kelas sudah balik ke Indonesia lagi, yang artinya saya di sana bakal 1 tahunan."
"Kamu yakin?"
"Iya pak."
—tbc
862 words 😎