26

57 11 2
                                    

Saeron masih menangis, jalan menuju halte dia belokkan ke gang sempit di antara sekolah dan kios yang menjual alat tulis, Saeron terduduk, tangisnya masih tak mau berhenti, dia pun sama, selama enam bulan ini hanya memikirkan cara aja tegar lagi saat bertemu Renjun kembali di sekolah.

Saeron tak tau jika Renjun menunggunya, Saeron tak tau kalau Renjun akan memeluknya seperti itu, dada Saeron sakit, dia bingung dengan perasaannya sekaligus takut dikecewakan lagi.

Perasaan pada Renjun ingin dia lupakan, tapi tidak bisa, Saeron takut kejadian yang sama terulang lagi, takut Renjun membencinya lagi, takut berbuat ceroboh lagi dan Renjun yang akan marah padanya. Saeron takut jika harus dibenci Renjun. Dadanya sakit melihat Renjun dan tatapannya yang dingin, walaupun sebelumnya Renjun memang lebih dingin padanya.

Tapi mereka yang pernah bisa dekat membuat ketakutan itu dua kali lipat lebih besar, Saeron pernah merasakan disayang oleh Renjun walau sebentar, dan itu yang membuatnya semakin takut kehilangan.

Terlebih soal Renjun dan Ningning, yang bodohnya Saeron mau-mau saja menjadi selingkuhan dan akan berakhir sama di masa depan jika ia teruskan. Menjadi selingkuhan Renjun.

Saeron meremat dadanya, menggeleng, membayangkan betapa seramnya jika di masa depan dia akan berakhir seperti itu.

"Bodoh! bodoh! cewek bodoh, selingkuhan bodoh!"

Mengiyakan ajakan Renjun untuk menjadi selingkuhan dulu adalah hal terbodoh yang Saeron lakukan. Selama enam bulan ini dia merenungi kebodohannya itu.

"Cinta itu mestinya merelakan, kan?"

"Harusnya kalau cowok udah punya pacar jangan diganggu lagi."

"Harusnya jangan genit genit lagi sama cowok orang, cewek bodoh, Saeron bodoh!"

Dada Saeron masih sesak.

Jujur saja, dia masih belum rela kalau rasa untuk Renjun dia hilangkan. Tapi harus cepat-cepat sadar diri. Renjun yang memeluknya tadi begitu nyaman. Tapi dia tidak bisa berada di rasa nyaman itu selamanya.

"Apapun yang bakal aku lakuin, Renjun bakal selalu bela dia. Gak ada masa depan sama Renjun, dia bakal terus sayang sama pacarnya, dia bakalan lebih sayang sama pacarnya, harusnya selingkuhan sadar diri."

Saeron tak bisa berhenti menangis, jujur saja dia tidak ingin lepas pelukan Renjun selamanya. Saeron ingin merasakannya lagi.

Sepuluh menit berlalu, Saeron sudah sedikit agak tenang, air matanya dia hapus. Lalu beranjak, bangkit dari tempat itu menuju halte bis.

Rintik hujan mulai datang, Saeron bergegas menuju halte untuk berteduh, namun belum sampai di tempat itu langkah Saeron terhenti.

Siluet familiar dari balik kaca kios alat tulis mengunci atensinya.

"Ining?" gumam Saeron.

Gadis itu mendekat.

Alisnya menukik tajam saat gadis yang dia kenal sebagai pacar Renjun itu tengah berduaan dengan kak Lucas.

Sedang berpelukan.

"Brengsek!"

Saeron dengan dada yang bergemuruh, wajah yang masih berantakan, datang ke kios itu. Mendatangi Ningning, lalu menjambak rambutnya.

Lucas terkejut, ingin melerai tapi Saeron sangat garang dan berantakan membuatnya sedikit ciut.

Saeron menarik rambut dan baju Ningning. Membawanya keluar kios lalu mendorong badan Ningning hingga terperosok.

"Najis lo!!" hardik Saeron ingin menarik rambut Ningning lagi namun dihadang oleh Lucas.

"Awas minggir!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RENJUN JINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang